PADA SUATU pagi yang mendung, Mahendra dan tim penyidik anak dari Polsekta Jakarta Selatan bersiap mengantar lima anak, yang menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan dan pemerkosaan Kurnia Fitri, ke Pengadilan Anak Negeri di Jakarta Pusat. Di dalam mobil, suasana tegang terasa di udara. Lima anak tersebut tampak ketakutan, namun wajah mereka menunjukkan bahwa mereka tidak merasakan rasa bersalah.
Orang tua mereka mengikuti dari belakang dengan kendaraan pribadi, wajah mereka tampak cemas dan khawatir. Di luar, ribuan reporter berita berkumpul di depan gedung pengadilan, siap meliput momen yang sangat dramatis ini.
"Tenang ya, semuanya. Kita akan melalui ini bersama. Ingat, kalian punya hak untuk didengar.""
Tapi, Pak. Apa yang akan terjadi pada kami?"
"Hakim akan mendengarkan cerita kalian. Cobalah untuk jujur. Itu yang paling penting."
"Tapi kami tidak merasa bersalah, Pak. Kenapa kami harus ada di sini?"
"Terkadang, situasi yang kita hadapi bisa sangat rumit. Yang terpenting adalah bagaimana kalian menghadapi ini ke depan."
"Keluarga kami juga tidak mengerti. Mereka hanya marah."
"Keluarga kadang kesulitan memahami. Ayo, kita buktikan bahwa kita bisa melewati ini dengan baik."
"Saya takut, Pak. Banyak orang di luar."
Mahendra: "Saya di sini untuk melindungi kalian. Jangan khawatir, kita akan menghadapi mereka bersama."
"Kita tidak sendiri, kan?"
"Tepat sekali. Kita bersama-sama dalam perjalanan ini."
Saat mobil mendekati gedung pengadilan, suara kerumunan luar semakin keras. Mahendra mengingatkan semua anak untuk tetap tenang dan fokus. Mereka tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang hukum, tetapi juga tentang harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Di depan Pengadilan Anak Negeri di Jakarta Pusat, kerumunan reporter berkumpul dalam jumlah yang sangat banyak. Suasana menjadi riuh dengan suara kamera yang mengklik dan mikrofon yang siap menangkap setiap kata. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai kasus yang tengah menjadi perhatian publik ini.
"Apa yang kalian rasakan saat tiba di sini?"
"Apakah kalian merasa bersalah atas tuduhan ini?"
"Bagaimana tanggapan kalian terhadap keluarga korban?"
Namun, kelima anak yang mengenakan seragam tahanan tampak berjalan dengan muram, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi. Mereka tidak menggubris semua pertanyaan yang dilemparkan oleh para reporter. Kaki mereka melangkah mantap, seolah terfokus pada langkah ke depan, mengabaikan kerumunan yang mengelilingi mereka.
Di sisi lain, Mahendra bersama tim pasukan kepolisian berdiri tegak, membentuk barisan pertahanan di antara reporter dan anak-anak tersebut. Mereka berusaha menjaga jarak aman, memastikan bahwa kelima anak itu tidak terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus menerus mengalir.