THE YOUTH CRIME

Dwi Budiase
Chapter #31

Aroma Menusuk Dari Bangkai Busuk

IRWANDI TEGUH Prasetyo duduk dalam bisu di kursi pesakitan Pengadilan Negeri Anak Jakarta. Wajahnya pucat, seakan dunia di sekelilingnya membentang tanpa suara. Dengan pakaian tahanan oranye yang mencolok, ia tak lagi tampak sebagai remaja biasa. Kini, ia adalah pusat perhatian seluruh kota, pembunuh keji yang menjadi pembicaraan di setiap sudut Jakarta.

Kasus pembunuhan brutal satu keluarga di Kalimantan Timur mendadak menjadi viral di berbagai platform media sosial. Orang-orang membicarakannya dengan berbagai teori liar yang beredar. Beberapa gosip menyatakan bahwa Irwandi dirasuki roh jahat atau setan yang membuatnya tega melakukan perbuatan keji tersebut. Sementara itu, spekulasi lain mengatakan bahwa tindakannya disebabkan oleh amarah yang tak terkendali setelah ditinggalkan pacarnya.

Namun, pihak kepolisian tidak percaya pada hal-hal mistis. Mereka telah melakukan investigasi mendalam yang akhirnya mengungkap fakta bahwa Irwandi, seorang remaja yang emosinya sedang tidak stabil, berada di bawah pengaruh alkohol ketika melakukan pembunuhan. Itu adalah penjelasan logis yang lebih bisa diterima daripada cerita-cerita takhayul yang berkembang di kalangan masyarakat.

Konferensi Pers oleh Mahendra

Di depan gedung pengadilan yang dipadati wartawan, Mahendra, penyidik anak kepolisian yang memimpin penyelidikan ini, memutuskan untuk menggelar konferensi pers. Dengan ekspresi serius, ia berdiri di podium yang dikelilingi oleh kamera dan mikrofon.

“Kasus pembunuhan satu keluarga di Kalimantan Timur ini adalah salah satu tindakan kriminal paling brutal yang pernah kami temui. Pelaku, Irwandi Teguh Prasetyo, seorang remaja, telah ditangkap dan kini menjalani proses hukum,” ucap Mahendra, suaranya tegas namun tenang.

Ia kemudian menjelaskan barang-barang bukti yang telah diamankan oleh pihak kepolisian. "Kami telah menemukan barang bukti berupa sebilah parang yang digunakan untuk membunuh, beberapa botol minuman keras, serta ponsel yang digunakan pelaku untuk berkomunikasi dengan pacarnya sebelum peristiwa pembunuhan terjadi."

Wartawan mulai berbisik-bisik, mencari tahu lebih banyak tentang kasus ini. Namun Mahendra melanjutkan tanpa terganggu oleh keributan tersebut.

“Penyidikan menunjukkan bahwa pelaku dalam kondisi mabuk berat saat kejadian. Ditambah dengan gangguan emosional yang dipicu oleh masalah asmara, hal ini menyebabkan pelaku kehilangan kontrol dan melakukan tindakan pembunuhan tersebut. Ini bukan soal kerasukan setan atau roh halus seperti yang beredar di masyarakat. Fakta ilmiah menunjukkan bahwa alkohol dan gangguan mental mempengaruhi tindakannya.”

Mahendra menutup pernyataannya dengan tegas. "Kami meminta masyarakat untuk berhenti menyebarkan rumor yang tidak benar. Fakta-fakta sudah jelas. Kini, kami menunggu proses hukum di pengadilan untuk memberikan keadilan bagi keluarga korban."

Di dalam ruang sidang, suasana tegang menyelimuti setiap sudut. Irwandi duduk tanpa pengacara, sendirian menghadapi dakwaan berat ini. Di depannya, hakim tampak serius mempersiapkan berkas-berkas yang tebal, berisi bukti-bukti kejahatan yang dilakukan oleh Irwandi.

Ketika sidang dimulai, hakim membacakan dakwaan dengan suara yang memenuhi ruangan.

"Saudara Irwandi Teguh Prasetyo, Anda didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap tiga anggota keluarga di Kalimantan Timur. Barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian berupa parang yang Anda gunakan untuk membunuh, botol minuman keras, serta bukti digital dari komunikasi Anda dengan pacar Anda malam sebelum kejadian. Bagaimana tanggapan Anda terhadap dakwaan ini?"

Irwandi yang sejak awal hanya menunduk, mengangkat kepalanya dengan mata yang basah oleh air mata. Dengan suara bergetar, ia berkata, “Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya merasa seperti... dirasuki sesuatu. Saya tidak sadar ketika melakukannya. Itu bukan saya, Pak Hakim. Saya kerasukan.”

Hakim memandang Irwandi dengan tatapan datar. “Apakah Anda sadar bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan medis, Anda berada di bawah pengaruh alkohol dalam jumlah besar pada malam kejadian? Dan tidak ada tanda-tanda bahwa Anda dirasuki, kecuali oleh pengaruh minuman keras?”

Irwandi tampak bingung, lalu kembali menangis. "Saya... saya tidak tahu. Saya benar-benar tidak ingat."

Lihat selengkapnya