The Zodiac Of Love

Cherry Sakura
Chapter #3

Pisces Boy

“Sulit dipercaya. Aku dikalahkan oleh sahabat kekasihku sendiri. Benar-benar tidak lucu,” desahku nelangsa. “Aha! Kenapa aku tidak memilih kak Aoi saja? Kak Aoi, kan, juga baik dan lembut. Lebih baik dengannya saja,” kataku girang.

Kak Aoi adalah sepupu kak Sakura yang memiliki penampilan fisik khas keluarga Seiryu dengan bola mata berwarna biru sapphire seperti lautan terdalam dan rambut sewarna gelapnya malam. Kepribadian kak Aoi begitu hangat dan menyenangkan, benar-benar berbeda dengan penampilan Ezuki yang suram.

Kak Aoi merupakan salah satu sepupu kesayangan kak Sakura. Hal itu tentu saja karena kak Aoi yang selalu memanjakan kak Sakura dan bersedia memberikan apapun yang kak Sakura mau. Bersama dengan kak Sakura, kak Aoi menjadi anggota keluarga Seiryu dengan kepribadian yang paling hangat dan ramah. Membayangkan hal itu, tiba-tiba saja aku menyeringai senang. Kalau aku berjodoh dengan kak Aoi, maka hidupku pasti akan dipenuhi dengan kemudahan. Aku pasti akan dimanjakan seperti kak Aoi memanjakan kak Sakura.

Dengan tidak sabar aku segera memejamkan mataku dan memegang kalung yang terpasang di leherku. Sambil berkonsentrasi penuh, aku mulai memikirkan zodiak milik kak Aoi. Kalau tidak salah, kak Sakura pernah mengatakan kalau zodiak kak Aoi berlambangkan ikan.

“Berarti zodiaknya Pisces!!!”

***

“Uwaaaa. Lukisannya indah sekali,” pekikku kagum. 

Mataku berbinar-binar melihat lukisan yang terpasang di dinding ruang bekerja kak Aoi. Ruangan tempatku berdiri saat ini benar-benar terlihat seperti galeri seni. Aku yang tidak mengerti sama sekali tentang seni, bahkan bisa langsung jatuh cinta hanya dengan sekali lihat. Harus kuakui kalau kak Aoi memiliki selera yang sangat bagus. Kalau aku menikah dengan kak Aoi, sudah bisa dipastikan aku akan tinggal di rumah seindah rumah milik om Gong Yoo di drama Goblin. Penampakan rumah itu begitu estetik hingga membuatku mendambakan rumah yang sama.

“Aku sangat menyukai lukisan. Apalagi lukisan dari Michelangelo, Leonardo Da Vinci, Rembrant Van Rijn dan Paul Cezanne. Lukisan mereka indah sekali.” Kak Aoi menjelaskan sambil tersenyum manis, senyuman yang jarang dimiliki oleh kaum Seiryu yang dingin.

“Ya. Aku juga suka Leonardo Di Caprio,” sahutku cepat.

Kak Aoi mengernyitkan alisnya ketika mendengar perkataanku. “Eh? Kamu bilang Leonardo... apa tadi?” tanya kak Aoi ragu-ragu.

“Eeer, aku bilang aku juga menyukai pelukis yang kak Aoi sebutkan tadi,” jawabku, sebisa mungkin mencari jawaban aman yang tidak mengharuskanku menyebutkan nama-nama pelukis yang tidak bisa kusebutkan namanya.

Lihat selengkapnya