The Zodiac Of Love

Cherry Sakura
Chapter #10

Sagitarius Boy

"Kak Ryoya, sebenarnya hubungan kita ini apa, sih?" tanyaku tiba-tiba kepada sosok pria berambut hijau terang dengan mata coklat bak madu. Melihat warna rambut kak Ryoya mau tidak mau membuatku mengulum senyum. Aku seperti melihat ulat daun, tapi it's okay. Kebetulan aku suka sekali dengan sesuatu yang berwarna hijau, jadi tentu saja aku tidak masalah dengan warna rambut kak Ryoya yang seperti daun pisang.

"Maksudnya?" tanya kak Ryoya merespons pertanyaanku tadi.

Aku menghela nafas resah. Bola mataku bergerak ke sana ke mari dengan gelisah. Entah kenapa aku merasa sangat tidak nyaman bersitatap dengan kak Ryoya dan juga atas pertanyaanku tadi. Padahal kak Ryoya adalah salah satu sahabat kak Sakura dan semua orang tahu kalau kak Ryoya memiliki kepribadian yang baik. Tapi, entah kenapa aku justru mencium aroma yang tidak sedap.

Mataku kembali melirik ke sana ke mari. Jangan bilang kejadian seperti kak Aso terulang kembali. Akan ada penampakan gadis lain yang membuatku tersisihkan dan akhirnya menjadi orang yang tidak terlihat. Pria berpembawaan hangat dan lembut seperti kak Ryoya dan kak Aso biasanya agak sedikit menguji hati karena mereka yang selalu ramah pada lawan jenis.

"Kapan kak Ryoya akan melamarku?" Pertanyaan itu meluncur bebas dari mulutku. Begitu sadar dengan pertanyaan memalukan yang membuatku terlihat seperti seorang perawan tua ngebet nikah, aku refleks membekap mulutku sendiri. Bisa-bisanya aku melontarkan pertanyaan sensitif seperti itu di hari pertama aku bertemu dengan kak Ryoya. Aku tidak mau dicap sebagai perempuan tidak tahu malu dan agresif. Sebisa mungkin aku harus menghindari tipikal gadis yang dibenci oleh kak Ryoya.

"Itu..." Kak Ryoya menyentuh pipinya dengan canggung dan menyunggingkan senyuman terpaksa. Sesuai dengan dugaanku, tampaknya kak Ryoya terganggu dan tidak menyukai pertanyaanku yang menodongnya untuk segera melamarku.

"Bukankah lebih nyaman begini?" tanya kak Ryoya pelan.

"Iya, sih. Tapi, kan...."

"Kita jalani saja dulu. Tidak perlu terburu-buru, kan? Lagipula kita baru saja saling mengenal. Kamu tentu tidak mau seperti membeli kucing dalam karung, kan?" kata kak Ryoya.

Aku menganggukkan kepalaku. Perkataan kak Ryoya memang benar adanya. Kami bahkan baru saja saling mengenal. Masa di pertemuan pertama kami, sekonyong-konyong aku langsung menembaknya untuk melamarku?

Aku memang sudah sering mendengar pujian tentang perilaku dan sikap kak Ryoya yang baik dan hangat. Tapi, tidak ada salahnya untuk kami saling mengenal. Lagipula selama ini aku mendengar sifat baik kak Ryoya hanya dari mulut ke mulut. Aku memang butuh waktu untuk mengetahui sifat asli kak Ryoya.

Lihat selengkapnya