“Lo gila ya?!”
Audri menjauhkan teleponnya dari telinga. Sungguh, bisa-bisanya ada manusia yang menyapa dengan teriakan melengking seperti itu.
Audri baru saja memejamkan matanya, ketika ponselnya berdering mengisyaratkan adanya panggilan masuk. Dengan berat hati, dia kembali membuka mata dan mencari-cari benda pipih yang terkubbur di dalam totebag-nya.
Tapi, bukannya disambut baik-baik, tahunya dia malah suguhi sapaan yang memekakan telinga dari seberang sana. Harusnya dia reject saja tadi.
“Itu lo kan? Lo kan yang di perpustakaan nyari ribut sama prince charming gue?!”
Audri menghela napas. Punya teman yang hebohnya keterlaluan memang harus punya stok sabar berlebih.
“Iya. Tapi gue nggak nyari ribut.”
“Lo emang bener-bener gila. Dosa apa gue punya temen kaya lo.”
“Apaan sih. Gitu doang heboh amat. Gue udah minta maaf kok.”
“Apa yang lo kata “gitu doang” ? Lo nggak tau yah, kalo orang-orang lagi pada rame banget gosipin lo?”
Audri menyernyit. Itu seriusan? Hanya karena masalah seperti itu dia menjadi bahan gosip? Siapa orang kurang kerjaan yang mau membuang waktu dengan menggosipkannya?
“Diem kan lo. Bisa-bisanya lo ngomong kaya gitu di tempat umum!”
Sepertinya dirinya memang sedang menjadi bahan gosip. Buktinya Ema sampai tahu sedetail itu padahal dirinya belum bercerita.
“Ya mana gue tahu. Gue cuma mengungkapkan apa yang gue pikirin. Lagian yang gue omongin nggak sepenuhnya salah kok.”
Terdengar helaan napas yang menyimpan kekesalan dari seberang sana. “Heh! Ini bukan perkara tentang omongan yang salah atau benar. Lo nggak akan paham, kalo di mata fans semua yang menyerang idolanya baik benar ataupun salah, tetep aja lo yang salah dan bakal kena imbasnya.”
Audri benar-benar tidak mengerti Ema sedang membicarakan apa.
“Kenapa malah bahas fans? Apa hubungannya?”
“Lo emang beneran bego ya! Kalo berita lo ngata-ngatain Arion sampe tersebar luas gimana? Lo mau diserang sama fanbase-nya Arion?”
“Emang begituan beneran ada apa?”
Ya … cuma seorang Arion, masa sampai memiliki fanbase segala. Dia kan bukan idol dari Korea Selatan beranggotakan tujuh orang yang namanya lagi ada di mana-mana itu.
“Audri, sekali-kali lo harus melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Mungkin bagi lo Arion hanya salah satu cowok yang kebetulan hidup di dunia ini.”
“Tapi bagi Ariluv, nama fanbase-nya Arion btw, Arion itu pangeran mereka! Dan bagi siapapun yang mengusiknya itu sama dengan musuh yang harus dimusnahkan!”
Audri mengembuskan napas lelah. Orang-orang di dunia ini memang sudah gila.
“Yaudah sih. Paling yang tau cuma anak yang kebetulan ada di perpustakaan. Nggak akan sampai segitu hebohnya.”
“Tapi ini lo lagi jadi topik di grup fanbase bego!”
Mata Audri membelalak. “Segitunya?”
“Iya! Segitunya! Makannya kalo ngomong jangan asal ngejeplak!”
Ternyata selain menyebalkan cowok itu juga punya kumpulan fans gila.
“Eh tapi … kok lo bisa tau kalo gue lagi jadi topik di grup fanbase-nya Arion?”
“Hehe … Gue kan salah satu adminnya.”
Audri menepuk jidatnya. Benar-benar tak habis pikir. Ternyata temannya salah satu dari kumpulan orang gila tersebut?
“Nggak usah menghujat lo! Untung aja gue admin, jadi bisa mengalihkan isu kalo itu cuma salah paham dan lo udah minta maaf, jadi lo nggak kena serang!”
“Hm.”
“Hm … doang?! Gue spill username twitter dan instagram lo sekarang juga! Biar dihujat!”
“Iya … iya. Makasih Ema yang cantik. Tanpa lo, gue hanyalah butiran debu.” balas Audri ogah-ogahan.