Theresia

Be. One
Chapter #7

Bab 6 Obat anti septik

Hudan tersadar ketika keningnya terasa dingin, perih. Pertama kali hal yang dilihatnya adalah Maria yang tengah mengobati luka dikening. Sontak saja ia kaget. Mengalihkan matanya. Gadis cantik itu terlalu dekat dengan wajah Hudan. Bahkan rambutnya menjuntai di depan wajahnya.

Maria tersenyum melihat Hudan yang sudah sadar, manis sekali. "Kamu tidak papa kan?" Tanya Maria sambil berjongkok di depan kursi duduk Hudan.

"Iya, tak apa." Hudan memerhatikan sekitar.

"Kita di mana? Daniel dan tuan Fred kemana?" Tanya Hudan yang jelas kebingungan melihat keadaan sekitar. 

"Kita sedang di kantor polisi terdekat." Maria duduk di sebelah Hudan.

Yang Maria bilang sebagai kantor polisi hanya sebuah bangunan persegi panjang dengan dua ruangan. Kantor itu terletak di tengah-tengah Padang ilalang. Mungkin ini adalah kantor polisi kehutanan. 

"Dua temanmu sedang membeli obat di apotek terdekat." Lanjut Maria. Sekarang ia ganti mengobati kakinya.

Hudan memerhatikan bagian tubuh yang terluka, sudah bersih semuanya. Kemudian ia melihat ke kaki Maria. "Kakimu kenapa?"

"Tidak kenapa-napa. Hanya terkilir." Gadis itu sekali lagi tersenyum.

Hudan menghela nafas. Di kantor polisi itu tampaknya tak ada orang selain mereka berdua. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa ada disana dan berurusan dengan pria itu?"

Akhirnya Maria menceritakan kronologi yang sebenarnya. Termasuk bermula dari kakaknya yang memintanya untuk datang ke bos dan minta agar tempat kerjanya di pindahkan. Hudan menghela nafas sekali lagi. Ia tak bisa berkomentar. Namun, yang jelas, apa yang dialami Maria adalah hal yang cukup berat.

"O iya, namaku Maria." Gadis itu mengulurkan tangannya, 

Hudan sebentar menoleh ke Maria, "namaku Hudan," ia tak mau berjabat tangan.

"Aku hanya ingin berjabat tangan. Aku tak akan berbuat jahat kepadamu." Merasa uluran tangannya diabaikan, Maria angkat bicara.

"I am Sorry.. aku muslim. Dan," belum sempurna Hudan menjelaskan, Maria memotong nya.

"Tidak apa-apa. Saya yang seharusnya minta maaf. Aku tahu soal itu. Aku punya banyak teman orang muslim. Apalagi di restoran Turki dekat apartemenku." Maria menarik tangannya kembali.

Sejak tadi, Hudan tak berani melihat lebih lama ke wajah Maria. Ia lebih banyak melihat ke arah mobil SUV Fred yang terparkir di depan. Walau sebenarnya, ada satu luka di wajah cantik gadis itu yang menyita perhatiannya. Bibirnya robek sedikit. Mungkin itu karena sebuah tamparan keras.

Tak lama setelah itu, Daniel dan Fred kembali. Jarak kantor polisi dengan apotek tak terlalu jauh. Selain mendapatkan obat untuk Hudan, mereka juga mendapat beberapa barang yang bisa digunakan untuk memperbaiki mobil SUV. Itulah alasan mengapa mereka meninggalkan Hudan dan Maria di tempat itu. Karena mobil mereka mogok persis di depan kantor polisi itu.

"Kau sudah sadar?" Daniel bertanya setiba di tempat.

Hudan mengangguk.

Lihat selengkapnya