Perlahan Maria membuka mata. Secercah cahaya masuk melalui celah pintu mobil box, menimpa wajahnya. Sejenak mengerjap-ngerjapkan mata, lantas mulai bangun, memerhatikan sekitar.
Hudan masih tak sadarkan diri di sebelah Maria. Kondisinya buruk. Sepertinya ia sudah banyak kehabisan darah. Maria segera memangku kepala Hudan, membuka bajunya.
"Oh my God.. Bagaimana aku bisa mengeluarkan peluru dari bahunya?" Maria sedikit ngeri melihat luka bekas tembakan.
Ia memerintahkan sekitar, mencari benda yang bisa ia gunakan. Namun, seantero mobil box itu tak ada apa-apa. Ia hanya menemukan sebotol air mineral yang tinggal setengah.
Maria mendekati celah mobil box, melihat kondisi di luar. Mobil box ini terparkir di pinggir jalan, tengah hutan. Maria dapat melihat jelas kondisi di luar. Dan hari sudah begitu siang.
Tak sengaja ia menemukan penjepit rambut di saku celananya. Ia baru ingat, semalam juga membeli penjepit di toko butik itu. Namun belum sempat ia pakai.
Ia segera membersihkan luka di bahu Hudan. Menekuk penjepit rambut sehingga berbentuk seperti kail. Lantas, dengan pelan ia mulai memasukkan penjepit ke lubang bekas tembakan. Hudan masih belum sadar. Ini kondisi yang paling tepat untuk mengeluarkan peluru. Hudan tak akan merasakan sakit.
Beberapa saat berkutat, akhirnya butiran peluru itu berhasil dikeluarkan. Maria menarik nafas lega.
Belum kelar tugasnya. Gadis itu merobek kain kaos bagian bawah. Mengikatkannya ke luka Hudan yang sudah ia bersihkan dengan air mineral yang ia temukan di dalam mobil box itu. Kemudian ia kembali memakaikan baju Hudan.
Tak bersela waktu lama, ketika Maria ingin berusaha keluar dari mobil, tiba-tiba mesin menyala. Dan mobil box itu kembali berjalan. Menyusuri jalanan hutan. Menuju rumah Thompson.
"Maafkan aku. Sungguh semalam keplaku terasa pusing. Dan aku merasa harus istirahat." Kata laki-laki yang sedang mengemudi kepada orang di sebrang telfon.
"Bergegaslah. Kami menunggu kehadiranmu"
"Oke"
****
Daniel menutup pintu rumah. Berjalan ke arah rumah Fred. Ia mengenakan pakaian lengkap. Juga tas ransel dan beberapa perlengkapan lainnya. Ia harus mencari Hudan. Tak mungkin dia hanya berdiam diri di rumah. Sementara kawannya dalam bahaya. Bahkan ia sejenak melupakan soal kakaknya.
Sayangnya Freddy tidak bisa membantu. Putri kecilnya sakit. Pagi ini ia harus ke rumah sakit. Ia benar-benar minta maaf. Tidak bisa membantu Daniel. Dan ia juga prihatin atas semua yang menimpa Hudan.
"Tak apa Tuan Fred. Aku bisa memahaminya." Daniel tersenyum.
"Aku harus pergi. Terimakasih." Daniel beranjak pergi, merapatkan ranselnya.