They Call Me Psychopath

Mizan Publishing
Chapter #1

My New School

Tap. Tap. Tap .... Langkahku terdengar, saat memasuki lorong sekolah. Aku baru pindah ke SMA Negeri 103 karena tuntutan pekerjaan orangtua yang dipindahtugaskan. So, mau tidak mau, aku harus mengikuti mereka. Aku melihat sekeliling gedung. Bagus, sangat rapi, dan bersih. Mama menggandeng tanganku saat memasuki ruang tata usaha untuk menyelesaikan administrasi. “Administrasi sudah beres, kamu masuk kelas 11 IPA 2, ya, Nak.” Mata tajam di balik kacamata tebal itu menatap ke arahku sembari menebar senyum manis. Aku dan Mama keluar dari ruang tata usaha. “Mama harap, kamu betah di sekolah baru ini, Sayang.” Aku mengangguk.

Mama membelai rambutku dengan lembut dan aku memeluknya sebagai pelukan perpisahan.

“Dah, Mama ....” Aku melambaikan tangan.

Sembari menikmati udara dingin, aku berjalan mencari kelas. Mungkin harus bertanya kepada seseorang, batinku. Aku merasa, orang-orang begitu angkuh. Menatap sinis ketika aku memandang mereka. Huft! Aku belum terbiasa dengan suasana baru ini.

Seorang gadis duduk termenung di bangku panjang biru di bawah pohon. Ingin sekali aku bertanya letak kelas 11 IPA 2. Tanya enggak, ya? Tanya enggak, ya? Aku bimbang. Sudahlah, tanya saja. Malu bertanya sesat di jalan, begitu kata pepatah.

Aku membesarkan nyali. Entah mengapa, saat kudekati gadis itu, bulu kudukku seperti terbangun dari tidur panjang. Aku menghentikan langkah dan memperhatikan dia dari tempatku berdiri. Pakaiannya lusuh, seperti satu minggu tidak dicuci. Emmm ..., mungkin lebih tepatnya satu bulan. Entahlah. Kuberanikan untuk melangkah ke arahnya. Duh! Mengapa bulu kudukku berdiri lagi?

Aku menurunkan pandangan ke arah wajah yang sedari tadi tertunduk lesu. Sayangnya, wajah gadis itu tertutup poni berwarna cokelat panjang.

Ya Tuhan, rambut panjangnya begitu tidak terawat.

Kalau saja dia anak Mama, pasti setiap pagi dia harus sarapan omelan.

Ayolah, kenapa aku begitu payah untuk sekadar bertanya? Sebelumnya, kutarik napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan.

“Emmm, permisi, bisakah kamu tunjukkan letak kelas 11 IPA 2? Aku siswa baru di sini,” tanyaku terbata-bata.

Perempuan itu masih tertunduk.

“Hei? Kamu bisa mendengarku?” tanyaku sekali lagi. Apa, jangan-jangan, dia tertidur?

Dia mengangkat tangan, menunjuk ke arah kiri.

“Oh, lewat kiri.” Aku mengangguk. “Oke, ter ....” Belum selesai aku mengucapkan terima kasih, dia sudah lenyap. Ke mana dia? Kapan dia pergi? Cepat sekali. Ah, sudahlah, yang penting aku tahu posisi kelasku berada.

Kriiing. Kriiing. Kriiing ....

Bel masuk berbunyi. Syukurlah, aku tepat waktu masuk kelas. Awal yang bagus, batinku sembari menyungging senyum kecil.

“Pagi, Anak-Anak,” sapa guru cantik yang sedang berdiri di sebelahku. “Hari ini, kita kedatangan murid baru.”

Aku tersenyum ramah.

“Perkenalkan dirimu, Nak.”

Lihat selengkapnya