They said it perfect

QQ
Chapter #1

Dunia Ieo

KRIINGG....KRIINGG...

Jam weker dan alarm HP begitu memecah sepi kamar seorang laki-laki muda.

Tangan Ieo langsung meraih jam weker yang bertengger tangguh di meja samping tempat tidurnya, tentu saja untuk mematikan alarmnya lalu melemparnya ke tempat tidur bersama dengan kembalinya Ieo tertidur lagi.

KRIINGG....KRIINGG...

HP nya masih saja berbunyi mungkin Ieo lupa ada benda satu lagi yang belum Ieo matikan saat hendak untuk tertidur lagi memuaskan kantuknya yang belum mereda.

Dengan malas Tangannya meraba mencari letak sumber bunyi alarm HP tersebut namun matanya enggan terbuka, tiba-tiba dibalik pintu kamarnya yang luas terdengar senyap-senyap ada yang mengetuk pintunya berkali-kali dan semakin lama bunyi itu semakin jelas terdengar.

"Tuan mudaaa... tuan mudaaaaa... sudah siaangggg nanti tuan muda telaaatttt."

Kalimat itu yang berulang-ulang terucap setiap pagi, tak terhenti sampai benar-benar tuan mudanya bangun dan membuka pintu.

Akhirnya Ieo membuka mata mendengar suara berisik yang tak kunjung berhenti.

Langsung Ieo menyahut, "Ia biiii.... Ieo sudah bangunnn." Sambil masih tersisa kantuk ia terpaksa turun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya.

"Iya tuan muda, perlengkapan mandi sudah bibi siapkan." Barulah si bibi pergi setelah benar-benar memastikan bahwa tuan mudanya sudah bangun.

***

"Bi... Ieo sudah bangun?" tanya mama nya Ieo yang sibuk mengoleskan selai nanas kesukaan anak bungsunya yang cantik nan menggemaskan.

"Iya bu sudah tuan muda lagi siap-siap sebentar lagi turun."

"Biii...kak Ieo kalau bobo udah kayak pingcan yah, nggak kayak Celi," sahut anak bungsunya dengan gaya cedalnya.

"Iyaaa kan Celi anak mama yang rajin." Dijawab memuji sama mamanya Ieo yang mempunyai nama asli Rica Ajenda Bryen yang tidak lain adalah istri dari pemilik perusahaan tekstil ternama.

"Mah...papa berangkat duluan sudah mau telat, oh iya bi nanti Ieo suruh sarapan dulu sebelum berangkat ke kampus, dan Celi anak papa yang paling cantik papa berangkat dulu yah sambil mencium pipi anak bungsunya yang berusia 5 tahun itu."

Sambil mengantar ke depan halaman rumahnya yang luas mama Ieo mencium tangan suaminya sebelum berangkat ke kantor.

"Papa berangkat dulu ya sayang," sambil mencium kening istrinya dan masuk mobil setelah dibukakan pintu mobil oleh sopir pribadinya. Rica melambaikan tangan sembari mengantarkan senyum manis untuk suaminya.

Dari belakang Celi berteriak "Mamaaaaaa...Celi mau belangkatt."

"Ia iaaa itu mang Didin sudah siap daritadi buat nganter Celi ke sekolah, oh iyah Celi kak Ieo sudah turun belum?"

"Sudah."

"Yasudah Celi berangkat hati-hati yah, mang Didin hati-hati dijalan yah," ditanggapi anggukan dari sopirnya.

***

"Jam berapa ini Ieoooooo Baru sarapan!" cuma seyuman manis yang menjadi tanggapan Ieo atas perkataan mamanya tadi sembari melahap roti sebagai sarapan paginya.

"Jangan buru-buru makannya nanti tersedak!" smbil menuangkan susu putih untuk diminum anak sulungnya.

"Oh iya ma, Celi sama papa sudah berangkat?"

"Sudah, kamu kan biasa selalu telat, makanya kalau tidur baca do'a dulu dan niatkan bangun pagi."

"Sudah ma... tapi tetep aja roh nya Ieo susah balik kalau mataharinya sudah nongol jadilah lelet bangun."

Ibu Rica selalu tersenyum tiap kali mendengar alasan anaknya yang tidak masuk akal. Tapi dengan sabarnya Ibu Rica tidak pernah bosan menasehati anak-anaknya.

Ibu Rica adalah seorang Ibu rumah tangga yang memiliki 2 anak. Anak sulung dengan panggilan Ieo adalah pemiik nama lengkap dari "Regard Zio Ajenda Bryen," sedang anak bungsunya memiliki nama lengkap dengan nama belakang dari Ieo yang sama yaitu "Cecilia Priska Ajenda Bryen," tentu nama Bryen adalah diambil dari nama keluarga besar suaminya yaitu "Rico Bryen." Keluarga Bryen adalah keluarga terpandang dengan memiliki perusahaan tekstil yang ternama.

Kembali Ibu Rica bertanya kepada anak sulungnya, "Ieo bagaimana kuliah?"

"Bagaimana apanya ma?" sambil mulutnya masih mengunyah roti.

"Hem.. Ieo kebiasaan jawabannya selalu bentuknya pertanyaan."

Ieo cuma menanggapinya dengan senyum manis yang menampakkan lesung pipinya.

Kembali Ibu Rica melanjutkan pertanyaannya sambil menemani anaknya sarapan pagi,

"Oke deh mama perjelas pertanyaannya, jadi anak mama yang paling memikat ini gimana pelajaran kuliahnya lancar tidak?"

"Seperti biasa ma," dijawab Ieo dengan datar.

"Syukur kalau begitu, mama yakin dan percaya Ieo pasti tahu mana yang terbaik yang Ieo lakukan."

"Pasti ma, ma Ieo berangkat ke kampus dulu yah."

Mama Rica melirik jam dinding menunjukkan pukul 08.00 WIB sembari geleng-geleng kepala. Ieo mencium tangan mamanya sembari berpamitan untuk berangkat kuliah.

***

"Jes, pindah dong!"

"Please untuk hari ini biarin gue duduk di sini disamping tempat duduk favorit Ieo."

"Eh bego, lu tuli yah nggak pindah-pindah malah ngerengek, emangnya gue bokap lo apa!" sambil kakinya menendang kursi yang Jessica duduki.

"Rese ya lo! Bukannya bantuin gue deket sama bintang kampus kita malah suka lo usir-usir."

Semua penghuni kelas A1 sontak tertawa geli melihat perselisihan yang setiap harinya tak pernah habis. Karena semua teman dekat Ieo tak pernah membiarkan siapapun duduk dikursi dekat Ieo, itu adalah larangan keras yang dititah langsung dari baginda Regard Zio Ajenda Bryen.

Jessica terpaksa berpindah tempat duduk yang tentunya diluar area perlindungan para prajuritnya Ieo, semua teman Ieo adalah satu gender dan semuanya seakan melindungi Ieo dari parasit yang bernama perempuan.

Seisi kelas telah hadir kecuali satu IEO, tidak ada yang tahu kenapa Ieo berangkat selalu telat, atau lebih seringnya adalah berbarengan datangnya dengan dosen.

***

Didepan cermin ada seorang gadis yang masih sibuk mengoles bibirnya yang indah dengan lipgloss, setelah sibuk berdandan dan "Yes... sudah selesai," seperti biasa ia mengobrol didepan cermin tentang penampilannya sendiri.

Tiba -tiba pintu kamarnya terbuka, "Sya... ayo cepat nanti kamu terlambat, kan hari ini pertama Tasya masuk sebagai mahasiswi pindahan."

"Siap bunda, ini sudah beres kok."

"Uang sakunya bunda taruh di sini yah, bunda berangkat kerja dulu."

sambil mencium tangan bundanya untuk berpamitan.

Setelah bundanya berangkat tak lama Tasya pun berangkat dengan naik angkutan umum. Di dalam hati tasya tak pernah berhenti memikirkan bagaimana nanti beradaptasi dikampus barunya yang tergolong elit itu, sebenarnya Tasya tak mau memilih dikampus itu kalau bukan rekomendasi dari Dekan kampus Tasya dulu."

Ciitttt... mobil angkot itu berhenti tiba-tiba yang membuat lamunan Tasya buyar, Tasya menengok apa yang menjadi menyebab rem itu sangat dahsyat menghentikan lamunannya.

Ternyata didepan ada mobil sport BMW Z4 berwarna biru, dalam hati Tasya berkata "Orang kaya selalu punya kuasa," namun Tasya tak perduli dan kembali duduk rileks didalam angkot.

Setelah sampai didepan kampus perasaan Tasya makin nggak karuan, sebagai mahasiswi pindahan Tasya takut di bully teman-temannya, apalagi Tasya tergolong mahasiswi dengan ekonomi rendah. Tapi Tasya mencoba menguatkan diri demi bundanya yang kini menjadi satu-satunya orangtua yang Tasya miliki. Cita-citanya untuk sukses adalah tujuan hidupnya saat ini.

Tasya berjalan ke kampus dengan langkah cepat karena hari pertama dengan sengaja Tasya berangkat telat karena untuk mengurangi pertanyaan lebih dari teman-temannya kelak.

Saat berjalan menuju gedung kampus yang dari gerbang kampusnya lumayan jauh Tasya sembari berfikir kata-kata apa yang akan Tasya sampaikan sebagai pembuka perkenalannya.

Saat langkahnya semakin dekat dengan gedung kampus, Tasya melihat ada beberapa mahasiswa yang memang masih duduk bersantai didepan kampus sambil bercanda gurau, tepat didepan pintu gedung yang dilengkapi sensor Tasya merasa semakin grogi, sebagai mahasiswi pindahan tentunya Tasya masih bingung dengan banyaknya lorong dan ruangan didalam kampus yang megah ini. Tapi Tasya cukup mengerti hanya dengan penjelasan dari salah satu temannya yang sudah lulus dari kampus ini.

Tepat didepan pintu kelas A1 Tasya berdiri sambil menghembuskan napas dalam-dalam menghilangkan segala rasa groginya. Ia mulai mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tampak dosen berjalan menghampirinya.

Lihat selengkapnya