They said it perfect

QQ
Chapter #2

Dikejar itu melelahkan

Di dalam kamar yang tidak terlalu besar Tasya sedang belajar di depan laptopnya dan buku-buku yang ia pinjam dari Jessica. Di kampus barunya Tasya harus lebih rajin karena di sana saingannya bukan orang-orang yang cuma modal keren buat kuliah. "Prestasi," cuma itu target Tasya.

Tiba-tiba Tasya mengingat sesuatu akan kata prestasi, apakah yang dibilang Jessica di kedai makanan korea itu benar? Tasya tersadar akan lamunannya sambil geleng-geleng kepala.

"Kenapa gue jadi mikir ke sana," jawab Tasya pada diri sendiri.

Bertepatan dengan Tasya melihat HP, Tiba-tiba HP nya menyala tanda ada notifikasi, Tasya memang jarang sekali memberi dering pada HP nya saat belajar.

Ada sebuah pesan WhatsApp dari Jessica.

Yang tidak Tasya mengerti Jessica mengirim sebuah foto Laki-laki sedang duduk di depan mobilnya, meskipun wajahnya tidak jelas karena memang difoto itu bagian kepalanya berpose miring tapi yang jelas ini laki-laki keren banget, itu yang ada dalam batin Tasya.

Sebelum Tasya menanyakan itu foto siapa, ada pesan masuk yang juga sama dari Jessica.

"Sya...udah liat belum fotonya? gimana Sya speechless kan liatnya?"

Pesan WhatsApp dari Jessica itu aneh menurut Tasya, dan sengaja Tasya tidak membalasnya karena itu tidak terlalu penting.

Di pintu kamar terdengar ketukan serta panggilan bunda "Sya...Syaa... makan malam duluu."

"Iya bundaaa," Sahut Tasya lembut.

Di meja makan yang sederhana ini Tasya biasa berbincang dengan bundanya kala makan pagi dan makan malam, dikarenakan bunda Tasya bekerja yang mengharuskannya pulang sore hari.

"Sya... bagaimana kuliah hari pertamanya?" tanya Ibunda Tasya dengan penuh perhatian.

"Lancar Bun, di sana universitas favorit loh Bun, mahasiswanya keren-keren," jawab Tasya penuh antusias.

"Emmm...anak Bunda yang cantik ini sudah dewasa rupayanya bisa menilai yang keren-keren," goda Bundanya Tasya.

"Iihhh Bundaaa... maksud Tasya bukan keren arti laiiiin, tapi keren akan prestasinya." sangkal Tasya.

"Masaaaa.....?" masih dengan godaan Bunda Tasya di sela-sela makan malamnya.

"Serius deh Bundaaaaa... lagian kan Tasya kuliah niat belajar bukan yang laiinnn." Jawab Tasya menyakinkan.

"Iya iyaaa Bunda percaya. Oh iyah kata teman sekantor Bunda universitas yang Tasya belajar itu memang universitas oke lohh, bukan hanya otaknya aja yang keren tapi orang-orangnya juga oke bangeettt, bahkan CEO di tempat bunda kerja katanya anaknya kuliah di situ, tapi Bunda nggak tahu nama anaknya siapa."

"Nggak penting Bunda, yang penting itu Tasya bisa meraih prestasi lagi di kampus barunya Tasya."

"Emm... itu jelas, kan Tasya anak Bunda yang paling segalanya." Puji Bunda Tasya.

"Oh iya Bunda waktu pagi berangkat kuliah di angkutan umum Tasya sebel banget Bunda, ada mobil sport mewah berhenti dadakan, untung gak ada kecelakaan atau korban, emang orang kaya gitu ya Bunda seenaknya sendiri," sungut Tasya.

"Mungkin mobilnya berhenti dadakan ada sesuatu."

"Nggak deh Bunda, di depan mobil mewah itu nggak ada kendaraan kok Bunda." Sela Tasya.

"Yasudah yang penting kan nggak ada kecelakaan." Bunda menenangkan.

"Iya Bundaa, Bunda Tasya mau lanjut belajar dulu yah Tasya sudah menghabiskan makanan Tasya."

"Iyaaa, semangat anak Bunda."

***

"Kampus jam 06.30 kok sepi sekali," ucap Tasya yang pagi-pagi sekali sudah mendarat di kampus barunya.

Tasya menuju perpustakaaan kampus untuk belajar, karena membaca adalah hobinya, bagi Tasya buku bukan sekedar ilmu tapi suatu kecintaan yang sulit untuk diterjemahkan keistimewaannya. 

Menghadapi buku mampu menetralkan emosionalnya dan tentunya membuat gemuk pengetahuannya, daripada jatuh cinta pada yang bernyawa bisa jadi sebaliknya; gemuk emosional namun bisa membuat bodoh seketika. Maka tak usah membuang waktu hanya untuk membuat diri sendiri menjadi tak bermanfaat.

"Doorr!!" tiba-tiba ada sosok tangan yang mengagetkan Tasya dari belakang.

"Bukuu...!!" latah Tasya keluar dengan bersamaan rasa kagetnya.

"Yaelah Sya latah kok buku! daritadi gue nyari lo kemana-mana, telp dan chat nggak direspon sama sekali, ternyata diemnya di perpustakaan." Protes Jessica.

"Eloooo nyari gue terus ketemu bukannya dipeluk malah dikagetin, untung organ tubuh gue nggak gampang baper!!" sungut Tasya kesal.

"Hahaa... kalau baper emang kenapa Sya, jantungan atau deg-degan?!" ledek Jessica.

"Enggak, tapi jatuh cinta!" jawab ketus Tasya.

"Haha... jadi kaget korelasi yah Sya sama jatuh cinta, sama-sama deg-degan!" ejek Jessica sambil tertawa geli.

"Ssttt...perpustakaan jangan berisik." Tasya mengingatkan.

"Upss, ke kelas yuk Sya," ajak Jessica.

"Yuk."

Tasya memutuskan meng-iyakan ajakan Jessica untuk ke kelas, setelah dekat dengan kelas A1 nampak tak jauh banyak sekali orang di depan kelas, Tasya penasaran ada kejadian apa di depan kelas sehingga ramai sekali.

Dengan wajah penuh tanya Tasya melirik Jessica yang berjalan bersamanya nampak santai melihat kelasnya begitu ramai, tak ada raut khawatir sedikitpun, Tasya nampak kebingungan. Ada apa sebenarnya dengan kelas A1?!.

"Kenapa Sya?" Jessica menangkap kebingungan Tasya.

"Ada apa yah Jes kira-kira di kelas?, yakin kita mau masuk kelas sekarang?"

Tiba-tiba Tasya berhenti melangkahkan kakinya menuju kelas A1 yang semakin dekat.

"Heeemmm...udah yuk ikut aja." Jessica menarik tangan Tasya.

"Jes... jelasin duluu ada apa di kelas A1." Sambil berjalan diseret tangannya oleh Jessica.

Sampai depan kelas A1 Jessica melepaskan tangan Tasya yang daritadi ogah-ogahan menuju kelas. Dari jendela depan kelas A1 Jessica menunjuk kursi Ieo yang dikerumuni oleh para wanita. Nampak wajah Tasya semakin kebingungan, ada apa sebenarnya?!.

"Jes, gue nggak ngerti itu yang mereka kerumuni nggak ada orangnya Jes."

Tasya semakin kebingungan sampai menengok kanan kiri dari balik jendela untuk melihat ada apa dengan Ieo, tapi samar-samar terlihat dari jendela melalui celah-celah kerumunan ternyata di kursi itu tak terlihat Ieo ada di sana.

"Udah gausak tengok-tengok," tandas Jessica santai.

"Jes, jelasin dong." wajah Tasya penuh tanya.

Tiba-tiba dosen Akuntansi Managemen yang berkumis tebal datang, otomatis kerumunan cewek-cewek itu pada keluar dari kelas A1.

Saat masuk kelas Tasya dibuat semakin menganga, di kursi Ieo banyak sekali bunga dan kado, namun dipunguti oleh teman-teman Ieo dalam plastik besar persis seperti membuang sampah, padahal bunga dan kadonya terlihat manis sekali, belum selesai mengagumi melihat kado-kado nampak sosok tak asing datang mengetuk pintu dengan sopan lalu mencium tangan dosen dengan ramah dan duduk di kursinya yang baru saja dibersihkan oleh teman-temannya dari kado-kado manis itu.

"Kaget yah Sya, nggak ngerti dengan kejadian-kejadian itu, tenang Sya nanti juga terbiasa. Terbiasa dengan setiap manusia dengan perjuangan halunya."

Tasya tak menghiraukan kata-kata Jessica ia berfikir setelah melihat kejadian barusan, menurut Tasya perempuan memang tak salah mengagumi atau jatuh cinta namun cara mereka yang kadang salah mengapresiasinya, tapi yang tadi Tasya lihat seakan membenarkan bahwa logika tidak dimiliki cinta, meskipun diacuhkan bahkan tidak dianggap tapi pada dasarnya cinta hanya kebahagiaan yang berusaha membuat bahagia yang dicintainya, walaupun mereka tak sadar dengan kebahagiaan mereka sendiri, apakah cinta itu menyamarkan kebahagiaan dan kebodohan?.

"Baiklah mahasiswaku sekarang bapak akan memberi tugas untuk kalian kerjakan minggu depan dan bahannya kalian cari secara kelompok untuk membuat laporannya, nama-nama kelompok akan bapak share lewat web kampus pada jam selesai kuliah," ucap dosen berkumis tebal.

"Ieo, kira-kira kita satu kelompok nggak yah?" Tanya Robi.

"Nggak tau gue, dosen ini susah diajak komprominya, setiap bagi kelompok nggak pernah mikir dulu." Jawab Ieo.

"Luka lama jangan diungkit." Sela Stevan.

Teman-teman akrab Ieo saling menatap Ieo dan tertawa. karena cuma dosen yang berkumis tebal ini yang berani membuat kelompok dengan memecah group teman-teman akrab Ieo, alhasil Ieo setiap mengerjakan tugas selalu diganggu oleh kelompok yang beranggotakan wanita. Sungguh bagi Ieo itu adalah luka lama.

"Plak plak plak!" Ieo memukul dengan buku tulis tipis setelah mereka menertawai Ieo dengan sengaja, dan mereka justru semakin terbahak-bahak.

Seisi kelas menyaksikan group Ieo dengan bingung, menertawai siapa sebenarnya, karena apapun tingkah laku Ieo selalu menjadi sorotan tajam terutama para kaum hawa. Tapi Cuma dengan dosen yang berkumis tebal itu para kaum hawa bisa berharap dekat dengan Ieo secara langsung, di moment ini setiap kaum hawa berdoa agar namanya disandingkan dengan Ieo dalam satu kelompok.

Setelah mengikuti mata kuliah dosen killer sungguh rasanya hari terpanjang bagi Tasya, rasanya sangat haus jadi segera Tasya ke kantin tanpa mengajak Jessica yang masih sibuk mengerjakan tugas dengan teman lainnya jadi terpaksa Tasya pergi sendiri ke kantin, tentunya istirahat adalah jam di mana ramai tidak terhindarkan.

Langsung Tasya menuju ke penjual jus buah, ia memesan jus alpukat 2 cup, ia berniat meminumnya di kelas bersama Jessica.

Lihat selengkapnya