"Selamat pagi, Maaf Bapak terlambat dikarenakan ada rapat dosen. Mengenai pembagian kelompok yang sudah Bapak share di group, apakah semua sudah melihatnya?"
"Sya lo udah siap mental belum?" bisik Jessica di sela-sela penjelasan pak kumis dosen paling paten.
"Kelebihan!" jawab Tasya.
Tiba-tiba nama Tasya disebut dalam daftar kelompok Ieo oleh pak kumis yang memang sedang membaca ulang nama-nama kelompok yang telah di sharenya di group kampus, dan tasya baru sadar tatapan sekeliling kelas ini bagai menemukan mangsa lezat yang siap diterkam, padahal sekelompok dengan Ieo bukan keinginan Tasya. "Fiuhh," tasya menghela nafas berat.
"Sya kok bulu kuduk gue kayak mau pada skotjam! " celoteh Jessica.
"Jangankan elo, gue rasanya udah pengen keluar lagi, padahal baru aja jadi mahasiswi baru."
"Banyakin jimat deh Sya, biar elo selamat dari ratapan pemberontak posisi.” Celetuk Jessica.
“Gilaaa baru kali ini gue mau belajar aja kayak mau disidang dengan ratusan praduga, kampus macam apa ini Jes, katanya terkenal karena prestasinya tapi kok berlombanya bukan pelajarannya tapi deketin orang yang sama sekali tak bergeming dengan yang bernama perempuan.” Keluh Tasya.
“Justru karena Ieo tak bergeming maka pesonanya makin tersohor, karena percaya atau tidak bahwa laki-laki yang tidak mudah jatuh hati adalah laki-laki yang nantinya begitu setia ketika ia jatuh hati…,”
“Udahlah Jes gue kuliah bukan untuk menjadi pujangga apalagi untuk seseorang yang belum tentu menjadi jodoh!” potong Tasya.
“Apakah lo percaya jodoh sya?” tanya Jessica.
“Ya percayalah!”
“Kalau gitu kenapa lo tadi bilang (belum tentu menjadi jodoh!),” cecer Jessica.
“Ih kok lo jadi berasa menghakimi gue juga!” sungut Tasya.
“Ya berasa lo jadi orang yang paling tau subjek jodohnya siapa.”
“Gue nggak bilang gitu Jes, gue cuma nggak mau menghabiskan waktu gue untuk menjaga jodoh orang, karena bagi gue perempuan itu nggak harus ngejer-ngejer sampai kayak gitu, bagi gue perempuan yang mahal cukup stay cool dalam memperbaiki dirinya, membuka peluang bukan berarti membuat dirinya berasa tidak berharga kan?, menurut gue laki-laki lebih bangga mendapatkan perempuan yang didapat dengan perjuangan karena memang kodrat laki-laki ya jatahnya berjuang. Kalau perempuannya yang berjuang lebih dulu nantinya laki-laki merasa tidak puas akan kodratnya sendiri sebagai laki-laki.”
“Jadi elo maunya dikejar Sya?” begitu kesimpulan Jessica.
“Hmm gue bukan maling!” Tasya menutup pembicaraan yang baginya tidak penting untuk dibahas.
“Haha!” tawa Jessica lepas.
“Sekarang duduknya tolong berkelompok berdasarkan nama-nama yang tadi sudah bapak sebutkan perkelompoknya!” perintah pak kumis dengan lantang.
Jadilah Jessica berpindah tempat duduk dikarenakan tempat yang sekarang di tempati memang dipakai untuk kelompoknya Tasya dan kawan-kawan Ieo. Ieo memutar kursinya menghadap ke belakang tempat duduk Tasya. Agar setiap kelompok duduk dengan berhadapan.
Deg, jantung Tasya mulai berdegub tak normal dari biasanya memandang dari dekat sosok yang tak diketahui kurangnya itu, Ieo sibuk dengan bukunya atau sesekali diskusi dengan teman satu gender dikelompoknya, Tasya mulai bingung entah karena tidak akrab dengan kelompoknya sendiri atau karena ada sosok Ieo yang membuatnya tidak sanggup berkata-kata.
“Oke sudah pada duduk dengan kelompoknya yah, sekarang bapak sedikit menjelaskan cara kerja kelompoknya, kelompok yang saat ini akan bapak lanjutkan nanti saat tugas lapangan, jadi harap sudah tidak ada yang mengajukan untuk berpindah kelain kelompok, ada pertanyaan dulu sampai sini?”
Salah satu mahasiwa ada yang mengangkat tangannya yang bertanda ada yang mengajukan pertanyaan.
“Iya Gusti, kenapa?” tanya pak kumis dengan tegas.
“Pak izin bertanya, jikalau kelak ada ketidakcocokan, apakah bisa diganti?”
“Bertahan itu emang susah!” celetuk seorang perempuan yang masih satu kelompok dengan Gusti.
Seisi kelas sudah mulai cengengesan dengan candaan yang tidak digubris oleh pak kumis.
“Sudah-sudah kita kembali ke topik pembahasan kali ini, karena kita nanti akan mematangkan teori yang tentunya untuk bekal saat nanti tugas lapangan, yang akan bapak adakan diskusi kelompok untuk materinya, ‘Materinya adalah tentang Ruang lingkup akuntansi manajemen’ yang nantinya akan dilanjutkan dengan tugas lapangan dengan ‘penerapan peran akuntasi manajemen’, pihak kampus akan membuatkan surat pengantar untuk kalian, perkelompok tentunya berbeda-beda tempat; ada yang di bank,perusahaan atau mungkin investor. Tapi jika ada kelompok yang sudah mempunyai pilihan tempat bisa diajukan ke kampus agar nanti dibuatkan surat izinnya, untuk lebih detailnya nanti bapak share ke web kampus. Sekarang fokus ke materi untuk membuat makalah yang akan dipresentasikan per-kelompoknya untuk minggu depan. Ada pertanyaan?, jika tidak ada silahkan diskusikan dengan kelompoknya masing-masing untuk membagi tugas, sekian pertemuan bapak kali ini, selamat bekerja!”
“Oiyah elo anak pindahan itu yah?” Tanya Stevan.
“Iya.” Jawab Tasya jutek.
“Emm udah kenal sama kita-kita?” sambil mata Stevan melirik ke teman-teman lain sekelompoknya.
“Emang penting yah?”
“Jadi bagi elo yang penting apa?”
“Belajar!”
“Yaudahh karena kita semua laki-laki maka kita akan mewujudkan sesuatu yang penting itu, makanya kita tidak keberatan untuk tugas makalah ini kita hadiahkan ke elo sebagai perkenalan kita dikelompok ini, bener kan Ieo?”
Ieo hanya menanggapinya dengan tersenyum mendengar tawaran hadiah itu dari Stevan.
“Jadi gimana, ambil enggak hadiahnya Tasya?” timpal Robi yang juga satu anggota kelompok dengan Ieo.
“Lo kira barang lelang apa bikin makalah!” sungut Tasya.
Tasya kira berada di tengah-tengah kelompok yang diidamkan mahasiswi kampus ini bakal buat bahagia, ternyata tidak lebih dari timpukan.