LOVE IS KILLING ME

Risa Nova Rheincya
Chapter #2

Prolog II : Jakarta-April 1998

Saat dirinya tersadar, Marina berada dalam keadaan terikat disebuah batang pohon besar. Matanya menatap keseliling tempat yang gelap dan dipenuhi pepohonan, lalu suara binatang liar. Dan kakinya yang menginjak tanah. Sadarlah ia, bila kini berada dalam sebuah hutan. Marina segera berteriak sekencangnya. Namun suaranya tertahan oleh ikatan kain dimulutnya. Lalu matanya membelalak, saat melihat Revan berdiri dihadapannya. Tanpa bicara sepatah katapun juga. Dan dengan wajah dinginnya.

Revan langsung mendekati Marina. Ditangan kiri Revan tergenggam sebilah pisau tajam, hingga membuat bulu kuduk Marina merinding. Dia jadi ternganga menatap Revan. Dengan nafasnya yang juga amat memburu. Dia ingin bicara. Namun sekali lagi ikatan dimulutnya membuat suaranya tak keluar dengan jelas.

Namun hanya begitu saja. Revan sepertinya hanya ingin menakuti Marina. Dia tak akan sampai hati menyakiti gadis dihadapannya, meski kemarahannya telah sampai ke ubun-ubun, akibat penghinaan dari Marina. Pisau itu segera dijatuhkan Revan ke tanah, tepat disisi Marina terikat, lalu ia meninggalkan tempat itu.

Tak lama kemudian, seseorang ternyata menyelesaikan tugas Revan, hingga mata Marina membelalak hebat. Tak menyangka akan hal ini. Hingga ia tak mampu mengeluarkan suara jeritan saking terkejutnya. Matanya juga masih membuka menatap sang pembunuh, meski nyawanya telah tak ada. Tak lama kemudian Revan hadir kembali. Hendak memastikan keadaan Marina.

Mendadak tubuh Revan menegang hebat. Matanya menatap tak percaya. Kala ia melihat Marina yang duduk bersimbah darah dengan kepala terkulai kesamping. Revan segera meraba pergelangan tangan Marina. Mata Revan terperangah kaget. Marina telah tewas.

Revan lalu mencari pisaunya. Bahkan kesebalik pepohonan disekitarnya, namun tak ditemukannya pisau miliknya tersebut. Revan lantas berpikir sejenak. Hanya Revan dan dua orang temannya di sini. Lalu ada Marina. Siapa orang kelima, yang justru memanfaatkan situasi ini? Berpikir disana, Revan lalu berjongkok, meneliti luka ditubuh Marina. Dan ia melihat itu merupakan pola dari pisau kesayangannya. Revan merasa tiba-tiba dadanya berdebur amat kencang, kala menyadari hal ini. Dia yakin pisaunya pasti dilarikan sipembunuh, untuk menyembunyikan jati dirinya dan menghilangkan jejaknya. Atau malah untuk menjebak Revan.

Revan lekas mengusap mata Marina dengan amat segan, agar mata Marina yang tadinya membelalak, kini jadi menutup. Setelah itu ia segera melepaskan ikatan ditubuh Marina dengan mata berkaca. Tak menyangka bila semula hanya ingin menakuti Marina saja, berakhir dengan kematian gadis itu. Tubuh Marina langsung menggelosor jatuh ke tanah dan membeku di sana. Tepat saat terdengar suara langkah orang berlari. Edwin telah hadir sendirian. Masih mengenakan pakaian basketnya. Dia langsung menyerbu Revan.

Lihat selengkapnya