Sore ini tak bosannya gadis bernama Kayla Nugraha, 24 tahun, menyirami bunganya yang mulai memutik. Dia tak sabar menanti bakal bunga yang akan muncul. Pastilah amat indah dan berwarna warni. Ada bunga petunia berwarna merah, putih, kuning pucat, biru dan ungu tua. Juga ada bunga kamboja, bunga kembang sepatu, bougenville, saliara, jengger ayam, euphorbia. Tak ketinggalan bunga mawar dan melati.
Kayla amat menikmati menciumi bunga demi bunga dihadapannya. Suasana sore agak basah, selepas hujan rintik yang menyirami bumi. Namun Kayla tetap menyirami bunganya. Karena rintik hujan tak akan membasahi keseluruhan tanaman yang amat rimbun. Bebauan aneka bunga menyambar hidungnya. Juga saat telapak kakinya menyentuh bebatuan kerikil putih yang makin memberi kesan adem, kala teraba kaki telanjangnya. Dengan riang Kayla menyirami bunga dengan selang air ditangannya, sembari ikut menyenandungkan lagu riang yang tengah didengarnya. Dikelilinginya hamparan yang berwarna-warni itu dengan menyemprotkan air kesana kemari.
Lalu Kayla tersenyum sendiri, saat bau bunga yang bermekaran kembali menyambar hidungnya. Hendak diciuminya bunga itu kembali, namun urung. Saat matanya menyambar celah pagar yang dipenuhi tanaman merambat dengan berdaun jarang. Seraut wajah menarik dari seorang pria berdiri tepat didepan pagar rumah. Tengah memperhatikannya. Bahkan bibir tipis pria itu tersenyum-senyum sendiri menatapnya.
Kayla bertanya tanya dalam hati. Siapa orang ini? Sore sore gini berdiri mematung menatapinya. Sangat mencurigakan. Dan pasti sedari tadi dia telah berdiri disana. Mau apa dia? Mau merampok dan hendak menyelidiki rumah ini dulu? Wajah Kayla celingak celinguk menatap sekitar halaman rumahnya.
Gawat.
Mana dirumah lagi sepi tak ada orang. Ayah dan Mas Antoni juga masih bekerja. Ibu juga lagi sowan ketempat sodara. Hanya ada 3 orang pembantu yang kesemuanya wanita beserta dirinya. Tanpa sadar selang air yang semburannya menyebar kencang terarah ke sana. Menembus pagarnya. Menuju wajah tampan yang masih menatap ke arahnya dengan tatapan takjub.
Saat menyadari semburannya terarah kencang hingga ke luar pagar, Kayla amat kaget. Pria di depan halaman yang tengah berdiri menatap kearahnya, kini mengerjapkan kedua matanya, sembari menghapus air yang tercurah deras kewajahnya. Tidak lari menghindar, hingga Kayla jadi bingung. Itu benar garong apa bukan? Masa pria dihadapannya garong? Hatinya jadi ragu. Apalagi saat mata pria tersebut tak kalah kaget, kala menyadari tubuhnya yang telah basah kuyub seluruhnya. Akibat derasnya siraman air yang tercurah ketubuhnya. Matanya yang basah masih mengerjap tak henti, hingga selang air yang dipegang Kayla tanpa sadar terjatuh ketanah.
Kayla segera melepaskan headphone dikepalanya. Dengan bergegas dia segera berlari menuju pagar dan membuka pintunya. Langkahnya kemudian tertahan, saat tak jauh dihadapannya telah berdiri sesosok tubuh jangkung yang amat menakjubkan. Wajah, rambut, tangan, kemeja, dasi berikut celana panjangnya telah basah kuyub. Titik-titik air masih berjatuhan dari rambutnya, menimbulkan pandangan amat menarik. Hingga kemeja itu melekat erat ditubuhnya. Siluet tubuhnya dibalik baju jadi tercetak amat jelas. Amat atletis dan menakjubkan.
Kayla melarikan matanya yang mendadak menjadi terpukau kala menyadarinya. Ia merasa agak risih. Kali ini tatapannya ke arah sepatu pantofel dan kaos kaki pria dihadapannya yang masih meneteskan air. Astaga! Kayla jadi ternganga takjub. Ini manusia apa malaikat yang tiba? Kenapa bisa begini sempurna tampilannya? Batin Kayla. Mata elang milik Edwin menatapi Kayla sembari tersenyum tipis.
”Hai.” Sapa Edwin ramah. Jemarinya nan panjang dan indah akhirnya mengusap-usap rambutnya yang masih basah. Menuruni kening berikut hidung dan bibirnya.
“Haa...hai juga.” Balas Kayla gugup, masih dengan rasa terkejutnya,“Maafkan aku ya, aku tadi nggak sengaja.” Sesalnya merasa bersalah.
“Aku yang harusnya minta maaf. Aku telah mengagetkanmu, ya?” Sahut Edwin ramah. Melihat keramahannya, juga senyum manisnya, Kayla jadi iseng menggodanya.
“Habis. Siapa suruh ngintip lewat pagar, kupikir apa-an tadi.”
“Maksudmu? Kamu pikir aku ini apa?”
“Kukira kamu itu makhluk jadi-jadian. Bahkan mungkin rampok. Tiba-tiba nongol gitu aja didepan pagarku.” Ungkap Kayla agak segan. Edwin jadi tertawa lebar dan memegangi jidatnya.
“Ha ha ha ha ha...tobat…tobat. Mimpi apa aku tadi malam? Udah dimandi-in, malah dituduh rampok. Memangnya wajahku mirip rampok, ya? Apa kamu lihat kakiku gak menjejak tanah?” Tanya Edwin lucu. Klara jadi tersipu, lalu lekas menggeleng. Kalau ada rampok seganteng kamu, aku mungkin tak keberatan. Karena aku bakal lari duluan. Lari mengejarmu. Batin Kayla.
“Kamu juga tahu aja, kalau aku belum mandi. Makasih telah membantu memandikanku. Udah lama aku gak dimandi-in orang lain. Terakhir aku dimandi-in ibuku, waktu aku masih TK.”
Mata Kayla melotot. Dia tak dapat menahan senyumnya. Senyum malu-malunya.
“Kan udah kubilang aku gak sengaja.” Ulang Kayla.