This Love

Selva juliana
Chapter #3

Chapter 2: Flashback

Alexa terbangun dari tidurnya, bukan tempat yang tadi. Tempat sekarang ini rasanya sedikit aneh, hanya warna putih yang dilihatnya. Lalu dengan tertatih-tatih dia berjalan ke depan terus berjalan tanpa henti. Sebuah suara membuatnya mengernyit, suara tersebut terus terdengar keras. Alexa yang merasa aneh mendekati sumber suara.

"Lo itu hanya aib dikeluarga ini. Seharusnya lo mati bersama nyokap Lo."

Seorang perempuan menampar perempuan yang menangis di depannya.

Pencahayaan ditempat tersebut sangat kurang bagus. Tapi Alexa masih bisa melihat wajah perempuan berdua itu.

Alexa yang bingung ingin menghentikan perempuan itu agar tidak semakin menganiaya perempuan yang satunya. Tetapi sebelum itu, perempuan yang dianiaya berbicara.

"Lara kenapa kamu melakukan ini?" Tanya perempuan yang menangis itu membuat perempuan yang dipanggil Lara menamparnya lagi. Lalu meludahi perempuan itu.

"Dengar, Lexa," ucap Lara sambil mencengkram kuat rahang Lexa.

Alexa baru sadar bahwa perempuan yang dipanggil Lexa itu sangat mirip dengan pemilik wajah barunya.

"Lo tahu, kan. Gue sudah lama menyukai Alan." Lexa masih menangis tapi tetap mengangguk. Meskipun rahangnya sangat sakit. "Lalu kenapa lo menerima cintanya, bodoh?" Rahang Lexa dihempaskan ke kanan oleh Lara.

"Gue mencintainya, tapi lo berani nerima cintanya. Gue muak sama sandiwara menjijikkan lo. Bermanja didekat Alan, membuat gue kepengen merusak wajah lo yang sok cantik itu," ucap Lara dengan mata nyalang. Lexa yang masih menangis sesenggukan memberanikan diri menatap Lara.

"Kenapa kamu tidak tanya pada Alan, mengapa dia memilihku?" ucap Lexa pelan. Lara yang mendengarnya langsung melayangkan tangannya ke wajah Alexa lagi. Malah itu lebih brutal dari yang pertama.

Entah mengapa, Alexa dapat merasakan emosi perempuan yang dipanggil Lexa itu juga. Dia ingin rasanya mencakar wajah Lara, sebelum melakukan aksinya. Kejadian itu berubah, bukan hanya dua orang perempuan, tetapi banyak orang yang menatap mereka berdua. Alexa mengedarkan pandangannya semakin bingung. Jadi, dimana dia sebenarnya. Tatapannya beralih ke arah sang tokoh utama yang berada di tengah lapangan.

Lexa dan Lara menjadi sorotan dengan raut wajah yang berbeda. Meskipun cara berpakaian Lexa berbeda, Alexa dapat mengetahui bahwa itu adalah Lexa. Pakaian yang Lexa pakai sangat berbeda dengan orang di sekitarnya. Dengan rok jauh dibawah lutut, rambut yang dikepang dan sebuah benda yang terpasang di wajah Lexa berbentuk bulat, sangat berbanding terbalik dengan wajah aslinya.

Alexa mengernyitkan dahi melihat Lara yang tampaknya sangat bahagia terbukti dengan wajah berseri-seri nya, sedangkan Lexa diam bak patung.

"Lexa," panggil lelaki yang digelayuti Lara menatap Lexa yang berdiri kaku di tengah lapangan. Lexa seakan tak bisa berkata apa-apa melihat semua ini. Dia hanya duduk di perpustakaan tadi dan tiba tiba dia diseret oleh anak buah Lara menuju lapangan disaksikan oleh murid satu sekolahan.

"Ke...na...pa?" Lexa bertanya dengan gestur tak nyaman. Mengapa pacarnya ini---Alan---tiba-tiba memanggilnya. Jikalau pun ingin berbicara, mengapa tidak di tempat lain, bukan di tengah lapangan seperti ini disaksikan orang orang yang tidak menyukainya.

Alan berdehem singkat mencoba menetralkan suaranya yang baginya seakan menghilang. Mengapa dia menjadi segugup ini, padahal dia sudah yakin melakukan ini.

"Lo tau kan kalau gue ini playboy kelas kakap," ucapnya sambil tersenyum pongah pada Lexa yang hanya diam. "Gue nggak tau gimana mau bilangnya. Apalagi melihat sandiwara gue yang patut diacungi jempol. Lo harusnya bangga dengan kedudukan Lo sebagai pacar terlama gue."

Lihat selengkapnya