Devi berjalan menghampiri suaminya-Sora yang datang di jam makan siang. Dengan caranya berdiri yang terkesan sebagai pria mewah dan terhormat, Devi melihat Sora berdiri di depan kantornya. Di tangan Sora ada tas yang Devi sudah bisa menebak apa isinya.
Dia ini. Devi mengomel dalam benaknya. Sudah aku bilang enggak usah datang ke sini buat makan siang bareng! Dia sepertinya enggak pernah dengerin omonganku!
“Sayang!”
Begitu Devi mendekat dan Sora melihatnya, Sora langsung menyapa Devi dengan memanggilnya dengan panggilan sayang. Devi dan Sora sepakat bahwa keduanya akan menggunakan panggilan itu saat berada di luar rumah di mana banyak orang melihat mereka sebagai suami dan istri.
Huft! Devi memaksa senyum di bibirnya untuk terlihat sebelum membalas sapaan dari Sora-suaminya. “Sayang, kamu di sini?”
“Ini.” Sora mengangkat tas di tangannya sebagai alasan kedatangannya menemui Devi. “Ayo makan siang bareng, sayang.”
Sudah kuduga! Devi merapatkan bibirnya yang tadi membuat senyuman dan berusaha menahan rasa kesalnya. Huft! Devi menarik napasnya dan memasang senyumnya lagi. “Kalo gitu ayo makan di tempat lain! Aku enggak enak sama timku sama tim lain kalo aku makan sendiri.”
Dalam kepalanya Devi terpikirkan tempat di mana dirinya bisa makan berdua dengan Sora saja.
“Tenang saja, sayang.” Sora tersenyum sembari melirik ke dalam kantor Devi di mana rekan dan tim lain Devi berada. “Aku sudah minta Wiru-asistenku untuk ngirim makanan untuk semua orang di unit kiriminal.”
Devi menolehkan kepalanya melihat ke dalam kantornya dan ternyata semua orang sedang makan dengan lahapnya, bahkan termasuk timnya-tim 1. Cih!!! Dia pandai sekali!! Direktur emang beda cara pendekatannya! Devi hanya bisa membatin sembari menarik napas panjang melihat betapa lihainya suaminya-Sora dalam bertindak sebagai suami dan menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya adalah suami yang baik.
“Di mana kita makan?” tanya Sora.
“Ah, di sana.” Devi menunjuk ke arah keluar kantor, sembari memimpin jalan untuk menuntun Sora. “Ikut aku!”
Devi membawa Sora ke bagian samping kantor. Di sana ada beberapa gazebo yang biasanya digunakan untuk pengunjung kantor kepolisian. Tapi saat jam makan siang, biasanya gazebo itu sepi karena semua orang makan siang di kantin atau di beberapa warung depan kantor kepolisian.
Menu makan siang Devi hari ini adalah daging steak. Ini adalah menu kesukaan Devi. Menurut Devi yang bekerja sangat keras terutama dalam mengejar penjahat, makan daging memberinya tenaga yang cukup dibandingkan dengan makan banyak nasi.
“Ini punyamu.” Sora lebih dulu membukakan kotak makanan untuk Devi dan memberikannya pada Devi sebelum membuka kotak makan miliknya.
“Ma-makasih.” Devi menjawab.
“Sama-sama.”
Cih!! Sekali lagi, Devi hanya bisa mengeluh karena Sora-suaminya hafal dengan baik makanan kesukaannya.
Devi mengambil pisau dan garpu yang dibawakan Sora, dan mulai memoting daging steaknya. Devi memakan beberapa potongan daging dengan tenang, dengan sesekali melihat ke arah Sora yang juga makan dengan tenang.
Sudah hampir setahun berlalu dan aku masih belum terbiasa dengan pria ini.
Devi menatap Sora yang makan dengan tenang berdua dengannya. Dan tanpa sadar caranya menatap membuat Sora menyadarinya.
“Kenapa enggak dimakan? Enggak enak?”