THIS TIME

mahes.varaa
Chapter #4

DIA SORA

“Kamu ke kanan dan aku ke kiri! Nanti kita akan menyergapnya dari dua arah beda!”

Setelah tiba di lokasi tempat buronannya berada, Devi mendengarkan instruksi Aris yang memintanya untuk mengambil arah yang berbeda dengan Aris agar bisa menangkap buronannya yang tidak lain adalah pembunuh berantai.

“Oke, Pak.” Devi menjawab.

Rencananya Aris pergi bersama dengan Brian, sementara Devi pergi seorang diri. Karena Devi akan menyergap buronannya dari arah belakang dan harusnya jadi arah yang tak terduga bagi buronannya, pergi sendirian adalah pilihan terbaik.

“Hati-hati!” pesan Aris.

“Pasti.”

Devi berpisah dengan Aris dan Brian. Devi berjalan menyelinap melewati gang-gang kecil menuju ke rumah buronannya. Buronan Devi kali ini adalah pria bernama Rian, umur 32 tahun. Dua bulan ini Devi sibuk dengan banyaknya korban yang tewas karena pukulan martil di kepalanya. Setelah melakukan rangkaian penyelidikan dan mengumpulkan bukti yang ada, arah penyelidikan tiba pada Rian. Benang merah yang menjadi persamaan korban satu dengan korban lainnya juga ditemukan: semua korban mengenal Rian.

Dari penyelidikan Devi bersama dengan timnya, buronannya-Rian meniru pembunuh berantai yang beraksi di tahun 2001 silam. Hanya saja yang membedakan adalah korban-korbannya yang mana semuanya adalah wanita. Devi menduga Rian membunuh korbannya karena merasa kecewa, entah itu karena perasaannya ditolak atau karena dianggap rendah. Rian punya bekas luka di wajahnya yang mungkin membuat wanita yang pertama kali melihatnya merasa jijik.

Tapi itu hanya dugaan Devi.

Kebenarannya, Devi bisa dapatkan nanti setelah meringkus Rian dan menginterogasinya.

“Dev?”

Sejak terpisah dari dua rekannya, Devi memasang earphone di telinganya agar tetap bisa berkomunikasi dengan dua rekannya.

“Ya, Pak,” jawab Devi.

“Kami sudah sampai. Kamu gimana?”

Setelah melewati gang-gang kecil agar bisa muncul dari arah belakang, Devi akhirnya melihat rumah tempat persembunyian Rian. Rumah itu terlihat terbelangkalai dan terletak di tengah kota dan Devi sama sekali tidak menduga jika buronannya akan bersembunyi tepat di depan matanya.

“Sudah, Pak.”

“Aku dan Brian masuk dari depan dan kamu masuk dari belakang!”

“Ya, Pak.”

Sesuai dengan instruksi Aris-ketua timnya, Devi masuk dari pintu belakang untuk menangkap Rian. Tapi baru saja beberapa langkah Devi masuk ke dalam rumah itu, Devi menyadari telah melakukan kesalahan karena buronannya tadi bersembunyi tidak jauh dari pintu belakang.

“Pak! Dia kabur!” Devi langsung memberi kabar pada dua rekannya sembari mengejar buronannya.

“Sial!”

Devi mendengar umpatan Aris karena buronannya ternyata cukup cerdik. Devi ingin sekali mengumpat sama seperti Aris, tapi Devi lebih memilih mengalihkan rasa kesalnya untuk mengejar buronannya.

Lihat selengkapnya