Tiga hari kemudian.
Devi benar-benar ditipu oleh Kakeknya sendiri. Kakeknya benar-benar mempersiapkan tipuannya dengan sangat baik. Mulai dari Bibi di rumah, Pak Cahyo bahkan hingga meminta untuk meminjam peralatan penting di rumah sakit demi dramatisasi. Dan bodohnya Devi yang bekerja sebagai detektif di kepolisian, tertipu dengan mudahnya.
Dan di sinilah sekarang Devi. Duduk di depan Sora, di kencan pertamanya dengan Sora. Karena janjinya dengan Kakek, Devi harus melakukan beberapa kali kencan dengan Sora sebelum menikah bulan depan.
“Silakan minumnya. Satu ice americano dan satu smooties mangga.” Pelayan pria yang membawa pesanan membagikan pesanannya: memberi Devi smooties mangga dan memberi Sora ice americano.
“Maaf, Mas. Salah. Punyaku yang ice americano.” Devi menarik americano miliknya yang diberikan kepada Sora dan memberikan smooties mangga yang diberikan padanya.
“Ah, maaf, Mbak.” Pelayan itu langsung merasa bersalah karena salah memberikan pesanannya.
“Enggak papa, Mas.”
Setelah pelayan itu pergi, Devi duduk meminum ice americanonya dan melihat Sora meminum smooties mangga miliknya. Slurp!
Dia beneran enggak cocok sama aku! Sembari menatap Sora, Devi membatin. Pakaiannya yang selalu rapi, minuman manis yang dipesannya dan penampilannya, semuanya sama sekali enggak cocok denganku.
Devi membandingkan penampilan Sora dengan penampilannya sendiri. Karena pekerjaannya yang berhubungan dengan penyelidikan yang kadang harus datang ke tempat yang jauh dan harus berkubang dengan sesuatu yang kotor, Devi tidak pernah bekerja dengan menggunakan pakaian rapi. Devi ke kantor hanya dengan menggunakan kaos yang ditutupi dengan jaketnya, mengenakan celana jins lurus dan sepatu yang nyaman di kakinya. Sementara penampilan Sora selalu rapi, selalu mengenakan setelan jas dan sepatu pantofel yang membuatnya terlihat seperti pria maskulin.
“Kamu suka americano?” Sora memulai percakapan dengan Devi.
“Ya, suka. Ini membuatku enggak ngantuk saat harus mengecek rekaman CCTV karena kasus.” Devi menjawab. “Kamu sendiri, suka dengan sesuatu yang manis?”
“Enggak terlalu. Ini enggak manis, tapi sedikit asam dan kecut.”
Dia suka kecut? Apa ini artinya dia ini tipe pria yang gampang cemburuan? Devi membayangkan Sora yang tahu dunia kerjanya yang kebanyakan berhubungan dengan pria apalagi di departemennya. Hanya ada dua wanita saja di unit itu. Jangan bilang setelah nikah nanti, dia bakal minta aku keluar dari pekerjaanku?? Jangan harap itu bakalan terjadi!!
“Kudengar kamu awalnya menolak perjodohan ini. Kenapa mendadak berubah pikiran?” Sora bertanya lagi.
“Kalo itu tanya saja sama Kakekku. Kalo bukan karena jebakannya, aku enggak akan pernah mau nerima perjodohan ini!” Devi menjawab dengan sedikit raut wajah kesal mengingat kejadian di mana Kakeknya menjebaknya dengan menggunakan sakitnya.
“Aku sudah dengar itu.” Sora bicara dengan sedikit tertawa kecil. “Aku beneran enggak nyangka kamu yang bekerja sebagai detektif, bisa terjebak oleh Kakek Baskoro dengan mudahnya.”
Devi melihat tajam ke arah Sora yang tertawa kecil. “Kamu meledekku?”
“Enggak. Sama sekali enggak. Hanya saja, kejadian itu pasti cukup lucu jika melihatnya sendiri dari pada mendengarnya.”
“Kamu memang meledekku.” Mendadak bibir Devi cemberut karena kesal melihat tawa kecil dari Sora. Devi membiarkan Sora tertawa kecil dengan puasnya sembari terus memperhatikan Sora. Dia aneh.
Sejak awal bertemu, kesan itu selalu melekat pada diri Sora. Bukan hanya sekali tapi beberapa kali, Devi melihat Sora adalah pria yang tak banyak bicara dan terkesan dingin jika bicara dengan orang lain. Tapi ketika bicara dengannya, Sora berubah menjadi pria yang sedikit lebih hangat, sedikit banyak bicara dan mudah sekali tersenyum.
Jangan bilang dia punya kepribadian ganda? Devi hanya bisa memikirkan hal itu sebagai alasannya.
“Maaf, maaf. Aku enggak akan tertawa lagi.” Sora menahan tawa kecilnya. “Sekarang giliran kamu yang tanya sama aku. Enggak adil kalo aku saja yang tanya sama kamu kan? Kamu pasti juga ingin tahu tentang aku kan? Karena kita akan menikah dalam waktu dekat, seenggaknya kamu harus tahu beberapa hal tentang aku.”