THIS TIME

mahes.varaa
Chapter #8

ENGGAK AKAN PERNAH BISA TERBIASA!

Sebulan berlalu dengan cepat. Devi dan Sora hanya melakukan empat kali pertemuan, dengan satu kali pertemuan setiap minggunya. Sisanya yang mengurus adalah Kakek Devi dan Kakak Sora yang selisih umurnya 10 tahun jauhnya dari Sora. Sama seperti Devi, Sora juga adalah anak yatim piatu yang mana kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat saat Sora masih kecil. Semenjak kehilangan orang tuanya Sora dan Kakaknya-Mada diambil dan dibesarkan oleh Kakeknya-Mahadi.

Tapi di saat Mada berumur 27 tahun, Mada menikah dan pindah rumah dengan istrinya. Semenjak itu, Sora hanya tinggal dengan kakeknya dan beberapa pembantu di rumahnya. Kakek Sora-Mahadi sebenarnya punya perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, tapi perusahaan itu dikelola oleh Kakak Sora-Mada. Sementara Sora membangun usaha saat masih kuliah bersama dengan dua temannya hingga sekarang menjadi satu di antara sepuluh perusahaan besar konstruksi di negara ini.

PT. Jaya Abadi adalah nama perusahaan yang dirintis Sora bersama dengan dua teman kuliahnya. Direktur utamanya bernama Wijaya, wakil direkturnya adalah Abimanyu dan direktur departemen keuangan adalah Sora. Bisa dibilang Sora bersama dengan dua teman kuliahnya, membangun usaha dan perusahaan sendiri tanpa menggunakan sumber daya dan latar belakang keluarganya masing-masing. Dan hal itu adalah satu dari beberapa hal yang membuat Devi merasa sedikit kagum dengan Sora dan tidak memandang remeh Sora.

“Jalan di sebelah sini!”

Ketika sedang berjalan bersama menuju tempat parkir mobil, Sora selalu menekankan pada Devi untuk berjalan di sisi dalam dengan Sora yang berada di sisi luar.

“Kenapa harus gitu?” protes Devi.

“Karena kamu perempuan. Bahaya kalo jalan di pinggir kayak gitu!”

“Heh??” Devi mengerutkan keningnya merasa heran hingga alisnya nyaris menyambung satu sama lain. “Meski aku perempuan, aku ini bisa jaga diri dengan baik! Aku ini polisi, detektif unit kriminal malahan! Banyak penjahat yang takut sama aku!”

Sora mengangkat tangannya dan menyentuh kening Devi yang mengerut nyaris membuat dua alisnya menyambung satu sama lain. agar tak lagi mengerut. “Kamu memang polisi. Kamu juga memang detektif. Kuakui kamu memang polisi dan detektif yang hebat. Tapi bagaimana pun kamu perempuan dan aku laki-laki. Sudah jadi tugasku, untuk menjaga dan melindungi perempuan. Ini bukan karena kamu lebih lemah, tapi karena ini adalah prinsip yang Kakek ajarkan padaku.”

Kejadian itu awalnya membuat Devi merasa kesal. Tapi semakin lama Devi menerima perlakuan seperti itu dari Sora, Devi yakin bahwa Sora adalah pria sopan, bermartabat dan menjaga dengan baik wanita. Itu adalah hal kedua yang Devi kagumi karena menemukan pria seperti memang hal yang sulit. Selama lima tahun menjadi polisi, Devi sudah sering bertemu dengan pria bejat yang dengan tega memukul, menyiksa dan membunuh wanita.

“Selamat untuk pernikahannya, Devi.”

Aris bersama dengan Brian dan semua rekan di kantornya tentu saja menerima undangan pernikahan Devi dengan Sora.

Berkat rekan-rekan Devi yang diundangnya, pesta pernikahan Devi dan Sora jadi terlihat seperti dua kubu yang berbeda. Satu kubu adalah para tamu undangan dari Sora yang berpakaian layaknya orang yang datang ke pesta: mengenakan jas dan gaun cantik, satu kubu lagi adalah para tamu undangan Devi yang datang dengan pakaian seadanya karena sebagian lebih memang sedang dalam tugas masing-masing.

“Makasih, Pak.”

“Selamat untuk pernikahannya, Mbak Devi!” ujar Brian.

“Makasih, Brian.”

“Dev! Bisa aku tanya?” Aris-ketua tim Devi, mendekat, berbisik dan bertanya pada Devi.

“Ya, Pak.”

Lihat selengkapnya