“Sudah selesai, Pak?” Wiru bertanya sambil buru-buru mengambil tas di tangan Sora dan segera membukakan pintu kursi belakang mobil agar Sora bisa langsung masuk ke dalam mobil.
“Sudah.”
Setelah memastikan Sora masuk, Wiru segera menutup pintu mobil dan bergegas untuk membuka pintu di kursi pengemudi untuk dirinya. Buk!
Begitu masuk, Wiru langsung memakai sabuk pengamannya sembari melirik ke belakang melihat kaca spionnya. Dari kaca spion, Wiru melihat dengan jelas senyuman kecil di bibir Sora.
“Bapak kelihatan senang?” tanya Wiru.
Sora tersenyum semakin lebar. “Ya, aku senang sekali.”
Masih dengan sesekali melirik spion untuk melihat reaksi Sora, Wiru menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gigi dan gas dan membuat mobil yang dikendarainya melaju pergi dari kantor kepolisian kota X. “Apa yang buat Bapak senang?”
“Istriku. Dia kelihatan manis sekali saat malu-malu.” Sora tersenyum semakin lebar saja. Kepala Sora saat ini tidak bisa berhenti mengingat kejadian tadi saat makan siang dengan Devi-istrinya yang malu-malu karena Sora membersihkan saus yang belepotan di sudut bibirnya.
“Apa ini artinya hubungan Bapak mengalami kemajuan?” tanya Wiru lagi.
“Tentu sudah ada kemajuan.” Kali ini Sora menatap ke jendela dan melihat ke arah jalanan kota. Di pinggir jalanan kota, ada beberapa pasangan yang sedang berjalan bersama dengan bergandengan tangan. Sora melihat pasangan itu dan berharap kelak dirinya akan bisa seperti mereka ketika berjalan bersama dengan Devi.
“Kalo gitu, saya ikut turut merasa senang, Pak.”
“Makasih.” Sora mengucapkan terima kasihnya yang tulus pada Wiru-asistennya yang selama hampir setahun ini sering membantu Sora untuk berusaha dekat dengan Devi. Karena Devi tidak seperti kebanyakan wanita lainnya yang akan merasa senang jika diberi bunga dan hadiah, jadi selama setahun ini Sora selalu meminta saran dari Wiru-asistennya yang sudah menikah selama dua tahun lamanya dan punya satu anak. “Ini berkatmu juga, Wiru. Kalo bukan karena beberapa saranmu, mungkin selama hampir setahun ini aku akan gagal berusaha mendekati Devi.”
“Ibu Devi memang beda dari kebanyakan wanita lain. Mungkin karena profesinya sebagai detektif dan juga latar belakang keluarganya. Jadi untuk mendekatinya, butuh cara yang berbeda.”
“Ya.” Sora setuju dengan ucapan Wiru-asistennya. “Kamu sudah memeriksa data yang dikirim Abimanyu?”
“Sudah, Pak.”
“Gimana menurutmu?” tanya Sora.