Ketika jam makan siang, tadinya Sora ingin makan bersama dengan Devi. Tapi sebelum bisa menghubungi Devi menanyakan apakah dirinya ada di kantornya, Sora mendapatkan tamu tak terduga di kantornya.
“Ini aku.”
Begitu masuk ke dalam kantor Sora, Wijaya langsung duduk di depan meja Sora dan menatap Sora dengan senyum manisnya.
“Ada apa kemari?” Sora bertanya tanpa sekalipun melihat ke arah Wijaya.
“Karena kita bertiga sudah lama enggak makan siang bareng, gimana kalo siang ini kita makan bareng?”
Kaget dengan ajakan itu, Sora yang tadi enggan melihat Wijaya akhirnya melihat Wijaya-atasannya sekaligus sahabatnya selama lebih dari sepuluh tahun. “Ada angin apa, kamu datang kemari dan ngajak aku makan siang bareng, Jay?”
Jay adalah panggilan Wijaya yang hanya digunakan oleh Sora dan Abimanyu. Panggilan itu adalah panggilan yang sudah ada sejak Sora mulai berteman dengan Wijaya di masa kuliah. Sora sendiri tidak punya panggilan karena namanya cukup pendek. Tapi Abimanyu punya. Abimanyu dipanggil Abi oleh Sora dan Wijaya.
“Aku enggak ngajak kamu doang, Sora! Aku juga ngajak Abi! Kita udah lama enggak makan bareng! Mumpung kita semua ada waktu dan masih di kantor, ayo makan bareng! Ajak Wiru juga, Sora! Aku juga ngajak asistenku kok!”
Sebagai pemimpin perusahaan PT. Jaya Abadi, Wijaya dituntut untuk jadi pemimpin dengan image yang berwibawa. Demi menunjukkkan wibawanya sebagai pemimpin, Wijaya bahkan menyembunyikan sikap kekakanannya di depan banyak orang. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Sora, Abimanyu dan asistennya masing-masing yang kadang harus lembur bersama demi mengerjakan proyek.
“Ya, ya. Ayo makan bareng! Aku enggak mau denger rengekanmu nantinya cuma karena aku enggak mau makan bareng kalian!”
Berkat Wijaya, Sora akhirnya makan siang bersama dengan Wijaya dan Abimanyu. Ketiganya juga mengajak asisten masing-masing karena memang itulah yang diperintahkan oleh Wijaya.
“Jay!” Abimanyu mengeluh. “Sebagai pemimpin perusahaan ini bukannya kamu terlalu pelit, huh?”
“Aku pelit? Tega banget kamu bilang gitu ke aku-temanmu lebih dari sepuluh tahun, Bi!” Wijaya tidak terima dan langsung balik bertanya.
“Kamu bilang makan bareng, aku kira kita bakalan makan makanan mahal di resto terkenal! Tapi apa ini??? Kamu bawa aku dan Sora ke kantin perusahaan?? Yang benar saja, Jay!! Kamu ini kan direktur utama perusahaan ini, masak iyah ntraktir aku sama Sora makan siang di kantin perusahaan???”
Dibandingkan dengan Sora yang terkesan tidak banyak bicara dengan orang yang tidak dekat dengannya, Abimanyu adalah tipe orang yang bicara blak-blakan pada semua orang bahkan termasuk Wijaya yang sekarang adalah atasannya di kantornya. Berkat itu … departemen Abimanyu adalah departemen yang dikenal menakutkan, karena Abimanyu akan langsung melontarkan kalimat sinisnya ketika bawahannya melakukan kesalahan bahkan jika itu adalah kesalahan kecil.
“Jangan salah, Bi! Kita memang makan di kantin perusahaan, tapi demi hari ini … aku sengaja manggil koki dari resto terkenal untuk masak masakan kesukaan kalian berdua!” Wjaya menunjuk menu makan siang hari ini di papan kantin yang mana dua di antara lima menu adalah makanan kesukaan Abimanyu dan Sora: pasta dan nasi kepiting. “Lihat di sana!”
“Kamu pesan koki khusus hari ini?” tanya Sora dengan senyum tipis melihat menu makan siang kesukaannya: nasi kepiting.
“Ya. Demi kalian berdua dan demi semua karyawan kita. Sekali-kali enggak papa kan?” Wijaya membanggakan dirinya di depan Abimanyu dan Sora.
“Kamu pakai uangmu sendiri kan buat manggil koki itu?” tanya Abimanyu sembari menyipitkan matanya melihat Wijaya.
“Ya, ya pakai uangku sendiri! Kamu ini! Harusnya senang tapi malah curiga sama aku, Bi!” Wijaya menjawab. “Lagian yang harus tanya gitu kan Sora! Dia kepala departemen keuangan perusahaan kita bukan kamu!”
“Sora itu orangnya terlalu baik. Dia itu enggak tegaan sama kamu. Jadi aku wakili dia buat nyelidikin kamu, Jay!” Abimanyu menjawab. “Sebagai wakilmu di perusahaan ini, aku harus mengingatkanmu, Jay!”
“Cih! Seperti biasa kamu ini, curigaan sekali, Bi!” Wijaya menjawab sembari merangkul bahu Sora dan Abimanyu. “Sudah ayo makan! Aku sudah laper banget!”