Pemandangan berganti.
Setelah melihat bagaimana perdebatan sengit di dalam aula istana, pemandangan yang ditunjukkan oleh wanita yang memegang tangan Devi, berganti.
“Kali ini, apa?” tanya Devi.
Masih di dalam aula istana, Devi melihat dua orang pria datang ke dalam istana dan memberikan salamnya kepada Prabu yang wajahnya mirip dengan Wijaya.
“Pria itu … “ Tangan lain dari wanita di samping Devi, terangkat dan kemudian menunjuk salah satu dari dua pria yang datang menghadap Prabu. “Pria itu adalah anak dari Mahisa Anabrang, pria yang mati dengan ditusuk dari belakang oleh Ken Sora. Namanya Mahisa Taruna.”
Devi menganggukkan kepalanya sembari mengingat pria yang dilihatnya mati dengan tusukan dari belakang dan membuat air sungai berubah menjadi merah berkat darahnya. “Gimana dengan yang satunya lagi?”
Entah kenapa Devi merasa lebih tertarik dengan pria yang satunya lagi dari pada pria yang merupakan anak dari Mahisa Anabrang.
“Kenapa kamu bertanya yang satunya lagi?” Bukannya menjawab, wanita di samping Devi yang masih memegang tangan Devi justru balik bertanya pada Devi.
“I-itu … “ Devi memiringkan kepalanya melihat pria yang satunya lagi. “Wajahnya kelihatan licik sekali. Gini-gini, aku ini seorang detektif kepolisian. Aku sudah bertemu dengan banyak penjahat dari yang kelas teri sampai yang kelas kakap. Aku juga pernah beberapa kali bertemu dengan pembunuh kejam yang sama sekali enggak merasa bersalah ketika membunuh korbannya. Dan pria di sana itu, wajahnya mirip dengan penjahat yang aku temui. Dia kelihatan licik dan sepertinya punya banyak tipu muslihat.”
“Penilaianmu bagus sekali.”
Dia muji aku? Devi melirik sedikit ke arah wanita di sampingnya dan berharap dapat melihat sedikit ekspresi wanita itu. Tapi jangankan melihat ekspresinya saat ini, Devi bahkan sama sekali tidak bisa melihat wajah wanita itu.
“Apa aku benar?” tanya Devi.
“Nama pria itu adalah Dyah Halayudha. Dalam sejarah dikenal dengan Mahapati. Dia adalah sepupu dari Prabu.”
“Heh?” Devi langsung kembali menolehkan kepalanya untuk melihat bagaimana wajah pria yang bernama Dyah Halayudha. “Dia orangnya?”
“Kenapa?? Apa kamu pernah bertemu dengannya di kehidupanmu?” tanya balik wanita di samping Devi.
Apa aku pernah bertemu dengan pria berwajah seperti itu? Dalam benaknya, Devi berusaha mengingat-ingat wajah yang pernah dilihatnya. Tapi tak satupun dalam ingatannya, Devi mengingat pernah bertemu dengan pria yang wajahnya mirip dengan pria bernama Dyah Halayudha di kehidupannya. “Kayaknya enggak pernah.”
“Lalu, kenapa reaksi kaget begitu?” Wanita di samping Devi bertanya lagi pada Devi.
Sebelum menjawab pertanyaan wanita di sampingnya, Devi teringat dengan percakapannya dengan Marta yang tidak sengaja membahas bahan yang akan digunakan Marta untuk menuliskan novelnya.