Pemandangan berganti lagi.
Meski Devi sama sekali tidak mengerti bahasa yang digunakan orang-orang yang sedang dilihatnya sekarang, wanita di samping Devi menjelaskan gambaran pemandangan yang sedang dilihat oleh Devi.
Kali ini Devi melihat pria bernama Dyah Halayudha yang datang dengan beberapa pengawalnya, ke sebuah rumah sederhana. Dari dalam rumah itu muncul pria yang wajahnya mirip dengan Sora yang bernama Ken Sora.
“Kenapa pria itu datang kemari?” tanya Devi.
Wanita di samping Devi menunjuk ke arah gulungan yang dibawa oleh pria bernama Dyah Halayudha di tangannya. “Gulungan itu adalah perintah dari Prabu.”
Ken Sora mempersilakan Dyah Halayudha masuk ke dalam rumahnya. Bersamaan dengan itu, Devi bersama dengan wanita di sampingnya juga ikut masuk. Devi melihat Ken Sora dan Dyah Halayudha bercakap-cakap sejenak sebelum akhirnya Dyah Halayudha memberikan gulungan dari Prabu yang dibawanya kepada Ken Sora.
“Apa isi gulungan itu?” tanya Devi.
“Hukuman yang diberikan Prabu kepada Ken Sora mengenai perbuatannya lima tahun lalu yang telah membunuh Mahisa Anabrang.”
“Hukuman apa yang diberikan Prabu pada Ken Sora?” tanya Devi lagi.
“Di antara para sahabat baiknya, Prabu sangat menyayangi Ken Sora. Jika bisa, Prabu tidak ingin menyinggung masalah lima tahun yang lalu karena masalah itu sudah berlalu. Tapi karena Prabu ditekan oleh banyak pihak, Prabu tidak punya pilihan lain selain menjatuhkan hukuman kepada Ken Sora. Hukumannya adalah pengasingan.”
“Bukannya itu bagus?” Devi menjawab sembari melihat reaksi Ken Sora setelah membaca gulungan yang diberikan oleh Dyah Halayudha. Tapi bukannya merasa senang karena sudah diberikan ampunan dan hanya diberikan hukuman pengasingan, Devi justru menemukan wajah Ken Sora yang jauh lebih sedih dan kecewa seolah diberi hukuman kematian oleh Prabu. “Ke-kenapa wajah Ken Sora kelihatannya enggak senang sekali?”
“Bagi Ken Sora yang ikut membangun kerajaan ini, hukuman pengasingan jauh lebih buruk dari hukuman kematian. Dibuang dari tanahnya sendiri, rasanya lebih buruk dari kematian. Itu yang sedang Ken Sora pikirkan sekarang.”
Sifat itu … Devi terdiam melihat wajah sedih dan kecewa Ken Sora dan teringat bagaimana Sora yang dikenalnya sebagai suaminya. Sifat itu mengingatkanku pada Sora. Setelah wajahnya, hubungannya dengan Prabu yang wajahnya mirip dengan Wijaya dan sekarang sifat itu, mereka seperti saudara kembar.
Ketika Devi sedang memikirkan seberapa miripnya Ken Sora dengan Sora-suaminya, pemandangan di depan Devi terlihat tidak biasa. Ken Sora sedang bicara dengan Dyah Halayudha, tapi raut wajah Ken Sora tak lagi menunjukkan kesedihan. Ada tatapan penuh keyakinan yang terpancar di wajah Ken Sora dan tatapan itu menarik perhatian Devi.
“Apa yang mereka bicarakan? Kenapa wajah Ken Sora yang tadinya sedih kini berubah?” tanya Devi.
“Ken Sora meminta kematian sebagai hukumannya dari pada diasingkan. Sekarang Ken Sora sedang meminta Dyah Halayudha untuk menitipkan pesan pada Prabu, agar Prabu memberikannya hukuman kematian dari pada hukuman pengasingan.”
Mata Devi berkaca-kaca membayangkan Ken Sora adalah suaminya sendiri-Sora. Devi tidak bisa membayangkan jika melihat Sora yang akan memilih mati daripada dikirimkan ke luar kerajaan.
“A-apa Prabu akan tega mengabulkan permintaan itu?” tanya Devi dengan wajah sedihnya.
“Tidak.”
“Sudah kuduga.” Devi merasa senang karena mengira Prabu yang menyayangi Ken Sora akan mengurangi hukumannya.
“Tidak yang aku maksud adalah Prabu tidak tahu mengenai pesan dari Ken Sora.”
“Ma-maksudnya?” Devi kaget mendengar jawaban dari wanita di sampingnya.
“Pria itu-Dyah Halayudha, tidak pernah menyampaikan pesan Ken Sora pada Prabu. Dyah Halayudha mengubah pesan Ken Sora.”
Pemandangan berganti lagi.
Belum sempat Devi mencerna penjelasan wanita di sampingnya yang wajahnya masih belum bisa dilihatnya, Devi harus melihat pemandangan lain. Kali ini pemandangan itu sudah berubah kembali ke istana. Devi dan wanita di sampingnya, berjalan mengikuti langkah dari Dyah Halayudha yang tadinya hendak ingin ke aula untuk bertemu dengan Prabu. Tapi sebelum masuk ke dalam aula, Dyah Halayudha kemudian berbelok menuju ruangan lain.
Devi tadinya tidak paham siapa yang ingin ditemui oleh pria licik bernama Dyah Halayudha, tapi setelah melihat sosok itu ketika Dyah Halayudha memasuki ruangan itu, Devi akhirnya tahu siapa yang ingin ditemui oleh Dyah Halayudha. Orang itu adalah Rakryan Patih Nambi, perdana menteri kerajaan ini.