Pemandangan berganti lagi.
Kali ini Devi sudah berada di aula istana. Bersama dengan wanita di sampingnya yang masih wajahnya tak bisa Devi lihat, Devi melihat di aula istana ada tiga orang: Dyah Halayudha, Rakryan Patih Nambi dan Prabu Sri Kertarajasa.
Devi melihat Rakryan Patih Nambi sepertinya sedang membuat permohonan pada Prabu dan berusaha meyakinkannya.
“Apa yang mereka bicarakan?” Devi bertanya kepada wanita di sampingnya.
“Rakryan Patih Nambi sedang memohon pada Prabu untuk mengerahkan pasukannya.”
“Buat apa?” Sejujurnya Devi sudah tahu apa yang akan terjadi berdasarkan dugaannya. Tapi tetap saja Devi ingin bertanya. Devi ingin mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Rakryan Patih Nambi yang wajahnya mirip dengan Abimanyu pada Prabu yang wajahnya mirip dengan Wijaya.
“Rakryan Patih Nambi memakan umpan yang diberikan oleh Dyah Halayudha. Dan sekarang dia sedang meyakinkan Prabu bahwa Ken Sora sedang berniat untuk melakukan pemberontakan karena tidak terima dengan hukumannya.”
“Apa kita tidak bisa menghentikannya? Sekarang … masih ada waktu kan??” Devi bertanya sembari berusaha melepaskan tangan wanita di sampingnya yang selalu menggenggam tangannya dengan erat selama ini.
“Kita tidak bisa melakukannya.” Wanita di samping Devi dengan mudahnya menghentikan usaha Devi untuk melepaskan diri dari genggamannya.
“Kenapa? Kita bisa mengubahnya sekarang! Kita bisa mengatakan pada Prabu bahwa semuanya adalah ulah pria licik itu!” Devi bicara sembari menunjuk Dyah Halayudha yang menundukkan kepalanya di depan Prabu tapi sedang tersenyum puas. “Pria itu! Aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!”
“Kita tidak bisa melakukannya, Dev! Apa yang sedang kamu lihat ini hanyalah ingatan masa lalu yang sudah terjadi. Apa yang terjadi di sini tidak akan bisa kita ubah!”
“Tapi-“ Devi menghentikan ucapannya ketika melihat Prabu akhirnya menyetujui permintaan Rakryan Patih Nambi dan mengijinkan Rakryan Patih Nambi membawa pasukan untuk menghentikan pemberontakan Ken Sora. Devi menunjuk ke arah Prabu. “I-itu, apa artinya?”
“Prabu setuju memberikan pasukan pada Rakryan Patih Nambi dan mengijinkan Rakryan Patih Nambi menghentikan pemberontakan Ken Sora!”
“Gimana bisa dia-“
Devi belum menyelesaikan ucapannya ketika mendadak pemandangan berganti. Kali ini Devi tidak lagi berada di aula istana, tapi berada di halaman istana yang pernah dilihatnya dalam mimpinya.
Di depannya saat ini, berdiri Rakryan Patih Nambi bersama dengan pasukannya yang jumlahnya cukup banyak. Sementara dari arah luar gerbang istana muncul Ken Sora bersama dengan dua temannya. Salah satunya di antaranya adalah pria yang wajahnya mirip dengan Wiru-asisten Sora.
Begitu Ken Sora dan dua temannya masuk ke dalam halaman istana, gerbang ditutup. Dan Rakryan Patih Nambi berbicara sejenak dengan Ken Sora.
“Apa yang mereka bicarakan?” tanya Devi.
“Rakryan Patih Nambi memberi peringatan pada Ken Sora untuk berhenti. Tapi Ken Sora yang tidak paham dengan maksud Rakryan Patih Nambi bersikeras meminta untuk bertemu dengan Prabu.”
Kejadian setelahnya Devi tidak perlu bertanya lagi pada wanita di sampingnya. Percakapan antara Ken Sora dan Rakryan Patih Nambi tidak berhasil. Keduanya bersikeras dengan pemikirannya masing-masing. Ken Sora bersikeras ingin bertemu dengan Prabu dan meminta hukuman kematian dari Prabu sendiri, sementara Rakryan Patih Nambi yang sudah memakan umpan dari Dyah Halayudha, bersikeras menghentikan Ken Sora untuk bertemu dengan Prabu karena berpikir Ken Sora akan melakukan pemberontakan pada Prabu.