Melihat bagaimana anak buah Yudha menghentikan gerakan Sora, Devi hanya bisa menggelengkan kepalanya memberi isyarat pada Sora untuk tidak melakukan hal yang sia-sia yang akan membuatnya dalam bahaya atau terluka.
“Lepasin istriku!” Sora masih berusaha untuk melepaskan diri dengan kedua mata yang menatap Yudha dengan murka.
“Kudengar, istrimu ini sempat menolak menikah denganmu, Sora! Meski kelihatannya dari luar kalian terlihat seperti pasangan bahagia yang romantis, nyatanya pernikahan kalian sama sekali enggak sebahagia kelihatannya.” Yudha bicara sembari menekankan pisau di tangannya ke leher Devi yang berdarah.
“Yudha! Berhenti!” Sora semakin panik ketika melihat Yudha mendekatkan pisau di tangannya ke leher Devi. “Masalah waktu itu adalah masalah antara aku dan kamu! Jangan bawa-bawa istriku!”
“Ha ha ha! Kamu benar!” Yudha tertawa dengan sangat keras mendengar ucapan Sora. “Istrimu ini memang enggak ada hubungannya dengan dendam di antara kita, tapi … berkat kecerdasannya, kamu lolos dari jebakanku. Bahkan istrimu ini bisa menyelamatkan Angga meski akhirnya gagal karena anak buahku memastikan melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan kamu bilang istrimu ini enggak ada hubungannya? Yang benar saja, Sora!! Istrimu ini sudah seperti pelindung dan bintang keberuntunganmu! Apa kamu tahu itu?”
“Yudha!!!” Sora berontak lagi dan berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman lima anak buah Yudha yang sedang mengunci gerakannya.
“Apa? Kenapa? Kamu takut kehilangan istrimu ini, huh?” Yudha merespon usaha Sora dengan tawa kecilnya. “Kalo kamu mau berlutut, aku akan lepaskan istrimu sebagai gantinya. Gimana?”
“Kamu!” Devi langsung menatap tajam ke arah Yudha yang sedang menahan dirinya.
“Seperti kata Sora, kamu memang enggak ada hubungannya dengan dendam antara aku dan Sora. Tapi karena kamu menikah dengan Sora dan jadi istrinya, kamu juga beberapa kali nyaris membuat rencanaku gagal, membuat Sora berlutut, harusnya hanya hukuman kecil dariku.”
Yudha bicara dengan wajah puasnya dan membuat Devi merasa semakin muak saja dengan keadaan ini. Devi melihat ke arah Sora dan menggelengkan kepalanya.
“Jangan, Sora! Jangan berlutut di depan pria ini!”
Kelima pria anak buah Yudha yang sedang menahan tubuh Sora, mendadak melepaskan tubuh Sora dan membuat Sora harus memilih untuk berlutut atau tidak untuk menyelamatkan Devi.
“Sudah kubilang jangan!” Devi berteriak kencang ketika melihat Sora mengambil posisi hendak berlutut di depan Yudha. “Sora! Apa kamu enggak dengar? Aku bilang jangan! Seperti kata pria ini, enggak ada cinta di pernikahan kita! Kamu enggak perlu berlutut demi aku!”
Sora tetap pada niatnya hendak berlutut di depan Yudha, agar Yudha melepaskan Devi sebagai gantinya. Tapi … bukannya membiarkan Sora berlutut sesuai dengan keinginannya, Yudha justru memberi tanda pada kelima anak buahnya untuk menghajar Sora agar Sora tidak bisa berlutut seperti keinginannya.
Buk, buk!
Buk, buk!!
“Bahkan berlutut pun, enggak mudah kan?” Yudha bicara dengan senyum bahagia mengejek Sora yang berulang kali gagal berlutut karena dipukuli oleh lima anak buah Yudha atas perintah Yudha sendiri. “Ha ha ha! Ini menyenangkan! Pemandangan ini sangat-sangat bagus!”
Pria ini enggak waras!
“Sial kamu, Sora!” Melihat Sora dalam keadaan babak belur, Devi teringat kembali mimpinya saat melihat kematian Ken Sora yang dikeroyok oleh pasukan dari Rakryan Patih Nambi. Dan sekarang … hal yang sama terjadi lagi di depan mata Devi: Sora babak belur dan keadaannya hampir mirip dengan keadaan Ken Sora. “Sudah kubilang jangan! Kenapa kamu malah-“
Bukannya berusaha menyelamatkan dirinya sendiri, Sora justru tersenyum ke arah Devi. “Kamu itu istriku, Dev! Kamu selalu ngelindungi banyak orang, tapi siapa yang ngelindungi kamu? Kalo bukan aku-suamimu, siapa lagi?”