Hard for Me

Alifia Sastia
Chapter #2

Bagian 1

Ada beberapa hal yang membuatku kaget saat sampai di kota. Keadaannya yang penuh sesak akan kendaraan, banyak asap dimana-mana juga orang yang terlihat buru-buru. Itu semua sangat berbeda dengan kampung halamanku. Meski begitu, aku harus terbiasa dengan keadaan ini selama....sampai aku menemukan mbak.

Memasuki mini market aku disambut oleh pelayan kasir. Karena Ibu yang sering mengajarkan aku untuk tersenyum kepada siapa pun, aku pun tersenyum. Lalu langkah kakiku menuju deretan lemari es yang berisi banyak aneka minuman. Setelah mengambil minuman kesukaanku yaitu susu campur teh, aku pun melangkah mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perutku. Saat tanganku mengarah pada sebuah roti, sebuah tangan mendarat lebih cepat menyebabkan tanganku mendarat diatas tangannya. Seperti didrama-drama, kami bertatapan terlebih dahulu sebelum akhirnya laki-laki itu mengambil roti dengan kerasnya membuat tanganku terlempar.

"Gue duluan!"

Laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan kerutan dikeningku. Nada berbicaranya membuatku tak suka. Beginikah cara berbicara orang kota?

Terpaksa aku mengambil roti rasa lain karena rasa yang kuinginkan sudah diambil oleh laki-laki itu yang hanya tinggal satu. Setelah membayarnya dikasir, aku duduk dikursi yang disediakan didepan mini market. Aku merogoh hpku didalam tas, baru ingat jika aku harus mengabari Mas Bambang.

"Mas, aku udah sampai di kota."

"Alhamdulillah. Sekarang masih di stasiun atau dimana?"

"Lagi di mini market dekat stasiun."

"Kalau gitu, habis dari situ naik angkot warna kuning. Ntar bilang sama abangnya buat turun didepan pasar sayur. Gang kosnya disebelah pasar itu, tinggal tanya alamat ke orang sekitar."

"Iya, Mas. Kasih juga tahu. Makasih, yah, Mas, udah bantu Kasih. Tapi Mas jangan bilang ke Ibu meski beliau tanya."

"Iya. Kamu hati-hati. Kalau ada apa-apa telepon Mas, ntar aku susul."

Setelah menelpon Mas Bambang, aku memakan roti untuk mengganjal perut. Lalu memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah mendapat kos-kosan. Sebentar lagi tahun ajaran baru akan dimulai dan sepertinya aku harus segera mendaftar di sekolah yang terdekat dari tempatku tinggal. Mencari diinternet, sekolah Tunas Bangsa adalah sekolah terdekat dari rumahku. Perjalanannya kurang lebih 20 menit jika aku berjalan kaki. Sepertinya hanya itu pilihan yang tepat untukku menimbah ilmu.

~•~

Tidurku terganggu saat merasakan seseorang naik ke ranjang. Lalu sebuah tangan memelukku dari belakang sambil berucap, "mbak sayang banget sama kamu."

"Tumben mbak tiba-tiba peluk aku gini. Selama 14 tahun nggak pernah tuh mbak tiba-tiba naik ke ranjangku trus peluk aku. Ada apa?"

"Pelukan terakhir."

"Maksudnya?"

"Besok kalau kamu nggak lihat mbak, berarti mbak sudah pergi."

"Mbak ngomong apa, sih?"

Lihat selengkapnya