Sejak datang, Genta tidak berhentinya bertanya tentang persoalan kemarin. Ternyata cowok itu punya rasa penasaran juga. Bahkan sudah bisa dibilang berlebihan.
"Kemarin lo ngapain?"
"Gue tahu kemarin lo bohong. Gerak-gerik lo bikin gue curiga."
"Atau jangan-jangan lo buntutin gue?"
Aku mengernyitkan kening mendengar tebakan Genta yang sangat percaya diri sekali. Dirinya benar-benar tidak pernah berpikir dahulu sebelum berbicara. Coba bayangkan. Jika benar aku membuntutinya, mana mungkin aku sampai di tempat terlebih dahulu.
"Lo emang enggak bisa dengar atau lo enggak punya mulut buat jawab?"
Makin dibiarkan ucapan Genta makin ngelantur hingga membuat api amarah mulai muncul. Untung saja aku sedang tidak pms. Jika iya, bisa dipastikan cowok itu sekarang sudah tergeletak di lantai sambil meminta pengampunan.
"Emangnya aku harus bicara jujur sama kamu?" tanyaku yang akhirnya menengokkan kepala ke kiri.
"Makin hari lo makin ngeselin, yah," ucapnya dengan wajah sok-sokan yang rasanya ingin kucakar dengan kuku tajamku.
Selain tidak berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara, Genta juga tidak pernah berkaca terlebih dahulu sebelum mengatai seseorang.
Tidak mau membuang tenaga, aku memilih untuk membuka buku. Mencoba untuk mengalihkan fokusku pada bab yang akan dipelajari hari ini. Namun seseorang disebelahku tidak berhentinya berbicara layaknya setan yang menghasut.
Untung saja guru segera datang hingga aku tidak jadi meluapkan amarah. Terdengar Gente mengomel. Sekilas aku melihat bibirnya yang maju beberapa senti. Sontak saja aku tertawa kecil melihat ekpresinya yang lucu.
~•~
Suasana kantin hari ini sangat ramai. Aku tidak tahu ada gerangan apa para siswa-siswi berbondong-bondong memenuhi kantin. Terlihat mereka yang begitu antusias hingga banyak handphone terangkat ke atas.
"Kayaknya ada yang berantem," ucap Keke membuat rasa penasaranku terjawab.
Perkelahian di sekolah memang selalu membuat pusat tontonan. Apalagi jika yang terlibat adalah most wanted sekolah. Dipastikan berita akan cepat menyebar ke segala penjuru sekolah. Bahkan, satpam hingga office boy saja bisa mengetahui berita itu.
Karena adanya perkelahian ini, aku dan Keke jadi susah untuk membeli bakso. Padahal perut sudah berbunyi minta diisi. Ditambah istirahat juga akan berakhir sebentar lagi.
Sial. Rasanya ingin marah pada jagoan sekolah yang berantem tidak tahu waktu dan tempat.
PRITTT!!
"AWAS!!! MINGGIR!!" teriakan Pak Sam--guru olahraga--membuat semua murid menepi untuk memberikan jalan.
Keke yang berdiri di sebelahku terlihat penasaran dengan pelaku pembuat kericuhan. Sejak tadi gadis itu berusaha untuk menjijit hingga meloncat. Tapi karena tubuhnya yang mini membuatnya tak bisa melihat siapa pembuat onar itu.
Suara ricuh terdengar kala Pak Sam meniup peluit untuk kedua kalinya. Puluhan murid bubar meninggalkan kantin dengan rasa kecewa. Sementara aku dan Keke masih berdiri di tempat semula. Setelah kerumunan mulai hilang satu persatu, aku bisa melihat Genta yang terduduk di lantai sambil memegangi pipinya. Ternyata pembuat onar itu adalah Genta dengan seorang siswa yang tak kukenal.