Mengingat wallpaper handphone Genta makin membuatku pusing. Aku yakin jika seorang gadis yang Genta gunakan sebagai wallpaper handphonenya adalah mbak. Bahkan aku ingat kemeja yang digunakannya adalah hadiah ulang tahun untuknya dariku.
Ingin tidak mempercayai hal itu. Tapi mengingat semua hal tentang Genta yang selalu mengarah pada mbak, membuatku tidak punya pilihan lain untuk tidak percaya. Mulai dari kue yang kubuat dengan tulisan 'selamat ulang tahun Lathifa'. Hari dimana Genta membeli kuenya pun sama dengan hari dimana aku dan mbak berulang tahun yang ke-16 tahun. Lalu pertemuanku dengan Genta dialamat rumah yang dimana Mas Bambang pernah menemui mbak disitu. Kemudian beberapa hari lalu Keke yang mengucapkan nama Lathifa saat bercerita tentang Genta dan Ananta dimasa lalu.
Tunggu. Apakah Ananta juga mengenal mbak?
"Kasih."
Lamunanku pecah kala mendengar namaku dipanggil. Ternyata orang yang memanggil adalah Keke. Dia tersenyum seperti tidak percaya jika menemukanku disini.
"Jadi toko roti yang lo maksud itu di sini?" tanya Keke dan aku hanya mengangguk tersenyum.
Setelah menyelesaikan pesanan Keke, aku mengajak gadis itu untuk berbicara. Kebetulan toko sedang sepi. Jadi aku diperbolehkan oleh Sherly dengan syarat jika ada pembeli maka waktu berbicaraku habis.
"Sekitar 2 minggu lalu gue beli kue di sini. Tapi kok enggak ketemu lo."
"Mungkin aku udah pulang. Biasanya kalau weekend, jam 4 aku udah pulang."
"Pantes. Waktu itu gue beli sekitar jam 7 malem."
Aku hanya tersenyum kecil. Sementara pikiranku sedang berdebat untuk memilih iya atau tidak. Namun mengingat ucapan Mas Bambang jika aku tidak boleh membuang waktu, aku pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Kalau aku boleh tahu. Kamu bisa cerita sedikit tentang pacar Genta?"
Keke terlihat terkejut dengan pertanyaanku. Jika aku berada diposisi Keke, mungkin aku juga akan memberikan reaksi yang sama. Apalagi aku menanyakan hal yang berhubungan dengan Genta---cowok yang sangat tidak kusuka. Bisa dipastikan Keke beranggapan yang tidak-tidak.
"Enggak ada topik lain?" tanya Keke dan aku menggeleng.
"Emang enggak ada habisnya kalau bahas soal Genta. Mungkin lo sebagai teman sebangkunya pasti penasaran. Jadi, dulu tuh Genta deket sama cewek. Gue baru ingat namanya waktu denger gosip dari anak basket. Namanya Lathifa."
Deg!
Ada harapan jika Lathifa yang dimaksud adalah mbak. Tapi saat mengingat cerita jika gadis yang dekat dengan Genta hilang secara tiba-tiba membuatku berharap jika Lathifa ini bukan mbak.
"Gue cuma beberapa kali ngelihat Lathifa. Itu pun cuma sekilas. Jadi gue lupa gimana wajahnya. Tapi kalau ceritanya gue ingat. Dia anak IPA 6."
"Sekelas sama Ananta?" tanyaku saat baru ingat jika Ananta adalah siswa kelas XI IPA-6.
Keke mengangguk. "Gue pernah cerita, kan. Kalau pacar Genta itu teman sekelas Ananta. Bahkan mereka sahabatan. Genta kenal Lathifa juga gara-gara Ananta."
Mengetahui jika Ananta bersahabat dengan Lathifa membuatku berpikir jika kemungkinan Ananta tahu dimana keberadaan Lathifa. Meski aku masih tidak berharap jika Lathifa itu adalah mbak. Tapi foto yang digunakan Genta sebagai wallpaper handphonenya seperti menamparku. Membuatku harus menerima fakta itu.