Anggukan kemarin bukan berarti aku benar-benar mengiyakan ucapan Ananta. Kemarin aku terkejut akan bentakan dari Ananta hingga membuatku terdiam. Tapi, mulai hari ini aku tidak akan diam.
Semalaman aku sudah meyakinkan diri jika keputusanku tepat. Menunggu Ananta membawa mbak kepadaku sangatlah mustahil. Enam bulan Ananta tahu jika mbak tiba-tiba hilang. Tapi sampai sekarang mbak juga belum ditemukan. Cowok itu seperti tidak melakukan apa-apa. Sepertinya memang keluarga yang akan tetap mencari tahu meski yang dihadapi adalah sebuah ombak.
Menurutku satunya cara menemukan mbak yaitu dengan mendekati Genta. Aku akan membuat kami makin dekat agar bisa mengetahui sesuatu yang kini belum kuketahui. Meskipun itu akan membuat Genta curiga, namun aku akan berusaha untuk memanipulasinya.
Alasanku memutuskan ini karena aku merasa ada kejanggalan dari semua petunjuk yang aku dapat. Kue ulang tahun itu. Terasa aneh jika Genta membeli kue itu sementara tidak tahu dimana keberadaan Lathifa. Aku yakin Genta satu-satunya petunjuk dalam masalah ini.
Melihat Genta yang baru saja keluar dari mobil. Langsung saja aku beraksi mendekati cowok itu. Tidak lupa sebelumnya aku mengucapkan bismillah dan ayat kursi. Biar aura setan pada Genta hilang.
Namun saat hampir saja aku menyentuh pundak cowok itu, tanganku ditarik hingga membuat tubuhku berbalik. Hampir saja aku mengumpat pada pelaku jika saja itu bukan Ananta.
"Lo mau ngapain?" tanya Ananta menatapku tajam.
Aku melepaskan tanganku dari cekalannya. Mengambil napas terlebih dahulu agar aku tidak mengeluarkan api kemarahan pada Ananta. "Aku cuma mau jalan bareng ke kelas sama teman sebangku," jawabku. Meski tahu jika Ananta tidak akan semudah itu percaya.
"Sengaja nungguin dia hampir setengah jam lamanya, apa itu cuma karena ingin jalan bareng ke kelas sama teman sebangku?"
Jadi sedari tadi Ananta menungguku. Sepertinya dilain waktu aku harus melihat keadaan sekitar. Jika ada Ananta, maka semua bisa kacau.
"Terus kamu nungguin gerakku selama hampir setengah jam buat apa?" tanyaku balik yang berhasil membuat tatapan tajam Ananta mulai menghilang. Cowok itu seperti bingung menanggapi pertanyaanku.
"Setiap orang punya haknya masing-masing untuk memilih keputusan. Jadi kamu enggak perlu nentuin orang buat pilih keputusan. Itu hidupnya, bukan hidupmu," ucapku sengaja memberikan tatapan tajam ke Ananta beberapa detik. Kemudian melangkah pergi menyusul teman sebangku yang jaraknya sudah jauh. Aku harap Ananta bisa mengerti dan menghargai keputusanku ini.
~•~
Sedang asyiknya membahas drama korea yang baru saja kutonton, tapi Genta malah cabut pergi. Aku tahu sejak tadi cowok itu tidak memperhatikanku. Namun aku yakin Genta mendengar semua ceritaku. Hanya saya cowok itu sengaja ingin membuatku kesal dengan pergi secara tiba-tiba.