1 tahun lalu...
"Tempat duduk ini kosong?"
Setelah mendapat anggukan, Lathifa pun duduk pada bangku kosong itu. Dia hanya diam melihati teman-teman barunya. Terasa aneh saat siswi lainnya memilih untuk mengurai rambut sementara dia sendiri yang dikepang. Maklum, kebiasaan sejak kecilnya memang belum bisa dihilangkan.
"Nama lo siapa?" tanya Ananta yang memberanikan diri mengajak kenalan dengan teman sebangkunya. Sejak tadi teman sebangkunya itu terlihat pendiam. Selain itu, gadis di sampingnya terlihat tidak nyaman. Seperti jika ini suasana baru untuknya.
"Lathifa."
"Ananta."
Dengan ragu-ragu Lathifa menjabat tangan cowok itu. Dia benar-benar kaku jika berhadapan dengan cowok.
"Salam kenal, yah," ucap Ananta yang hanya dibalas senyuman oleh Lathifa. Melihat jika Lathifa sangat kaku membuat Ananta berkesimpulan jika gadis itu adalah gadis baik dan lugu. Pasti sulit untuknya bergaul. Maka dari itu Ananta ingin mencoba mengajaknya berteman.
Memang tidak biasanya Ananta mengajak seorang teman cewek untuk ke kantin bersama. Tapi tidak ada salahnya. Perempuan dan laki sama saja.
Terlihat jika Lathifa benar-benar pemalu hingga berjalan 1 meter dibelakang Ananta. Gadis itu juga lebih sering menundukkan kepala. Ini pertama kalinya dia berjalan bersama cowok selain Bapak dan sepupunya.
Lathifa terkejut saat seseorang menyenggolnya. Hampir saja ia terjatuh. Ternyata cowok itu adalah teman Ananta.
"Kenapa, sih, lo selalu ninggalin gue?" tanya Genta sambil merangkul Ananta dari belakang.
"Daripada ditinggal sama cewek," celetuk Ananta asal.
"Ngejek lo. Gue, kan, enggak pernah punya cewe."
Ananta tertawa. Teman sejak duduk dibangku sekolah dasarnya itu memang sangat anti sama cewek. Sejauh ini Ananta tidak pernah mendengar Genta menyukai satu cewek pun. Sebenarnya sedikit takut jika Genta melenceng dari kodratnya sebagai laki-laki.
"Eh, gue lupa. Lathifa ayo sini," ucap Ananta saat ingat jika dia mengajak seorang cewek.
Bergabung makan bersama dengan 1 cowok saja Lathifa harus memberanikan diri. Ini ditambah 1 lagi. Apa yang telah ia lakukan sampai bisa berhubungan dengan 2 cowok ini.
"Lo, sih, tadi jalan dibelakang gue. Jadi lupa kalau ada lo," ucap Ananta setelah Lathifa duduk dihadapannya. Ditepuknya bahu Genta dengan keras hingga membuat korban mengadu kesakitan. "Kenalin teman sebangku gue."
Genta hanya tersenyum karena dia tidak tahu caranya berkenalan dengan seorang cewek. Karena dia yang hanya tersenyum, didapati-lah sebuah hadiah jentikan ditelinga kanannya. Cukup sakit, sih. Tapi untungnya sudah terbiasa dan teman sendiri.
"Kenalan, tuh, jabatan tangan. Terus tanya namanya siapa," bisik Ananta ditelinga Genta membuat sensasi geli. Setelah membisikkan itu Ananta menanyakan pada Lathifa apa mau dipesankan makanan yang sama dengan mereka. Karena anggukan dari Lathifa, Ananta pun pergi meninggalkan Lathifa dan Genta untuk memesankan makanan.
Suasana hening menyelimuti mereka. Tidak ada satupun yang mau membuka perkenalan. Dua orang ini seolah memiliki sifat yang sama. Malu dengan orang baru.
Namun tiba-tiba saja seorang cowok dengan tubuh kekar mendekati Genta dan memberi pukulan. Lathifa yang berada di dekat sana sontak berdiri terkejut. Seumur hidup dia tidak pernah melihat orang bertengkar dengan kedua kepala matanya sendiri.
Perkelahian berakhir saat Ananta datang untuk melerai kedua cowok itu. Ananta menyuruh Genta untuk pergi sementara cowok itu menahan murid yang seperti memiliki dendam dengan Genta. Melihat Genta berjalan melewatinya dengan sudut bibir yang berdarah membuat Lathifa tak tega. Tanpa kesadaran dia menarik tangan Genta dan membawanya ke UKS.
Untuk pertama kalinya Genta berinteraksi dengan seorang cewek yang bahkan belum ia tahu siapa namanya. Bukan belum tahu. Dia lupa Ananta tadi memanggil cewek itu dengan nama siapa. Lathi? Tapi Genta ingat wajah itu pernah ia temui sebelumnya. "Lo cewek yang waktu itu?"