Aku mengambil selembar foto yang Bude Puspa berikan. Karena air mata yang menghalangi penglihatan. Maka aku pun menghapus air mata dengan punggung tangan. Setelah itu terlihat jelas 2 orang perempuan dan seorang laki-laki dalam foto itu.
"Kamu tahu siapa perempuan itu?" tanya Bude Puspa dan aku pun mengangguk. Aku tahu perempuan yang dimaksud Bude Puspa adalah seorang perempuan yang berada ditengah-tengah antara Ibu dan Bapak. Beliau adalah adik dari Ibu. Bulik Lastri. Sejauh ini aku tidak pernah melihatnya secara langsung karena beliau sudah tiada sejak aku lahir ke dunia.
"Dulu Ibumu, Bapakmu, sama Bulik Lastri kemana-mana selalu bertiga. Sama kayak kamu, Lathifa, dan Bambang. Bedanya kalian bertiga saudara. Ibu dan Bapakmu teman sejak kecil. Mereka selalu satu sekolah dan duduk dikelas yang sama. Sementara Lastri, dia beda 2 tahun dengan Ibu dan Bapakmu. Tetapi Lastri selalu mengikuti kemana pun perginya Kinasih. Alhasil, mereka kemana-mana bertiga. Setiap sore Pandu selalu datang ke rumah buat main sama Lastri. Sementara Ibumu selalu diam di kamar. Tapi kadang-kadang dia suka intip apa yang dilakukan Lastri sama Pandu. Semakin mereka tumbuh besar, tumbuh cinta diantara mereka. Bisa disebut cinta segitiga."
Aku menyandarkan wajahku dimeja sambil menatap Bude Puspa yang menceritakan masa lalu Bapak dan Ibu.
Ceritanya berlanjut tentang cinta segitiga yang terjadi diantara mereka. Ternyata Bapak menyukai Bulik Lastri dan cinta Bapak tidak bertepuk sebelah tangan. Kata Bude Puspa Bapak menyukai Bulik Lastri karena selalu ceria, mudah bergaul, suka bercanda. Bude Puspa bilang sifat Bulik Lastri mirip denganku; tidak bisa diam. Karena itu Bapak lebih menyukai Bulik Lastri daripada Ibu.
"Diam-diam Pandu sama Lastri jalin hubungan dibelakang Ibumu. Tetapi sebulan setelah itu, Pandu pergi ke kota buat cari kerja. Selama 2 tahun dia disana. Pulang-pulang dia ingin menikahi Lastri yang baru saja lulus SMA. Namun ternyata kepulangannya malah mendapatkan perjodohan dengan Ibumu. Pandu tidak bisa menerima perjodohan itu karena yang dia suka adalah Lastri. Tapi Pandu tidak bisa untuk menolaknya karena itu sudah dijadwalkan. Satu-satunya cara yaitu melarikan diri. Pandu pergi ke kota sama Lastri. Tepat sehari sebelum pernikahan mereka balik buat bilang ke semua orang tentang hubungan mereka. Namun, yang terjadi mereka malah mendapati Kinasih yang akan bunuh diri. Iya, Ibumu juga menyukai Pandu. Bahkan sebelum rasa antara Pandu dan Lastri muncul. Hanya saja Ibumu tidak berani buat mengutarakan rasanya dan selalu dipendam."
"Lalu apa yang terjadi Bude?"
"Seperti yang kamu tahu. Bapakmu pun tidak tega dan menikahi Ibumu. Meskipun tanpa cinta, 2 minggu setelah pernikahan Ibumu hamil."
"Hamil aku sama mbak?" tebakku tetapi Bude Puspa menggeleng.
"Disisi lain Lastri ketakutan dan juga bingung akan anak yang dia kandung."
Mendengar itu aku langsung menegakkan tubuhku. Pikiranku benar-benar campur aduk. Aku tidak bisa menebak apa yang terjadi. Tetapi yang aku tahu itu adalah hal yang tidak baik.
"Memasuki 3 bulan usia kandungan. Lastri tidak bisa menutupi perutnya yang makin hari makin membesar. Alhasil, semua orang tahu jika Lastri tengah hamil. Karena itu Pandu mengatakan jika anak di dalam kandungan Lastri adalah anaknya. Memang benar. Itu adalah anak Pandu. Mereka melakukan hubungan badan saat pergi ke kota. Mengetahui hal itu Ibumu hampir saja mengalami stres berat. Lastri pun sama. Untungnya tidak terjadi apa-apa akan kandungannya. 6 bulan kemudian Lastri melahirkan pagi-pagi buta. Anak yang lahir sangatlah cantik. Sayang anak itu tidak bisa melihat Ibunya, merasakan kasih sayang Ibunya, bahkan hingga umur cukup besar dia tidak tahu Ibu kandungnya siapa. Anak itu adalah Lathifa."