Tidak kusangka aku dikejar oleh pemburu dengan pangkat lidah ular. Padahal aku baru saja sampai di desa ini. Setelah dua desa yang aman dan tentram aku kunjungi, kecuali yang pertama itu sudah kacau akibat aku juga. Oh ya, pangkat para pemburu atau lebih gampang membedakannya kita sebut saja anjing-anjing liar dari Maro. Bagi yang belum tahu, Maro itu adalah pusat kerajaan di sini. Para anjing-anjing ini dibedakan menjadi lima tingkatan atau pangkat.
Dari yang paling lemah adalah pangkat gigi serigala. Meskipun lemah, tetapi mereka diperlengkapi dengan senjata dan pelindung yang lengkap, serta jumlah mereka sangat banyak. Pangkat ini termasuk terlemah karena pengalaman mereka sangat kurang atau bisa dibilang mereka ini pemula. Tingkat kedua adalah ekor tempurung kura-kura. Tentu saja mereka lebih kuat, tetapi mereka akan bergerak jika atasan mereka memerintahkan mereka yang berlawanan dengan gigi serigala yang bergerak secara bebas.. Selama mereka tidak diperintah, berarti kami masih aman. Tingkat ketiga adalah kaki laba-laba. Seperti namanya mereka berjumlah delapan dan mereka juga yang memerintah para tingkatan tempurung kura-kura. Dia akan ikut dalam perburuan jika para tempurung kura-kura sudah binasa. Keempat adalah lidah ular. Aku tidak mengerti apa maksud dari namanya dan berapa jumlah mereka, tetapi bisa dipastikan mereka itu pasti sangat mengerikan. Sialnya aku sedang dikejar oleh mereka. Kelima yang merupakan paling kuat adalah akar pohon tembakau. Mereka adalah kerajaan itu sendiri termasuk raja itu sendiri. Merekalah yang menjadi akar perburuan ini meskipun kenyataan berkata lain.
Bagaimana aku tahu informasi ini? Aku tahu ini karena aku diberitahu oleh seseorang. Tujuan awalku adalah untuk mencari para penyihir, tetapi setelah bertemu si wanita pucat aku jadi sadar bahwa kami berjalan di jalan yang sama. Jalan penuh duri yang kita harus menempuh jalan tersebut tidak peduli berapa sakitnya jalan ini.
Ngomong-ngomong, aku masih dikejar oleh para orang gila ini. Lebih tepatnya aku sedang bersembunyi. Panah kematianku tidak bisa mengenainya karena mereka memilki baju zirah yang sangat tebal. Harusnya pangkat mereka itu tempurung kura-kura. Baju zirah mereka tidak memilki celah satupun. Aku bersembunyi di balik tumpukkan batu yang berlumut. Batu ini memiliik sebuah ruang yang bisa kumasuki layaknya gua. Aku masih bisa mendengar langkah kaki mereka.
"Dimana dia?" Suara pemburu yang terdengar dari arah kanan.
"Sepertinya dia berhasil kabur. Apakah kita harus kembali?"
"Lebih baik kita kembali. Sepertinya dia mencoba untuk memancing kita ke tempat perkumpulan penyihir," pilihan yang terlihat bijak, tetapi salah dari seorang pemburu berpangkat lidah ular,.
"Ya, aku setuju."
Aku langsung bernafas lega dan memutuskan untuk tidur. Aku merasakan sesuatu masuk ke kepalaku. Maksudku, pikiranku. Seperti ingatan masa lalu. Daging, tulang busuk, laki-laki, apakah itu ayah? Perempuan dengan rambut coklat. Ibu? Aku langsung terbangun sementara jantungku berdetak sangat kencang dan kuat seperti ingin meledak. Aku memegang dadaku.
"Apa ini?" Tanyaku dengan mata melotot akibat detakan jantungku yang terus berdetak tak henti. Aku mencoba mematikan jantungku untuk sementara. Aku tidak akan mati jika tidak terkena luka mematikan. Jadi jika aku menusukkan anak panahku, aku tidak akan mati. Aku menusukkan anak panahku ke arah jantung. Aku langsung pingsan atau lebih tepatnya tertidur.
Aku terbangun dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah dari batu tersebut. Aku mengintip keluar untuk melihat apakah mereka sudah pergi. Aku keluar karena sudah merasa yakin bahwa mereka sudah pergi. Aku memanjat salah satu pohon dekat wilayah ini. Aku mendengar sebuah kereta kuda yang tidak jauh dari sini. Aku mencoba melihat ke arah suara tersebut berasal. Ternyata suara tersebut tidak jauh dari sini. Aku langsung turun dari pohon tersebut dan berlaru ke arah suara tadi. Aku melhat jalan sekaligus melihat kereta kuda tersebut.
"Hop, hop, hop. BERHENTI!" Teriakku.
Kereta kuda tersebut berhenti mendadak sehingga membuat kuda-kuda tersebut terkejut. "HEY, APA-APAAN!"