Thorned Fate

Centrifugal
Chapter #16

14. Zirah yang Terbakar

Kami sudah berada di tempat yang dinamakan Desa Paruk ini. Seperti yang dikatakan oleh berita-berita yang sudah tersebar, desa ini sudah terbakar hingga sudah tidak seperti desa lagi. Tidak ada rumah, toko, dan bangunan lainnya yang masih utuh. Semua sudah terbakar dengan bekas-bekas hitam. Aku tidak bisa membayangkan berapa korban yang termakan oleh insiden menara api tersebut. Sebenarnya aku tidak memilki tujuan tertentu. Aku hanya ingin kabur dari tempat tadi. Aku melihat Ruele terlihat sedang mencari sesuatu. Dia mengobrak-abrik reruntuhan. Aku melihat reruntuhan tersebut seperti rumah bangsawan karena hanya tempat tersebut yang reruntuhannya sangat banyak.

"Ruele, aku akan berkeliling dahulu," seperti biasa dia mengabaikan perkataanku. Aku berkeliling tempat yang dulunya disebut desa ini. Setelah beberapa langkah aku berjalan, aku melihat sebuah papan dengan gambar pohon tembakau. Aku langsung merinding setelah melihat papan tersebut. Apakah ini sempat menjadi tempat pemburu dengan pangkat pohon tembakau? Bukannya mereka hanya berada di kerajaan, maka dari itu mereka disebut kerajaan itu sendiri. Aku mencoba mendekati tempat papan tersebut. Aku melihat kedepan. Aku menemukan terowongan yang terbuka dengan temboknya yang sudah berawarna hitam yang kuamsusikan akiibat api. Aku masuk terowongan tersebut dengan mengambil tengkorakku untuk menjadi penerang. Dari sini aku tahu bahwa kekuatanku bisa dijadikan penerang.

Aku terus menelusuri terowongan tersebut yang jalurnya hanya lurus. Ketika menelusuri terowongan tersebut, aku menemukan cahaya berwarna emas. Aku kurang yakin kalau itu emas, tetapi warnanya sangat terang dan berwarna kuning. Aku mengayunkan tengkorakku untuk mengecek apakah ada sebuah jebakan atau tidak. Sepertinya aman. Aku langsung mendatangai tempat cahaya tersebut. Ketika aku sampai, aku hanya melihat obor yang digantung di tembok terowongan tersebut.

"Api yang unik," api tersebut berwarna merah keemasan. Memang ada yang aneh. Aku mengira ini perbuatan penyihir. Apakah api dari dalang dibalik menara api itu abadi? Kurasa tidak mungkin. Jika abadi berarti desa ini terus terbakar. Aku mencoba mengambil obor tersebut, tetapi aku merasa di bagian kiriku ada seseorang.

Tiba-tiba sebuah pedang ditusukkan ke arahku, tetapi aku memiliki refleks yang bagus jadi aku bsia menghindarinya. Dalam posisi terduduk aku melihat sebuah pedang hitam besar. Tak lama kemudian muncullah baju zirah berwarna hitam pekat yang sangat tinggi hingga hampir mengenai atap terowongan ini. Baju zirah tersebut mengarahkan tangan kirinya ke arahku dengan telapaknya yang terbuka. Telapak tangan tersebut perlahan bercahaya hingga akhirnya mengeluarkan api. Aku langsung melempar rompiku ke arah tangan tersebut dan kabur. Untung saja terowongan ini sangat simpel, jadi aku bisa keluar dengan mudah.

Ketika aku sampai di luar, suara perempuan menggema dari dalam terowongan. "Untuk apa pemburu penyihir berada di sini?" Setelah dia berkata ini, dia langsung keluar dengan ledakan yang menghancurkan pintu masuk terowongan tersebut. Aku tidak menyangka baju zirah sebesar itu bisa bersembunyi di terowongan yang sangat sempit. Apakah karena warnanya hitam?

"Sepertinya ada kesalahpahaman," kataku dengan panik sambil menembakan anak panahku.

"Tutup mulutmu," dia terus berjalan ke arahku meskipun sudah kutembaki dengan panah silangku. Pedang besar berwarna hitam yang dia pegang tadi mulai menyala menjadi warna api merah keemasan. Dia mengangkat tangannya seperti ingin menghunuskan pedangnya ke arahku. Bukan seperti, melainkan memang itu tujuannya. Aku langsung berguling ke arah kanan, berdiri, dan berlari. Aku mencoba mencari Ruele di tempat reruntuhan sebelumnya, tetapi dia tidak ada.

Aku rasa dia tidak berusaha mengejarku atau bisa saja dia tidak bisa berlari dengan baju zirah yang terlihat berat itu. Aku bersender ke salah satu reruntuhan tersebut untuk beristirahat. Aku menghela napas. Sebuah pedang berwarna hitam terlihat melayang ke arahku. Sepertinya dia tidak memberiku waktu isitrahat. Pedang tersebut menghantam reruntuhan tersebut. Untungnya aku berjasil menghindar. Sepertinya aku harus melawan dia sambil menunggu Ruele kembali.

Lihat selengkapnya