Thorned Fate

Centrifugal
Chapter #22

19. Exter II

Aku menuju rumah sakit tempat tiga perempuan yang menyerang Ruele tadi dirawat. Aku tahu letak rumah sakit ini karena seseorang dari tempat makan penginapan memberitahuku. Ruele tidak bersamaku karena Ruele sedang bertemu dan menjelaskan semuanya kepada si rambut ungu tua dan pelempar tanaman. Semoga tidak ada pertumpahan darah. Selama di perjalanan menuju rumah sakit, aku merasa semua orang melihat ke arahku dengan tatapan bingung seperti mengapa laki-laki bisa menjadi penyihir atau semacamnya. Lagian aku tidak terlalu memikirkannya.

Aku sampai pada rumah sakit yang diberitahukan oleh seseorang dari tempat makan penginaapan tadi. Rumah sakit ini lebih seperti rumah biasa sederhana, tetapi sangat luas jika dilihat dari luar. Aku memasuki halaman rumah sakit tersebut melalui pagar yang kondisinya sudah diambang kehancuran. Aku membuka pintu rumah sakit tersebut. Aku tidak percaya dalamnya lebih luas dari yang kukira. Aku berjalan menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruangan tiga perempuan itu dirawat.

"Permisi, apakah ada pasien yang dibawa oleh baju zirah hitam dengan api dikepalanya?" Tanyaku pada perawat berambut coklat muda panjang hingga bahu dengan mata kanannya yang tertutup oleh rambut poninya.

Perawat yang mengurusi bagian resepsionis tersebut mengambil catatan. "Siapa namamu?" Sambil tersenyum.

"Deldora Baskin," kataku sambil melihat-lihat rumah sakit ini.

Dia menatap mukaku dengan serius.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ah, tidak," dia langsung menundukan kepalanya dan lanjut menulis catatannya. "Namamu sudah kutulis, jadi bersiaplah."

Aku langsung melihat ke arah dia yang tadinya mataku melihat ke sekeliling rumah sakit. "Siap untuk apa?"

"Tapi sebelum itu, bisakah kita bicara setelah aku selesai bekerja," kata dia sambil memegang dahiku.

Aku tidak bisa mempercayai wanita yang ada disini. Bukan tidak mempercayai, lebih tepatnya mewaspadai. "Bisa, asalkan ...."

Dia memotong pembicaraanku sebelum aku sempat menyelesaikannya. "Baiklah, selamat mengunjungi."

Setiap bagian dari badanku terasa seperti lepas layaknya mainan bongkar pasang. Aku hanya bisa melihat cahaya ungu yang dengan warna putih di tengahnya. Gradasi kah? Sebelum itu, aku sempat melihat tangan dia menyala seperti lampu berwarna ungu. Badanku terasa kembali utuh. Aku menggerakan setiap badanku termasuk telingaku. Aku bisa menggerakan telinga loh, ini adalah bakat yang langka. Aku merasa sudah enakan jadi aku langsung berjalan menuju pintu yang berada di depanku. Aku melihat ke sekeliilng cuman ada pintu ini. Apakah ini ruangan atau lantai istimewa? Aku mengetuk pintu ini.

"Masuk!" Suruhan dari suara yang pernah kudengar.

Lihat selengkapnya