Thorned Fate

Centrifugal
Chapter #27

23. Bertukar Takdir

Ikuti saja petunjuk yang ada di peta ini. Inilah yang dikatakan oleh Solis. Sepertinya dia mendapat peta ini dari Mortus atau temannya Mortus. Aku melihat-lihat peta ini. Memutar balikan peta ini. Sepertinya ini peta biasa, tidak ada yang istimewa. Aku melihat peta ini. Terdapat tanda berwarna merah yang berarti ini adalah tempat penginaapan yang kutempati berada, sedangkan gambar cawan yang berada di dekat gambar beruang ini adalah tempat yang harus aku datangi. Dari peta terlihat sangat dekat, tetapi kenyataannya ini sangat jauh. Aku menaruh peta ini di meja sebelah kasurku, melihat ke arah jendela yang diterangi oleh cahaya bulan. Aku menutup tirai, kemudian tidur dengan Vonlaus berada di sebelahku yang masih tertidur sejak dari rumah sakit.

"Bangun ..., bangun," kata seseorang dengan suara yang seperti melodi membangunkanku.

Aku membuka mata dan melihat Vonlaus yang sudah mengenakan baju desanya yang sudah siap untuk berangkat. Sepertinya dia juga diundang ke tempat yang ada di peta ini. Dia memakai sepatu botnya, lalu membalikan badan ke arahku.

"Ayo bersiap," ajak dia.

Perutku tiba-tiba bunyi. "Makan."

"Maaf. Aku tidak perlu makan. Silahkan makan terlebih dahulu. Aku harus pergi duluan," kata dia yang penuh pengertian. Dia berjalan ke arahku dan menjijitkan kakinya, lalu mencium kening topengku. "Sampai ketemu," sambil melambaikan tangan.

Aku memegang kening topengku. "Sampai ketemu."

Aku berjalan menuruni tangga untuk menuju ruamg makan. Aku melihat Deldora dan Igna sedang mengobrol di meja makan dengan nomor delapan. Aku berjalan ke meja tersebut dan duduk di samping Igna.

"Selamat pagi Ruele. Apa kau tidak mandi?" Tanya dia sambil melihatku dari ujung kaki hingga ujung kepalan.

Aku menjawab dengan menggelengkan kepala.

"Lagian bukan masalah kan? Dia juga tidak memiliki bau," kata Deldora.

Igna melihat-lihat sekeliling. "Ngomong-ngomong, semua orang sepertinya melihat kita. Apakah ini karena pengadilan pada waktu kemarin?"

"Tentu saja. Tidak semua orang ingin dia selamat."

Aku mengangkat tanganku. Seorang pelayan datang ke arahku dengan kakinya yang gemetaran sambil memegang sebuah menu.

"Mau ..., pesan ..., apa?" Tanya dia dengan gertakan giginya yang terdengar jelas.

Aku sadar akan ketakutan dia jadi aku beranjak dari tempat dudukku dan langsung pergi keluar penginapan. Ketika aku di luar, aku mengingat Solis memberitahuku rumah dia. Dia sudah menandakannya dengan gambar bunga matahari di petaku. Dia sepertinya tahu kejadian ini akan terjadi. Aku mengambil peta dan mencoba untuk mengeceknya. Ternyata benar. Aku langsung berjalan mengikuti peta tersebut.

Tiba-tiba seseorang memegang pundakku. "Tunggu dulu, kau mau kemana?" Tanya Deldora yang tiba-tiba memegang pundakku tadi.

Aku menunjukan sebuah peta dan menunjuk gambar bunga matahari tersebut. "Makan."

"Kukira ingin kemana," kata dia dengan lega. "Baiklah aku ikut."

"Kami," susul Ruele yang baru keluar dari tempat penginapan.

Kami berjalan untuk makan di rumah Solis. Aku mendengar Igna dan Deldora akrab berbicara. Aku hanya mendengar saja selama perjalanan. Keinginanku untuk berbicara menjadi berkurang setelah kejadian itu.

Akhirnya kami sampai di rumah Solis. Kami berjalan mendekati pintu masuknya. Deldora mengetuk pintu rumah tesebut. Dari luar terdengar suara yang ramai di dalam. Kurasa sedang ada tamu.

"Masuk!" Kata seseorang dari dalam rumah.

Deldora membuka pintu. Ternyata di rumah itu ada Mortus yang duduk dekat tungku api sambil memakan sup kentang ayam. Ada si rambut ungu yang duduk di samping Fero. Ada wanita tanaman yang kaget melihatku yang baru masuk. Terakhir, ada Vonlaus yang berbalik badan meninggalkan makanannya dan langsung berlari memelukku.

"Vonlaus, jaga sikapmu!" Kata Mortus. Kurasa Vonlaus dan Mortus sangat dekat.

Vonlaus berbalik badan dan menjulurkan lidahnya dengan niatan mengejek. "Berisik dasar kakek tua."

"Umurku masih 45 tahun," kata dia sambil mencengkeram sendoknya.

"Itu termasuk tua kan?" Kata Solis yang baru turun membawa tiga mangkuk makanan. "Silahkan dimakan," jamuan dia kepada kami sambil menaruh mangkuk makanan kami di atas meja dekat pintu masuk.

"Setidaknya hapus kata 'kakek' itu," kata Mortus dengan kesal.

Vonlaus kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan santapannya. Kami berjalan ke meja yang telah disediakan serta makanannya. Makanan kami sama yaitu sup kambing. Aku melihat Igna yang terus diam menatap mangkuknya.

"Permisi Solis, kau tahukan baju zirah tidak perlu makan?" Tanya dia dengan niat sarkas.

Lihat selengkapnya