"Mortus, kau serius kan?" Tanya Igna.
"Tentu saja," balas dia dengan percaya diri.
"Langsung terobos gerbang depan?" Tanya dia lagi.
Mortus melihat ke arah Igna dengan mata yang sangat teramat serius. "Tentu saja."
Igna melihat ke arah kami yang sedang bersembunyi di balik pohon-pohon kering dekat tumpukan karung yang berada dekat gerbang. Dia mengacungkan jempolnya. Kami langsung membalas kembali dengan acungan jempol. Mortus dan Igna langsung keluar dari persembenyiannya dan lari menuju gerbang depan. Mortus mengubah tangan kanannya menjadi tangan besi yang memiliki cakar, sedangkan Igna melemparkan bola api yang pernah dia pakai sebelumnya untuk menyerang Deldora. Gerbang pun terbakar. Mortus dan Igna kembali bersembunyi di samping gerbang yang sudah terbakar. Penjaga-penjaga langsung keluar. Ada yang menjaga lewat pos dan ada yang menjaga bagian bawah.
"Solis! Deldora!" Perintah Ruele untuk menembak mereka yang menjaga di pos atas.
Suara benang dari busur mereka terdengar. Anak panah roh kematian milik Deldora mengenai penjaga yang berada di pos kanan atas, sedangkan anak panah Solis mengenai penjaga yang berada di pos kiri atas. Mereka yang tertembak langsung tumbang.
Penjaga yang menjaga bagian bawah juga sudah dikalahkan oleh Mortus dan Igna. empat dari mereka tercabik dan limanya terbakar hangus dan badannya terbelah dua. Mortus melihat ke arah kita dan mengayunkan jarinya pertanda untuk kita maju untuk masuk menyerbu Arnea. Kami langsung keluar dari persembunyian dan berlari. Kami sudah masuk Arnea. Di sini terrnyata banyak penduduk biasa dan pemburu dengan baju zirah yang tebal.
"Banyak juga pemburu berpangkat ekor tempurung kura-kura," kata Deldora dengan nada meremehkan.
"Kukira kau takut dengan mereka," kata Solis.
"Selama ada serdadu yang berpihak padaku, aku akan aman," balas Deldora.
"Serdadu?" Tanya Leve.
"SERANG!" Teriak salah satu pemburu yang berada di samping kanan atas.
Mereka mulai menyerang kami layaknya tikus-tikus kelaparan. Anak panah di tembakan tanpa ragu dan penyerang jarak dekat mereka maju tanpa takut mati, tetapi Larmen membangun pelindung dengan tanamannya. Tanaman tersebut tumbuh dan menjalar dari dalam tanah dengan cepat. Bahkan kecepatan terbang anak panah pun akan kalah cepat dengan tanaman Larmen. Senjata jarak dekat mereka semuanya terjerat pada tanaman Larmen. Ini adalah kesempatan kami menyerang.
"Kesempatan emas kawan-kawan," kata Igna.
Solis dan Deldora menembakkan busur mereka ke arah para pemanah yang sedang mengisi anak panah mereka.
"Baju zirah mereka langsung retak. Busur buatanmu memang hebat," kata Deldora.
Sementara itu, kami para penyerang jarak tengah langsung melakukan mengapit mereka yang berada di bawah benteng ini. Larmen menjerat mereka, Leve menyerang daerah kiri, dan aku menyernag daerah kanan. Aku belum pernah menggunakan senjata sabit, tetapi entah mengapa aku bisa menggunakannya seperti sudah mahir. Aku menebas tiga orang dari tanpa menggunakan sihirku. Aku merasa ada orang yang menyerang dari belakangkaku. Pada saat ini aku langsung mengeluarkan sihirku. Bercak cairan hitam keluar dari punggungku dan mengenai mereka. Cairan tersebut masuk ke celah-celah baju zirah mereka. Mereka langsun terjatuh dan berteriak-teriak kesakitan. Aku mengabaikan mereka dan langsung maju menyerang pada targetku yang lain.
"Leve, awas!" Peringatan dari Mortus, sedangkan Leve berhasil menahan sebuah garpu taman.
Penduduk tempat ini mengarahkan garpu taman mereka ke arah Leve. "Pegilah penyihir sialan!"