"Apa yang kau katakan itu benar, Deldora?" Tanya Solis sambil menendang kerikil.
"Tentu saja. Jika diperhatikan, kebanyakan manusia yang tidak mengusir kita adalah manusia yang bertempat tinggal berdampingan dengan penyihir. Berdampingan di sini adalah sekaligus mengenal bahwa dia itu penyihir, bukan yang baru mengetahui dan membakarnya," kata dia sambil melirik Igna.
"Jadi kau thau apa yang menyebabkan mereka membenci penyihir secara alami?" Tanya Larmen.
"Bentar," kata dia sambil merogoh saku rompi kanannya. "Nah, ini dia," dia melirik ke arahku. "Ruele, kau tahu ini kan?"
Aku hanya mengangguk.
"Tulang belakang seperitnya," kata Larmen.
"Ya, kau benar. Ini adalah tulang belakang mantan manusia."
Mortus yang sedang duduk di teras rumah kumuh ini, langsung berdiri dengan sangat cepat dan serius. "Mantan manusia? Apakah dia menjadi nefas?"
"Apa kau tidak sadar dengan hanya melihatku?" Tanya Deldora sambil merentangkan tangannya.
Mortus hanya melihat dia. Beberapa detik kemudian, dia baru sadar sesuatu. "Kau laki-laki sekaligus seorang penyihir. Lalu, tulang belakang itu adalah punyamu?"
"Ya, perempuan brengsek yang kupanggil ibu itu mencabut semua tulang belakangku hanya untuk memenuhi tujuannya," kata Deldora dengan amarah yang terlihat dari tangannya yang meremas tulang itu.
"Apakah si kembar tiga memberikannya padamu?" Tanya Leve.
"Tidak, aku mengambilnya ketika mereka dilumpuhkan oleh Ruele."
"Dasar maling," kata Igna.
"Hey, ini tulang belakangku. Lagian tulang ini sudah tidak berguna lagi. Sihirnya sudah bekerja dan rencana dia sudah berhasil," kata Deldora sambil menyimpan kembali tulangnya ke saku rompi kanannya.
"Sepertinya kau juga tidak tahu cara dia merubahmu menjadi penyihr dan bagaimana cara dia juga menyebarkan kebencian alami terhadap penyihir kepada manusia-manusia ini," kata Solis.