Thorned Fate

Centrifugal
Chapter #4

4. Penjelasan

Aku membuka mataku secara perlahan. Aku melihat seorang perempuan dengan rambut hitam sepanjang lehernya sedang bercermin. Aku melihat sebuah luka di lehernya yang berbentuk seperti sayap burung. Punggungnya yang kasar tidak seperti perempuan yang lain. Dia mencoba untuk mengikat rambut pendeknya, tetapi tidak bisa. Terlihat lucu sekali dia mencoba mengikat rambutnya. Dia menoleh dan berjalan ke arahku.

"Ayo bangun, kita sarapan," suara dia menggema ditelingaku. Dengan tidak menjawab aku bangun, kemudian mencari bayiku. "Jangan khawatir, bayimu sudah kupegang." Kami berjalan kebawah untuk mengambil makanan. Kami mengambil makanan yang sudah disediakan. Kami memakan roti, dengan sup kambing yang lumayan enak. Mungkin ini efek dari kebanyakan makan-makanan buruan.

Sakuku terasa hangat. Aku baru ingat aku menyimpan anak panah dari Deldora ke saku rok piyamaku. Aku tahu dia ingin membicarakan yang kemarin, tetapi aku mengabaikannya. Menghabiskan waktu santai dengan Fae lebih penting. Aku kembali fokus sarapan, memotong roti dan mencelupkannya ke sup kambing tersebut. Melihat Fae sedang menyuapi bayiku membuat hatiku tenang. Sesudah makan, kami menuju ke pemandian. Kami menanggalkan baju kami dan mulai menyeburkan badan kami kolam pemandian tersebut. Aku tidak heran mengapa hanya kita bertiga yang berada di pemandian. Semua yang menginap disini kebanyakan para pemburu, pemburu, dan para penjelaj. Mereka sangat sibuk hingga tidak bisa bersantai.

Fae bersandar ke badanku. "Apa tadi malam ada yang mengunjungi kamar kita?"

Aku tidak berani berbohong karena mau sedatar apapun mukaku akan selalu ketahuan. "Ada, Kau masih ingat Deldora?"

"Aah... Laki-laki yang menuduh kita penyihir dan membiayai biaya penginapan. Aku ingat. Apa tujuan dia berkunjung?"

Aku terdiam.

"Ruele? Halo," sambil menjetikan jari ke arah mukaku.

"Ya, oh... Maaf, sebenarnya dia menjadikanmu sandra karena dia masih curiga kalau aku ini penyihir. Maaf baru memberitahumu," ucapku dengan nada agak menyesal sambil memegang kepalanya.

"Ayolah, tidak usah minta maaf. Kau jujur saja sudah membuatku tenang. Jadi apa yang kau lakukan selama dia menyanderaku?"

"Hanya membicarakan banyak hal, tetapi dia memberikanku anak panah. Katanya ini menjadi tempat pertemuan aku dengan dia untuk melanjutkan pembicaraan kemarin."

"Sebaiknya aku ikut denganmu," dia membalikan badan dengan cepat ke arahku.

"Tidak usah, biarkan aku yang pergi."

"Tidak, keamananmu adalah tugasku. Aku sudah diba..."

Lihat selengkapnya