Tolong selamat tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat, tolong selamat.
Bayangan seseorang terlihat dari sebelah kananku. "RUELE!"
"FAE!" Teriakku sambil menangis memeluk dia.
"Jangan menangis. Lihat ini, aku ini pasukan elit yang dipercayakan untuk mendampingimu dari kecil," sambil mengelus bahu dan mencium kepalaku.
"Tolong jangan lakukan itu lagi. Aku sangat cemas," kataku sambil tidak bisa menahan tangisku yang deras seperti hujan ini.
Seseorang terlihat keluar melompat dari menara pengawas dekat gerbang keluar desa. Ternyata itu adalah Deldora. Dia melompat dari menara tersebut kemudian berguling dengan cahaya hijau yang menyala di daerah lengan kanannya. Dia kemudian berjalan menuju ke arahku dan Fae.
"Mari kita berlari dahulu kemudian kalian boleh melanjutkan mesra-mesraan kalian nanti," kata dia sambil mengayunkan tangannya pertanda ayo.
"Dasar," kataku sambil menggendong bayiku.
Ketika kami ingin berlari, kami melihat kuda yang sedang diikat di dekat gubuk dekat tumpukan kayu tadi. Aku saja tidak sadar disana ada kuda. Deldora mulai menaiki kuda berwarna coklat sebelah kiri, sedangkan Fae mengambil kuda perak yang berada di tengah. Fae menjulurkan tangannya supaya aku bisa naik kuda tersebut. Aku duduk di depan badan Fae sambil memegang bayiku dengan erat.
"Apa yang terjadi selama kaian berurusan dengan pemburu penyihir tersebut?" Dorongan angin akibat kuda cepat ini memaksaku untuk berteriak.
"Mati. Cuman itu pilihan Fae."
"Pilihan Fae?"
"Anak panah dia tidak bisa menembus baju zirah yang tebal mereka. Hanya tombakku yang bisa, " balas Fae.
"Bagaimana dengan para penduduk dan penjaga?" Tanyaku lagi.
"Beberapa penjaga ada yang pingsan. Kalu untuk penduduk mereka hanya ketakutan ketika melihat Fae membantai para pemburu penyihir. Jujur saja aku penasaran, kau ini prajurit dari faksi apa?"
"Faksi Ruele," jawab Fae dengan cekikan.
"Apa-apaan."
Kami berlari sangat lama. Kami merasa sudah aman, jadi kami memutuskan untuk memperlambat laju kuda kita supaya lebih santai. Kami tidak memutuskan untuk beristirahat karena kami masih memiliki tenaga untuk berjalan. Sampai pada akhirnya kami berhenti di jalan yang memiliki dua jalur yang dipisahkan oleh perairan.