Thorned Fate

Centrifugal
Chapter #10

9. Kehidupan di Desa

Aku bangun pagi, merapihkan tempat tidur, merapihkan tempat tidur bayiku, membuka jendela di setiap kamar, mandi bersama bayiku, memasak, dan kemudian sarapan. Selama beberapa minggu ini aku bekerja di desan ini sebagai pengajar di sebuah rumah yang awalnya terlantar. Aku bisa menjadi pengajar di rumah terlantar ini karena beberapa minggu yang lalu perempuan tua yang menenangkanku ketika aku menangis di depan banyak warga, menyuruhku untuk mencoba mengunjungi rumah yang terlantar tadi yang aku bahas. Aku menuruti dan mencoba membersihkan dan merapihkannya sehingga terlihat baru. Kejadian beberapa minggu yang lalu membuatku malu jika dipikirkan. Karena aku tidak tahu harus apa sehabis membersihkan rumah terlantar ini, aku mencoba mengunjungi toko yang ada di desa ini. Aku merasa sangat beruntung karena toko ini menjual banyak buku. Aku sudah lama tidak membaca buku sejak berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang lalu dikarenakan sesuatu. Karena pemilik toko tersebut tahu situasiku, jadi dia memberikan satu kotak yang berisi buku entah berasal darimana kepadaku. Aku sempat berbicara pada dia mengenai banyak hal dan mengapa dia memberikan banyak buku kepadaku dengan cuma-cuma. Semua warga di desa ini tidak bisa membaca, itulah mengapa dia memberikanku buku secara cuma-cuma.

Kembali ke masa sekarang. Aku bersiap-siap berangkat untuk mengajar di rumah terlantar tersebut sambil menggendong bayiku. Biasanya anak-anak di sana sangat senang bermain dengan bayiku. Aku sudah memasuki area pedesaan. Mereka menyapaku dengan ramah. Aku sampai pada rumah tersebut. Ketika aku baru mau membuka pintu masuk, tiba-tiba dua orang anak laki-laki kembar mengejutkanku.

"Selamat pagi guru," kata mereka berdua secara berbarengan dengan senyum mereka yang manis.

"Astaga, kalian mengejutkan ibu. Sekarang ayo masuk," sambil mengelus kepala mereka.

"Baik-baik."

Waktu pembelajaran belum mulai jadi aku bisa menyiapkan diri di ruangan yang aku sengaja buat khusus untukku. Aku bercermin merapihkan rambut panjangku yang berwarna putih pucat dengan sisir yang baru kubeli beberapa hari yang lalu. Aku melihat jadwal yang sudah kupakai dari beberapa minggu yang lalu. Aku melihat ke arah cermin selama beberapa menit. Aku menyadarai bahwa selama ini aku tidak tahu bentuk asli rupaku mulai dari rambut hingga ujung kaki. Selama aku mandi juga aku tidak memperhatikan tubuhku. Aku juga menyadari bahwa setiap orang yang menyebut ciri-ciri fisikku akan berubah menjadi suara yang terdistorsi. Kenapa sekarang tidak? Aku juga tidak tahu. Aku tidak mau terlalu memikirkan masalah ini. Aku menggendong bayiku dan keluar ruangan menuju kelas. Aku sekilas melihat bayiku.

"Buram."

Aku sampai pada kelas. Sunggu banyak sekali murid-murid mulai dari remaja hingga anak kecil sekitaran lima tahun.

"Selamat pagi."

Lihat selengkapnya