"Lo ... seksi," ucap Samudra asal yang membuat Rhinia terkesiap menutupi tubuhnya yang hanya berbalut handuk.
"Aaaaaaaaaakhhhh ... ." Rhinia menjerit keras, dengan cepat ia menarik tangannya kemudian lari terbirit-birit meninggalkan lelaki yang tak ia ketahui.
Sementara itu, Samudra masih diam mematung ia menyentuh pipi yang tadi disentuh oleh gadis tersebut. Setelah kepergiannya cermin kembali pada keadaan semula, tak ada embun tak ada gadis dibaliknya, yang ada hanya pantulan dirinya yang masih menatap kosong, ia begitu tak habis pikir bahkan untuk berteriak seperti yang gadis itu lakukan pun rasanya terasa sulit. Lagipula ia menikmati pemandangan itu, untuk apa ia berteriak?
Ia kembali ke tempat tidurnya, masih dengan rasa tak percaya, menduga apakah yang baru saja terjadi adalah nyata atau hanya halusinasi? Terlalu nyata jika dikatakan halusinasi, dan terlalu tidak mungkin untuk dikatakan nyata. Bagaimana bisa sebuah cermin menghubungkannya dengan dunia luar yang asing?
Hari sudah semakin larut, ia menatap jam di atas meja. Ternyata sudah pukul 02.30 pagi. Tak terasa waktu cepat berlalu, seiring dengan pertanyaan yang tak bisa ia jawab mengenai cermin dan gadis itu. Untuk ukuran lelaki yang telah dewasa rasanya agak susah untuk berhalusinasi tingkat tinggi, kecuali dirinya tengah mabuk. Lagipula ia bukan anak 17 tahun yang bisa seenaknya membayangkan gadis dengan pemandangan yang indah seperti itu, dan juga bukankah tadi ia berteriak? Jelas sekali nyaring di telinganya, apalagi saat gadis itu dan dirinya saling menyentuh wajah.
Untuk mengurangi rasa penasaran ia bangkit dari posisinya, ia tak peduli sudah pukul berapa sekarang yang penting rasa penasarannya terjawab. Ia tak bisa terbaring dan bertanya ini itu tanpa jawaban, ia harus mencari tahu sendiri. Dengan langkah pasti dia menuju kamar mandi, ia menatap cermin itu lagi berharap akan ada petunjuk dari apa yang ia pertanyakan.
Sudah hampir setengah jam ia duduk memperhatikan cermin tersebut namun tak ada perubahan, cermin itu tetap seperti semula Tidak ada kejadian aneh-aneh. Ahhh ... apakah ia sudah gila? Tentu saja itu hanya khayalan, buktinya sekarang tidak terjadi apapun. Samudra tiba-tiba tak rela jika itu hanya halusinasi, bukan apa-apa hanya saja kejadian tadi terlalu asli, dan hatinya berkata bahwa itu memang nyata, ia mengalaminya. Ia mengusap wajahnya kasar, dengan hati yang berat dia meninggal kamar mandi kemudian berbaring kembali dan mencoba untuk memejamkan matanya, tapi kenyataannya ia tak bisa tidur hingga pagi menjelang.
***
Rhinia benar-benar ketakutan setelah meninggalkan lelaki yang tak ia tahu asal usulnya itu, ia masih terduduk lemas dipojok kamarnya. Sungguh sesuatu yang menyeramkan baginya, dia pikir itu hanya halusinasi tapi kenapa begitu nyata? Apalagi mereka saling bersentuhan, rasanya tidak mungkin jika hanya halusinasinya. Yang ia sesali kenapa ia bisa keluar dalam keadaan seperti tadi? Ahh ya sudahlah mungkin karena terlalu mendadak jadi ia tak ingat sedang berendam dan menghampirinya dalam keadaan hanya memakai handuk. Ia memukul kepalanya, menyesali perbuatannya. Kenapa ia seperti wanita penggoda? Ini tidak benar!
"Kok bisa nyata banget ya? Kalau hantu, mana bisa gue nyentuh dia orang jelas-jelas kesentuh gitu,"
Rhinia bergumam berharap akan ada yang menjawab keheranannya. Namun ia sadar, tidak akan ada yang membantu menjawab semua pertanyaan itu kecuali dirinya sendiri. Sekarang pukul 03.05, apakah perlu ia memeriksa kembali ke kamar mandi? Siapa tahu akan ada jawaban atas semua ini? Ya, ia harus mencoba!