Meski sudah mendapat begitu banyak dukungan, nyatanya Rhinia tetap bersedih. Ia tak tahu kenapa cintanya pada Ali begitu besar, entah karena hubungan yang sudah terjalin lama atau memang kasih sayang yang belum bisa pudar sepenuhnya. Teman-temannya bilang bawa itu tidak usah dipikirkan, ia harus fokus sekolah. Memang benar, ia tak seharusnya memikirkan hal-hal yang sudah bukan miliknya, setidaknya ia harus fokus sekolah sekarang.
"Gue yakin dia bakalan nyesel ninggalin cewek baik kayak lo," ucap gadis cantik bermata sipit itu, ia sebenarnya kasihan pada Rhin karena baru kali pertama Rhin seterluka ini.
"Bener, dia pasti nanti ngemis-ngemis minta balikan," tambah gadis berkacamata dengan bentuk mata bulat, wajahnya sangat Indonesia berbeda dengan gadis sebelumnya yang lebih terlihat oriental.
"Iya, iya ... ." lanjut Rhinia lemas.
Sebenarnya berkata itu gampang, menjalaninya yang susah. Rhinia harap ia bisa merelakan apa yang sudah terjadi, karena memang semuanya tidak akan kembali. Cintanya telah pergi, dan itu sudah pasti, lantas untuk apa menanti? Ia harus move on sesegera mungkin.
***
"Sam kamu ikut papah ya?"
Sam melirik sekilas, dihadapannya kini sudah ada ibu dan ayahnya membawa beberapa dokumen yang Sam sendiri tidak ketahui. Mungkin itu dokumen perceraian dan embel-embel lainnya. Meski Sam tidak terlalu memikirkan ini tetap saja ada rasa sedih, bagiamana pun ia ingin mempunyai keluarga yang utuh.
"Gak tahu lah Pah, tunggu nanti papah sama mamah udah resmi cerai aja. Sam masih belum kepikiran."
Ayahnya memaklumi, ia tahu anaknya tidak ingin hal ini terjadi. Ia pun sama, baginya perpisahan ini begitu menyakitkan ditambah alasan keretakan rumah tangga mereka akibat orang ketiga. Bukan terlihat kuat, sebenarnya ayah Samudra sama terpukulnya namun apa mau dikata? Istrinya sudah berselingkuh dengan alasan ia tidak mendapatkan kasih sayang darinya, dan juga karena waktunya terlalu sibuk bekerja hingga tak ada waktu untuk memanjakan istrinya. Padahal jika melihat dari sisi berbeda, ia sibuk hanya untuk keluarga kecilnya, hanya untuk memenuhi kebutuhan anak dan istri, bagaimana pun alasannya perselingkuhan tetap perselingkuhan, tidak ada hal baik dari sebutan itu.
"Mamah harap Sam tinggal sama mamah, temenin mamah disini," ucap ibu Samudra setelah sekian lama terdiam.
"Iyalah iya, nanti aja Sam pikirin. Sekarang Sam mau ke kamar capek!"
Sam berlalu meninggalkan kedua orangtuanya, dalam setiap langkah ia merasa begitu berat. Sam tidak mengerti kenapa keluarganya jadi begini, terlalu mendadak baginya hingga tak ada jeda walau hanya untuk menghirup udara.
Sesampainya di kamar Sam terduduk lemas, ia lelah dengan kuliahnya, lelah dengan keluarganya. Sam buru-buru mandi untuk menyegarkan pikiran, setidaknya kepala akan lebih dingin jika mendapat guyuran air. Sam jadi ingat gadis cermin itu, ketika sedang pusing-pusing seperti ini rasanya melihat lagi gadis yang hanya memakai handuk seperti waktu itu akan mengasikan.
"Kotor emang nih otak, perlu pembersihan," gumamnya kemudian mengguyur badannya dibawah shower.
***