Jika dipikir-pikir, benar juga yang dikatakan Sam. Kenapa ia harus iri pada kakaknya? Sebenarnya hati Rhinia masih tidak terima, tapi mendengar perkataan Sam akhirnya ia bisa berpikir jernih.
Tinggal hatinya saja yang belum menerima, masih tak mengerti kenapa ibunya begitu memanjakan kakaknya padahal ia sudah bersuami. Suaminya juga serasa diberi kesempatan terbebas dari tanggung jawab jika seperti ini. Apa hanya Rhinia yang beranggapan suaminya itu memanfaatkan situasi ini?
Ahhh sudahlah, tidak penting juga. Yang harus ia lakukan sekarang adalah bersikap lapang dada, mencoba mendengar nasihat Sam. Ia harus menabung demi kebutuhannya, untung saja uang yang diberikan orangtuanya lancar. Jika tidak lancar lihat saja apa yang akan Rhinia lakukan!
"Ali nitip salam sama lo." suara Sintia gadis bermata sipit yang diceritakan waktu itu.
Rhinia menatap aneh, Ali? Nitip salam? Hah? Ali siapa?
"Woooyy!" lanjut Sintia karena Rhin tak menanggapi.
"Ali mantan gue?"
"Iyalah siapa lagi?"
Ada sedikit rasa rindu yang kembali mencuat, namun segera Rhinia timbun dalam-dalam dengan rasa benci.
"Iya, salamin balik aja." ucap Rhinia malas.
"Kontak dia katanya lo blok semua ya?"
"Iya. Gak guna juga."
"Sadis ya lo ternyata," Sintia duduk dihadapan Rhinia. "Udah move on lo?"
"Sebenernya masih inget sihh, cuma pas gue inget dia yang ada gue benci sekarang jadinya."
"Gue yakin dia mulai nyesel deh putusin lo."
"Halah, gak mungkin nyesel!" timpal seseorang yang bukan Rhinia.
"Dih nyaut aja lu orang gue lagi ngomong sama Rhin juga."