THREE HOURS

Rin
Chapter #10

10. Sebuah Rasa

"Punya siapa sepatu?" Orang tua itu terheran saat anaknya membawa bungkusan yang ia yakini sebagai sepatu.

"Punya neng lah."

"Kan neng gak minta duit ke mamah buat beli sepatu, kok sekarang bisa jingjing sepatu kitu?"

"Bisalah orang neng nabung buat beli sepatu ini." Rhin bernada sedikit bangga, ia akan membuktikan pada ibunya bahwa ia bisa membeli barang dari hasil tabungannya.

"Duit jajan neng tabungin gitu?"

"Iyalah, dah ah mau ke kamar. Neng mau istirahat udah malem, neng mau tidur."

Rhinia melenggang pergi dari hadapan ibunya, sedikit tidak percaya melihat anak bungsunya bisa membeli sesuatu tanpa meminta padanya. Padahal untuk masalah data HP-nya saja ia meminta pada sang mamah, baguslah sekarang anaknya itu sudah mulai tidak bergantung padanya. Ada rasa bangga yang terpatri jelas di wajah ibu yang telah membesarkan gadis cantik itu. Ibu masih memandang haru kepergian anaknya itu.

Ah, ia telah tubuh dewasa dengan rupa yang cantik.

***

"Kalau selesai idah mamah mau nikah sama mas Tomi. Sam setuju?"

"Serah."

Sungguh kalimat itu menjijikan untuk sekedar Sam dengar sekilas. Ia tak habis pikir, secepat itu cinta ibu pada ayahnya menguap? Apa ia tidak merasa bersalah setelah apa yang ia lakukan pada ayahnya? Ingin sekali Sam pergi, namun ia masih cukup waras untuk meninggalkan ibunya sendiri. Sebenarnya bukan karena uang, ia bisa saja pergi. Lagipula sudah dari lama ia tak mendapat uang saku dari ibunya, ia bisa hidup walau tanpa ibu maupun ayah. Setelah dipikir-pikir mungkin ini alasan kenapa ia tak diberi uang jajan. Jelas untuk menghidupi lelaki simpanan itu, jika ia tak punya hati nurani sudah dari sejak awal ia meninggal rumah. Namun entah kenapa langkahnya tertahan, serasa berat apalagi harus meninggalkan cermin di kamar mandinya itu.

Sejak pertama kali mendapati gadis cantik di kamar mandinya, entah kenapa ada sesuatu yang terpenuhi dari kekosongan jiwanya. Bukan karena bugilnya, sungguh! Jika mau ia bisa melihat wanita mana pun melepas pakaian dihadapannya, namun tidak. Sam bukan lelaki bejat seperti yang dipikirkan Rhinia, ahh nama itu lagi. Sudah beberapa hari ini gadis dengan nama itu berputar di kepalanya. Sam tidak menyangka, berkat gadis itu keinginan bertahan di rumah ini jadi begitu besar. Ia rasanya tak rela bila pergi tanpa mengenal gadis itu lebih dalam, ia ingin tahu apakah Rhinia ada di dunia nyata? Apakah tahun gadis itu masih sama dengan tahunnya? Tapi jika dilihat-lihat, ia memiliki gaya tahun sekarang, ia tak seperti gadis dengan gaya kolot. Pakaiannya modis, gaya bicara, dan bahasanya tercermin anak zaman sekarang.

Lihat selengkapnya