Petang hari 2 Mobil Ambulan tiba dan berhenti di halaman parkir A kampus Universitas Bapak Bangsa, Jakarta Timur.
15 orang relawan putra dan 15 orang relawan putri dimuat dalam 2 mobil ambulan. Sungguh tidak nyaman duduk di atas ranjang pasien seperti naik angkot.
Tetapi kelegaan tergurat pada wajah-wajah letih.
Mereka telah melewati ketegangan, kecemasan selama di lokasi dan di jalan.
Maya membuka pintu lalu melompat turun dari mobil ambulan milik PMI DKI Jakarta. Dan langsung pergi ke belakang mobil.
Sementara itu di belakang 3 penumpang lain sudah turun pula.
2 orang turun dari belakang ambulan yang lain.
5 orang lainnya berasal dari fakultas lain.
Tadi mereka tergesa-gesa naik mobil sehingga asal dari satu kampus ikut 2 mobil.
Sementara itu yang tetap tinggal di mobil berasal dari kampus lain.
Regu yang Maya pimpin baru saja pulang dari lokasi konflik di Universitas Tri Sakti.
Bagusnya dokter Setiadi, sekaligus sopir mobil ambulan Isuzu Elf tidak menurunkan mereka di gedung PMI Jakarta Pusat sebab lokasi kampus tentu saja lebih dekat ke kos-kosan mereka.
Maya adalah mahasiswi semester 5 di Fakultas Sosial dan Budaya Universitas Bapak Pendiri Bangsa, Jakarta.
Dan juga anggota Korps Sukarela Palang Merah Indonesia, cabang DKI Jakarta.
Maya hendak memeriksa kelengkapan barang-barang yang dibawa, terutama genset sebab milik kampus. Tetapi dia tunda karena mendengar ada pengarahan.
Sebelum mobil-mobil berangkat kembali mereka diberikan pengarahan oleh Kasi SDM & Relawan PMI, Rohimat Iskandar yang semula duduk di samping sopir mobil yang satunya lagi.
Beliau turun dan bicara lewat TOA.
Lalu Maya bersama relawan lain mendengarkan apa yang ingin disampaikan Pak Rohimat?
Rupanya beliau melarang relawan pergi ke lokasi demonstrasi. Karena konflik semakin genting yang berbahaya buat para medis relawan.
"Mulai besok, relawan ditempatkan di UGD Rumah Sakit." Ujar Pak Rohimat. "Nanti kami bagikan daftarnya."
Para relawan yang terdiri dari para Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi ada kelegaan sekaligus kecewa.
"Kami para pengurus pusat kuatir ada peluru nyasar," sambung Pak Ruhimat. "Keselamat para relawan adalah prioritas PMI."
Krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 dampaknya banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang dipecat, 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.
Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia hingga hari ini 12 Mei 1998 mencapai puncaknya.
Tetapi Wapres BJ Habibie menolak tuntutan Sidang Umum Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR). Menurut Habibie tuntutan telah melecehkan demokrasi dan rakyat, karena hal itu sepenuhnya prerogatif presiden.
Hal ini disampaikan Wapres setelah melepas Presiden Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir, Sabtu 9 Mei
Tgl 10 Mei, Soeharto menawarkan mekanisme Rescheduling 8 tahun penyelesaian utang luar negeri di Gedung Bank of Mitsubishi, Tokyo.
Direktur IMF meragukan untuk Asia Pasifik, Hubbert Neiss meragukan perundingan menghasilkan kesepakatan yang nyata.