Desa Derana adalah salah satu desa yang dibuat oleh seorang Demion untuk para Demion tinggal. Sehingga mereka dapat hidup bebas tanpa gangguan dari para Hamen. Desa ini berada di sebelah Barat kota AClock. Ratusan ribu Rules tinggal di sini. Sebuah desa yang terlihat seperti kota. Sebuah patung besar dengan tinggi 130 meter berdiri tegak di depan gerbang desa. Berbentuk seseorang berjubah hitam yang dililit oleh seekor ular besar. Patung itu adalah monumen penting desa Derana. Desa ini terkenal dengan julukannya sebagai desa “Pencipta.”
Di desa ini terdapat sebuah sekolah bernama Fedrich School. Sebuah sekolah untuk melatih para murid yang memiliki kemampuan agar kelak dapat membantu mengurus dan menjaga desa.
Seorang wanita sedang berjalan di lorong sekolah menuju ke sebuah ruangan dengan tulisan "Aula Minister” di bagian atas pintu. Wanita tersebut dengan wajah angkuh menatap sebuah meja di depannya. Sebuah meja dengan kursi kosong.
“Lady Lavina. Kau harus membuka gerbang. Sebentar lagi para penjemput akan datang membawa para Murid,” perintah seseorang yang entah dari mana asal suaranya.
“Baiklah. Tapi, kenapa aku baru tahu hari ini?”
“Lakukan saja sesuai dengan perintah.”
“Baiklah Minister.”
Lady Lavina segera pergi meninggalkan ruangan tersebut dan segera menuju gerbang besar sekolah menyambut para Murid.
Lady Lavina menjadi Lady terakhir yang datang. Para Lord dan Lady sudah menunggu di depan gerbang untuk menyambut Murid mereka. “Kalian sangat bersemangat hari ini” kata Lady Lavina.
“Tentu saja. Setelah cukup lama tidak melatih Murid. Aku sangat merindukannya,” sahut Lady B.
“Baiklah.” Membuka gembok pintu gerbang.
Dalam sebuah kereta kuda. Ada anak laki-laki yang menangis dengan sangat kencang. Teman-temannya yang lain berusaha dengan keras untuk menenangkannya, tapi hasilnya percuma. Dia tetap menangis dengan keras. Sampai kusir menggeleng-geleng kepalanya. “Kata nenekku bisa masuk ke dalam Fedrich School adalah hal yang sangat membanggakan. Kenapa dia malah menangis,” kata salah satu wanita dengan pita biru di kepalanya. “Sudahlah. Dia hanya laki-laki pecundang. Seperti ayahnya yang hanya seorang Hamen tak berguna,” hina salah satu seorang laki-laki yang terlihat cukup sombong dari wajahnya. Hinaan tersebut membuat Murid laki-laki itu menangis semakin kencang.
Para Lord dan Lady sangat bersemangat menunggu para Murid. Mereka sudah 5 tahun menunggu para Murid baru. “Kalian dengar Lady. Suara kuda sudah semakin dekat,” ucap Lord Aland. Angin berhembus dengan kencang dan seluruh api dalam lentera pagar Fedrich School mulai menyalah. Itu adalah sebuah penanda bahwa Murid baru telah tiba.
Dua kereta kuda segera berhenti di depan gerbang. Para Lord dan Lady segera berbaris rapi menyambut Murid didik mereka. Dua kereta kuda berhenti tepat di depan para Lord dan Lady. Para Murid satu per satu turun dari kereta. "Selamat datang di Fedrich School," sambut Lord Alfred.
“Selamat datang Murid-Murid yang cantik dan tampan. Perkenalkan aku Lady B.”
“Cukup Lady B. Ada saatnya mereka akan mengenalmu,” sahut ketus Lady Lavina.
“Hmm. Oke. Jadi, boleh aku tahu kenapa Murid yang diujung sana matanya merah? Kau menangis? APA! MENANGIS! Ya ampun,” ucap Lady B yang panik.
Mata para Lord dan Lady menatap ke arah Murid tersebut dan Murid itu menjadi takut. Salah satu anak laki-laki yang menghinanya di kereta kembali menghinanya lagi di depan para Lord dan Lady. “Lihat. Kalau aku seorang Lord. Aku akan menendangmu dari sini. Kau tidak pantas menjadi murid Fedrich School. Kamu hanyalah Rules. Ayahmu seorang Hamen yang pecundang. Hahahahahaha,” hinanya. Para Murid yang lain ikut tertawa kecuali seorang Murid perempuan berpita biru.
“Bukan dia, tapi kau yang akan aku keluarkan dari sini. Fedrich School tidak butuh murid sepertimu. Siapapun Lady atau Lord dari anak ini. Aku rasa dia harus di ajarkan apa artinya Demion, Hamen dan Rules,” sahut Lady Lavina dengan menatap dingin ke arah anak yang menghina tersebut.
“Baiklah para Murid semua. Perkenalkan, aku adalah Lord Alfred dan tugasku di sini adalah mengurus setiap murid baru yang baru datang. Mereka yang ada di sampingku ini adalah para Lord dan Lady yang nanti akan menjadi pembimbing kalian. Kalian boleh memanggilnya Lord untuk laki-laki dan Lady atau Madam untuk perempuan. Dan ayo masuk ke dalam. Ikuti aku.”
Para Murid mengikuti Lord Alfred masuk ke dalam. Saat para Murid masuk ke dalam bersama para Lord dan Lady. Lady Lavina menghadang seorang Murid perempuan berpita biru. Lady Lavina menatap dalam matanya, kemudian menutup mata dan membukanya kembali. Anak perempuan itu terkejut melihat mata Lady Lavina yang berubah menjadi hitam. Lady Lavina menaruh tangannya di atas kepala Murid perempuan itu. Tidak lama mata Lady Lavina kembali seperti semula dan menyuruh anak itu untuk masuk.
Para Murid melihat kanan dan kiri. Mereka takjub dengan keindahan Fedrich School. Bangunan sekolah yang bergaya seperti kastil tua ini memikat mata para Murid baru. Mereka semua di tuntun untuk masuk dalam sebuah aula besar. Para Lord dan Lady tersenyum kepada semua murid kecuali Lady Lavina. Dia tetap mempertahankan wajah angkuhnya.
“Para Murid sekali lagi selamat datang di Fedrich School. Aku Lady Caitlin yang membantu Lord Alfred mengurus kalian semua.”
“Senang bertemu dengan Lady Caitlin,” sahut semua Murid serentak.
“Para Murid semua. Aku tidak akan menjelaskan kenapa kalian bisa di sini. Yang pasti kalian sudah tahu bahwa kalian yang terpilih dan harus belajar di sini. Acara pertama untuk menyambut kalian adalah kalian akan berkenalan dengan semua Lord dan Lady yang ada di sini.”
“Aku sangat bersemangat untuk ini,” kata salah satu Murid laki-laki.
“Baiklah para Lord dan Lady silahkan berbaris dan perkenalkan diri kalian.”
Perkenalan para Lord dan Lady di mulai. Para Lord dan Lady harus memperkenalkan nama mereka. Mulai dari Lord Chaiden sampai yang terakhir adalah Lady Lavina. Setelah acara perkenalan selesai. Berlanjut ke acara pemilihan Murid dan pembimbing. Para Lord dan Lady memejamkan mata mereka dan membukanya. Mata semua Lord dan Lady menjadi hitam. Para murid menjadi takut. Mereka saling memandang dengan Murid lain. Ini adalah cara untuk mengenali siapa yang akan menjadi Murid setiap Lord dan Lady. Saat mata Lord dan Lady menjadi hitam, mereka dapat melihat warna yang mengalir di setiap tubuh Murid mereka. Warna yang sama adalah tanda bahwa itu adalah mereka.
Para Lord dan Lady memejamkan mata kembali dan mata mereka kembali seperti semula. Para Lord dan Lady menghampiri Murid mereka masing-masing.