Saat semua Lord dan Lady sudah masuk ke asrama mereka masing-masing. Tree mengendap-endap keluar dari asramanya. Sampai di dekat ruang belajar Tree mengeluarkan kupu-kupu yang diberikan oleh Lady Lavina. Kupu-kupu yang terbuat dari es tersebut perlahan-lahan mengeluarkan cahaya terang dan bergerak terbang. Tree mengikuti kupu-kupu itu menuju ke perpustakaan. Perpustakaan di Fedrich School sangatlah besar. Dapat dikatakan ukuran perpusatakaan ini lebih besar 3 kali lipat dari ukuran perpustakaan pada umumnya.
Lady Lavina berdiri di celah kecil antara dua rak buku yang tinggi. Tree yang melihat segera menghampiri Lady Lavina. “Tree … ikutlah denganku,” perintah Lady Lavina. Tree mengikuti Lady Lavina masuk ke dalam celah antara dua rak buku tersebut. Saat masuk ke sana Tree takjub dengan apa yang ada di ruangan tersebut. “Sebuah perpustakaan dalam perpustakaan,” ucap Tree.
“Tree ini adalah perpustakaan milikku. Saat aku diangkat menjadi Lady. Tidak sengaja menemukan ruangan ini. Ruangan ini adalah perpustakaan yang sebenarnya. Semua buku ada di sini,” ungkap Lady Lavina.
“Jadi, Lady belajar semuanya di sini?” tanya Tree.
“Iya. Waktu itu pembimbing-ku hanya menjelaskan sedikit. Kemudian setelah aku menjadi Lady, aku belajar lebih banyak sendiri di ruangan ini,” jawab Lady Lavina.
“Apa Lord dan Lady lain juga belajar di sini?” tanya Tree lagi.
“Tidak. Awalnya untuk bisa ke sini. Ada sebuah buku yang menjadi kuncinya. Mereka harus menyebutkan mantranya agar pintunya dapat terlihat. Tapi, aku tidak ingin mereka ke sini. Jadi, aku mengubah mantra pintu masuknya. Orang yang tidak aku beri izin, tidak akan bisa melihat pintu masuknya. Sebuah celah yang kau lihat adalah pintu masuknya. Aku memberimu izin untuk masuk.”
“Kenapa orang lain tidak boleh masuk?”
“Di sini banyak buku sejarah berdirinya 3 tiga desa yang didirikan untuk para Demion. Dan beberapa buku penting. Tree, kau harus diam soal ruangan ini. Mengerti?” Memberi Tree sebuah buku.
“Baik Lady. Aku janji.”
Tree membaca sebuah buku yang di berikan oleh Lady Lavina. Sebuah buku yang menjelaskan tentang Murid yang memiliki kemampuan berbeda dengan pembimbing dan nasib anak tersebut. “Lady, apa buku ini benar?” tanya Tree yang mulai cemas.
“Iya. Aku salah satu dari Murid yang memiliki kemampuan berbeda dan nasibku sekarang adalah menjadi Lady, seorang pembimbing.”
“Dan aku akan menggantikan Lady?”
“Iya. Itu aturannya. Tapi untuk dirimu akan berbeda.”
“Kenapa?”
“Minister akan terus menahanku walau kelak kau akan menggantikanku. Aku berbeda dengan kalian semua. Aku adalah satu-satunya Demion murni yang tersisa.”
“Aku tidak mengerti Lady.”
“Sudahlah. Yang pasti kau sudah tahu. Kau adalah Murid yang memiliki kemampuan berbeda. Warna dalam dirimu adalah hijau. Masalahnya Tree. Aku meminta kau ke sini adalah untuk mencari tahu kenapa kau bisa mengeluarkan warna ungu dalam dirimu.”
“Aku juga tidak tahu Lady."
Lady Lavina meminta Tree untuk mencoba kemampuannya menciptakaan es. Tree ragu mencobanya. Dia takut kalau dia tidak bisa melakukannya. Dalam hati Tree yang paling dalam, dia hanya ingin memiliki kemampuan yang sama dengan Lady-nya. Tree menghembuskan nafas dan memantapkan hatinya. Tree melihat tangannya dan mengarahkanya pada meja. Sekali percobaan Tree berhasil menciptakan sebuah gelas. “Yehhhhh. Lady kau lihat itu. Aku bisa … aku bisa. Yehhhh,” ucap Tree dengan sangat senang. Lady Lavina mengerutkan dahinya. Dia berdiri dan wajahnya terlihat sangat kebingungan.
“Lady, kau tidak suka aku bisa melakukannya?” tanya Tree yang menjatuhkan air matanya.
“Tidak Tree. Tapi aku bingung. Saat aku sepertimu. Aku harusnya mengeluarkan butiran warna hitam, tapi aku malah mengeluarkan warna ungu. Seharusnya aku mengendalikan udara, tapi aku malah menciptakan es. Aku tidak bisa memiliki warna dan kemampuan yang sama dengan pembimbing-ku. Tapi, kau berbeda. Kau bisa menciptakan es dan memiliki warna ungu juga.”