Para Lord dan Lady sedang menikmati sarapan pagi bersama di ruang makan. Ruang makan para Lord dan Lady berbeda dengan para Murid. Mereka membicarakan soal ujian akhir tahap pembelajaran awal dan rencana pesta untuk perayaan penutupan tahap akhir pembelajaran awal.
“Lord dan Lady di sini merasa apakah akan banyak Murid yang tidak lulus untuk tahap awal ini?” tanya Lord Chaiden sambil menyuapi telur dadar ke mulutnya.
“Mungkin itu Murid-mu Lord. Hahahahahaha,” sahut Lady B.
“Tidak. Aku rasa itu adalah Murid-ku, Neva,” sambung Lady Gleda.
“Percaya saja dengan para Murid. Mereka sama dengan kita dulu. Gugup, takut, dan tidak percaya diri. Alasan umum yang membuat mereka gagal dalam ujian,” kata Lord Alfred yang mengangkat satu alisnya.
“Ada yang melihat Lady Lavina?” tanya Lord Aland secara mendadak.
“Tidak ada. Mungkin Minister membutuhkannya lagi. Sangat kasihan dengan Lady Lavina yang harus mengurusi Minister,” jawab Lord Ham yang telah menyelesaikan sarapannya.
“Aku baru ingin menjawab seperti itu,” sambung Lord Chaiden.
Lord Chaiden sudah mengenggam kedua tangannya di meja. Ruang belajar menjadi semakin panas dan panas. Lemari besar dibelakang Lord Chaiden sudah mulai terbakar perlahan. “Dimana anak ini. Aku akan menghukumnya nanti,” gumamnya dalam hati.
“Lordddddddddd! … Lorddddddd!” teriak Hope.