Three Villages: Fedrich School

Nany Parker
Chapter #11

Lembar 10: Jalan-jalan Desa

Setelah ujian terlaksana dengan lancar. Para Murid diberi izin untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Mereka diantar oleh kereta kuda ke rumah masing-masing. Di Fedrich School hanya tersisa Tree dan Rula. Mereka berdua tidak pulang ke rumah dan hanya memutuskan untuk mengirimkan surat kepada keluarga mereka.

Para Lord dan Lady mengambil waktu istirahat mereka dengan sangat baik. Lord Dover kembali fokus untuk meneliti tanaman miliknya dan mengurus rumah kacanya dengan baik. Begitu pula dengan Lord dan Lady yang lain. Mereka melalukan aktivitas mereka seperti sebelum datangnya para Murid di Fedrich School.

Lady Lavina berjalan melewati asrama Murid perempuan. Ia tahu kalau Tree tidak pulang ke rumahnya. Lady Lavina memasuki asrama Murid perempuan dan duduk di lobi asrama. Lady Lavina menjentikkan jarinya. Burung-burung es kecil mulai beterbangan menuju ke arah kamar Tree. Sepanjang jalan kawanan burung kecil berkicau. Tree yang masih tertidur merasa terganggu karena burung es terus mengeluarkan suara di dekat telinganya. “Pergilah pada Lady sana,” usir Tree. Tahu burung es mengalami masalah. Lady Lavina membuat beberapa burung gagak untuk membangunkan Tree. Kicauan burung gagak lebih parah daripada burung biasa.

“Ahhhhh!” teriak Tree yang berlarian sambil segera keluar dari kamarnya.

Tree menuruni tangga dengan sangat takut sampai akhirnya dia melihat seseorang wanita yang sedang duduk di depan tungku api. Tree berjalan perlahan-lahan untuk melihat siapa wanita itu. “Ini aku. Aku beri waktu 10 menit untuk mandi dan mempersiapkan dirimu,” perintah Lady Lavina. “Hah! Lady! Aaaaaaaa … baik … baik Lady,” jawab Tree yang bergegas kembali ke kamarnya untuk bersiap.  

 “Kenapa kau tidak ingin pulang ke rumah? Kau tidak rindu dengan keluargamu?” tanya Lady Lavina sambil membenarkan mantel Tree.

 “Aku hanya memiliki seorang nenek. Selain itu, saat musim dingin seperti ini nenek sering jalan-jalan ke desa Hasai untuk menemui teman-temannya. Itu membosankan,” jawab Tree yang membaringkan dirinya di sofa.

 “Kau ini karena sedang liburan jadi kau tidak menghormatiku? Berani sekali bicara dengan sangat santai, biasanya sangat sopan,” sindir Lady Lavina.

 “Hmm. Aku ingin seperti anak Lady sendiri atau seperti adik Lady sendiri. Jadi, izinkan aku untuk mengurangi sopanku selama liburan ini,” ujar Tree.

 “Baiklah kalau begitu. Karena ingin jadi anak atau adikku, maka harus mendengarkanku hari ini. Kau harus menjaga sekolah dengan baik. Aku dan pembimbing lainnya akan pergi sebentar untuk menemui alumni Fedrich School,” tutur Lady Lavina.

 “Tidak! Aku mau ikut … Aku janji tidak akan membuat keributan,” jawab Tree dengan wajah memelas.

 Berpikir sejenak, kemudian Lady Lavina menjawab, “Baik. Ganti bajumu dengan pakaian panjang dan mantel yang lebih tebal. Sekarang musim dingin. Salju sangat tebal. Aku tunggu di depan gerbang.”

Walau sedang dalam keadaan musim dingin, tapi desa Derana tetap dipenuhi oleh orang-orang yang bekerja. Mereka menganggap musim bukanlah penghalang untuk tetap melaksanakan aktivitas mereka. Banyak toko-toko yang masih buka dan kedai-kedai makanan dan minuman yang buka. Bahkan, masih ada beberapa kedai yang menjual es krim di musim dingin seperti ini.

Lady Lavina membawa Tree ke sebuah toko kue. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Fedrich School. Hanya butuh sekitar 150-180 langkah saja. Para Lord dan Lady lain sudah menunggu Lady Lavina dari tadi. “Lavina kenapa kau sangat lama?” tanya Lady B.

 “Lady, siapa anak itu?” tanya seorang perempuan berambut merah terang yang duduk di sebelah Lord Alfred.

Lady Lavina membawa Tree untuk duduk di meja yang sama dengan Lord Alfred. Lady Lavina tersenyum melihat wanita berambut merah yang duduk di sebelah Lord Alfred.

 “Luna kenalkan ini Tree. Murid baru Fedrich School,” ucap Lady Lavina.

 “Halo Tree. Aku Luna, mantan Murid Lady Lavina. Senang bertemu denganmu,” salam Luna sambil menggerakkan tangannya, menciptakan butiran-butiran es.

Lihat selengkapnya