Three Villages: Fedrich School

Nany Parker
Chapter #12

Lembar 11: Kekacauan Desa

Brother Pumkin berlarian dari gerbang depan sekolah. Ia membawa sebuah gulungan di tangannya. “Lord! Lady!” teriak Brother Pumkin dari kejauhan. Para Lord dan Lady yang sedang sarapan memberhentikan kegiatan makan mereka karena mendengar teriakan dari Brother Pumkin.

Lady Caitlin segera berdiri dan membuka pintu ruang makan untuk melihat Brother Pumkin. “Kenapa dia sampai berlari seperti itu,” gerutu Lady Caitlin. Melihat Lady Caitlin, Brother Pumkin mempercepat larinya dan langsung memberikan gulungan kertas yang ada di tangannya. Melihat isi gulungan kertas tersebut, Lady Caitlin langsung masuk ke ruang makan.

“Gawat! Rombongan Murid yang kembali di halang oleh bayangan hitam,” ucap Lady Caitlin.

 “Lady B, larimu cepat. Segera susul mereka,” perintah Lord Alfred.

Seluruh Lord dan Lady segera mengambil kuda untuk menyusul rombongan para Murid. Lady Lavina meyakini kalau Forek pasti dibalik kejadian ini.

Forek tidak bisa menyerang rombongan melalui gerbang dalam desa karena gerbang dalam desa sudah dilindungi oleh mantra yang dibuat oleh ayah Lady Lavina dari jutaan tahun lalu. Tapi, gerbang luar desa adalah pilihan terbaik untuk Forek menyerang. Desa Derana memiliki pintu masuk yang terbagi menjadi 2 gerbang. Gerbang ruang adalah pintu masuk awal untuk ke desa. Jalanannya masih di hiasi oleh puluhan pohon yang menjulang tinggi, sementara pintu dalam desa adalah pintu masuk langsung ke desa. Setelah melewati gerbang luar desa, barulah memasuki gerbang dalam desa.

Lady B sampai terlebih dahulu. Dia langsung menyerang bayangan tersebut. Hasilnya percuma. Forek hanyalah bayangan kabut hitam. Menyerangnya sebanyak apa pun tidak akan mempan. Dari atas kudanya Lady Lavina langsung menyerang Forek dengan keping es yang sangat tajam. “Lady B percuma kau menyerangnya. Dia hanya kabut hitam yang tidak akan mempan dengan apa pun,” kata Lady Lavina.

 “Aku akan melihat luka para Murid. Kalian atasi saja kabut hitam itu,” ucap Lord Dover.

 “Tidak ada yang bisa melawan Forek sekalipun itu Lady Lavina,” lontar Lord Alfred.

 “Tapi kita bisa menahannya,” sahut Lady Gleda.

Dengan kemampuan pengendali serbuk sarinya. Lady Caitlin membuat sekumpulan bayangan yang bentuknya sama seperti Forek dari serbuk sari. Walau tidak membantu secara menyeluruh, tapi setidaknya sekumpulan bayangan yang dibuat oleh Lady Caitlin dapat mengecoh Forek. Sementara, Lord Chaiden terus mengeluarkan api dari tangannya. “Aland gunakan kemampuanmu untuk mengurungnya!” seru Lord Ham.

Lord Aland menghentakkan kakinya dan tanah-tanah langsung bergetar. Dari dalam tanah muncul gundukan besar yang menjulang tinggi. Dengan bantuan Lord dan Lady lain yang terus menyerang. Lord Aland mengendalikan gundukan tanah itu membekuk Forek. Layaknya jin yang terkurung di dalam teko. Melihat Lord Aland yang berhasil. Lord Alfred langsung menempelkan jimatnya agar Forek tidak keluar dari bekuk kan tanah tersebut. “Segera kembali desa. Dia dapat bebas sebentar lagi. Cepat!” perintah Lord Alfred.  

Lord dan Lady segera membawa rombongan Murid untuk kembali. Para Murid yang ada di dalam tandu tidak dapat berbuat apa pun. Mereka hanya bisa melihat Lord dan Lady mereka bertarung melindungi mereka. Para Lord dan Lady memacu kuda mereka lebih cepat, di depan sana adalah pintu masuk gerbang dalam desa.

Masuk gerbang dalam desa. Lady Lavina segera menyuruh Lord Dover untuk membawa para Murid kembali ke sekolah. Lord dan Lady lain akan melihat keadaan terlebih dahulu. “Ahhhhhhhhhh!” suara teriakan seseorang.

 “Apa itu?” tanya Lord Aland.

Sebuah bayangan kabut hitam sudah mengeliling desa. Burung-burung keluar dari sarang, beterbangan ke segala arah. Segerombolan Burung gagak datang menyerang penduduk desa yang ada di desa saat itu. “Gawat! Ini adalah perang mendadak,” kata Lady Lavina.

 “Lavina, perisai pelindung untuk Forek sepertinya rusak. Tidak ada pilihan. Kita harus lindungi warga desa,” kata Lady Caitlin.

Di sekolah Tree dan Rula keluar halaman melihat seluruh langit yang awalnya cerah dalam sekejap berubah menjadi gelap. “Sepertinya badai akan segera datang,” ucap Tree dalam hati. “Kalian berdua cepat masuk. Sekarang sedang dalam keadaan darurat. Cepat kembali ke asrama kalian dan masuk kamar. Jangan keluar sampai ada perintah dari Sister asrama kalian. Untuk makan siang akan di antar nanti,” perintah Sister Fogus.

Rula dan Tree langsung masuk ke dalam sekolah. Dalam tangga menuju asramanya, Tree tiba-tiba pingsan. Lagi-lagi dalam mimpinya dia melihat bayangan semua warga desa mengalami luka berat. Salju yang putih bersih harus ternodai oleh tumpahan darah. Tree juga melihat para Lord dan Lady lain mengalami luka yang cukup parah. Keadaan desa sangat-sangat kacau.

Rula sangat panik melihat Tree yang tidak sadarkan diri. Rula berteriak beberapa kali, tapi tidak ada yang mendengar sama sekali. Rula segera menggendong Tree, membawanya kembali ke asrama. Sepanjang lorong menuju asrama Rula terus berteriak minta tolong. “Tolong! Ada yang pingsan!” seru Rula. Kondisi asrama wanita sangat sepi karena sekarang semua Sister dan Brother sibuk membantu kekacauan di desa. Rula membaringkan tubuh Tree di sofa lobi asrama. Rula benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Di desa penuh dengan kekacauan. Burung gagak berkeliaran menyerang warga. Para Lord dan Lady berusaha melindungi warga desa. “Tolong!” teriak warga.

 “Ahhhhh. Ayah tolong!” teriak warga lainnya.

 “Nak, cepat masuk dan bilang kepada kakek untuk jangan keluar,” ucap seorang wanita pada anak perempuannya.

 “Tidak ibu. Tidak. Aku takut” sahut anak perempuannya.

Lihat selengkapnya