Three Villages: Fedrich School

Nany Parker
Chapter #14

Lembar 13: Pesta Perayaan

Hari ini Aula dipenuhi oleh dekorasi. Mulai dari kain-kain warna-warni yang digantung, lentera, lilin dan berbagai macam jenis bunga yang ada di desa Derana berjajar di vas-vas bunga menghiasi setiap meja di Aula. Para Sister dan Brother sibuk menyiapkan segala sesuatu. Memastikan kebersihan ruang, wine, persiapan hidangan, dan seluruh keperluan yang dibutuhkan malam ini. Tidak ada yang boleh kurang satu pun untuk malam ini.

Musim dingin telah berlalu. Setelah cukup banyak yang terjadi. Sekolah kembali bersiap untuk melanjutkan pembelajaran. Kondisi para Lord dan Lady telah membaik sepenuhnya. Sudah menjadi tradisi di Fedrich School untuk merayakan pesta penutupan pembelajaran tahap awal. Tidak hanya itu pesta ini juga diadakan untuk menyambut pembukaan pembelajaran tahap kedua.

Pembelajaran di Fedrich School terbagi menjadi 3 tahap . Tahap awal adalah tahap di mana para Murid belajar sedikit tentang kemampuan mereka dan warna dalam diri mereka. Kemudian, di tahap kedua. Para Murid akan belajar untuk melatih kemampuan mereka. Tahap kedua adalah tahap inti pembelajaran di Fedrich School. Dan pada tahap ketiga. Tahap ini adalah tahap akhir dari pembelajaran di Fedrich School. Para Murid akan mengikuti ujian daya tahan. Di mana di tahap ini mereka akan mulai bertarung dengan orang-orang penting di Fedrich School, termasuk Lord atau Lady mereka sendiri.

Di kamarnya Tree telah memandangi dirinya di cermin. Memperhatikan detail dirinya dari atas sampai bawah. Dia sangat takut akan ada yang kurang dari penampilannya malam ini. Gaun di bawah lutut berwarna biru langit adalah pilihan Tree untuk pesta malam ini. Tidak lupa ia juga menambahkan riasan tipis di wajahnya.

Rula mengenakan kemeja lengan panjang bewarna putih dan di luarnya ia mengenakan sweater tanpa lengan berwarna hitam keabu-abuan dengan motif papan catur. Ia berdiri di depan asrama Murid perempuan, menunggu Tree untuk pergi bersama ke Aula. Sister Enda yang melihat Rula menunggu di depan asrama, menghampiri Rula sambil tertawa kecil. “Kenapa Sister tertawa seperti itu?” tanya Rula.

 “Aku hanya melihat sekeliling dan hanya kau Murid laki-laki yang ada di sini,” jawab Sister Enda.

Mendengar Sister Enda, Rula menjadi salah tingkah. Ia ingin menjawab Sister Enda, tapi dirinya sangat susah untuk mengeluarkan kata-kata dan tangannya menunjuk terus ke arah pintu asrama. “Hahahahahahaha. Baiklah baiklah. Kau tunggu saja dia di sini. Kau sangat tampan malam ini. Aku ada kerjaan. Hahahahahahahahaha,” kata Siter Enda yang langsung pergi meninggalkan Rula.

 “Ehhh Sister. Maksudku … maksudku … maksudku tebakmu benar. Benar aku memang menunggu Tree.” Menggaruk-garuk kepalanya.

Para Lord dan Lady telah bersiap di Aula. Kecuali Lady Lavina. Semua Lord dan Lady berbincang dengan riang. Sementara para Sister dan Brother sangat sibuk mondar-mandir untuk mengecek lagi apa ada yang kurang untuk pesta malam in. Melakukan pengecekan ulang mulai dari makanan, minuman, stok wine dan dekorasi. “Kemana Lavina?” gerutu Lord Alfred.

 “Alfred mana Lavina?” tanya Lord Ham.

 “Aku juga tidak tahu,” sahut Lord Alfred.

 “Cepat cari dia Alfred,” perintah Lady Gleda.

 “Baik. Aku pergi sekarang,” jawab Lord Alfred.

Dalam perjalanan Lord Alfred bertemu dengan Rula dan Tree. Dia memberhentikan Tree untuk menanyakan keberadaan Lady Lavina. Tree mengatakan kalau ia tidak melihat Lady Lavina dari tadi siang. Mendengar Tree, Lord Alfred langsung pergi mencari Lady Lavina kembali.

 “Kalau Lady Lavina tidak ada … aku harus mencarinya,” ucap Tree.

 “Tahan dulu. Ada Lord Alfred yang akan mengurusi Lady-mu. Kita harus segera ke Aula. Sebentar lagi pesta akan dimulai,” ujar Rula.

 “Tapi Rula ….”

 “Tidak perlu khawatir dengan Lady Lavina. Seluruh Lord dan Lady di sekolah ini akan bisa menemukannya. Percaya padaku Tree,” sambung Rula.

 “Baiklah. Ayo pergi,” ajak Tree.

 “Siap!!! Ratu,” jawab Rula.

 “Sssssttt. Suaramu besar sekali,” kata Tree.

Lord Alfred mencari Lady Lavina di kamarnya, tapi tidak menemukannya. Ia sudah mencari ke mana-mana, tapi tetap tidak menemukan Lady Lavina. Sampai akhirnya dia ingat. Perpustakaan rahasia milik Lady Lavina adalah tempat yang belum ia periksa. Lord Alfred segera pergi ke perpustakaan rahasia. Masuk ke dalam perpustakaan. Dirinya langsung melihat Lady Lavina yang dengan santai membaca buku.

 “Kau kenapa?” tanya Lady Lavina.

 “Aku mencarimu sekeliling. Sampai bertanya pada Tree,” sahut Lord Alfred dengan wajah sedikit emosi.

 “Maaf. Aku hanya sedikit bingung dengan buku-buku yang ada di perpustakaan rahasia ini dan buku-buku yang ada di perpustakaan di luar,” cetus Lady Lavina.

 “Kau pasti tidak menemukan sejarah berdirinya desa ini. Kau juga pasti hanya menemukan bagaimana Minister Fedrich bisa mengembangkan desa ini sampai sangat makmur dari desa-desa lainnya. Bahkan perang yang terjadi dulu … kau tidak akan menemukan alasan dibaliknya,” ungkap Lord Alfred.

 “Kau tahu dari mana?” tanya Lady Lavina.

 “Sebelum dirimu. Aku sudah berusaha mencarinya. Setiap malam aku membaca hampir seluruh buku yang ada di perpustakaan ini. Tapi, hasilnya aku hanya menemukan sejarah yang tidak penting. Bahkan di buku tua yang sedang kau baca itu. Di halaman awal hanya tertulis kalau Minister Fedrich mendirikan desa dan sekolah ini untuk para Demion,” jawab Lord Alfred.

Lady Lavina menatap buku yang dibacanya dari tadi. Ia semakin heran dengan seluruh buku-buku yang ada di sekolah ini. Awalnya ia yakin kalau buku-buku itu pasti disimpan di tempat rahasia. Tapi, yang menjadi pertanyaan adalah apakah ada tempat rahasia lainnya di Fedrich School. Seluruh ruangan yang ada di Fedrich School, baik ruangan yang terbuka atau pun rungan rahasia. Setiap sudutnya diketahui oleh Lady Lavina.

 “Lavina, kita harus segera ke Aula. Mereka membutuhkan dirimu untuk acara pembuka,” ujar Lord Alfred.

Lady Lavina segera berdiri dari duduknya dan meletakkan bukunya. Dia menggandeng tangan Lord Alfred dan menatapnya dengan lembut. Terpanah dengan tatapan Lady Lavina. Lord Alfred perlahan-lahan mendekatnya wajahnya ke wajah Lady Lavina. Saat hampir dekat, Lady Lavina langsung menarik tangan Lord Alfred, mengajaknya keluar dari perpustakaan. “Sial,” gerutu Lord Alfred.

Para Lord dan Lady sudah siap untuk melakukan pembukaan pesta. Tapi, mereka harus mengundur waktunya karena Lord Chaiden dan Lady Lavina yang belum datang. Para Murid telah hadir semua. Semua Brother dan Sister yang ada di Fedrich School juga telah berkumpul semua di Aula.

Lord Alfred dan Lady Lavina memasuki ruangan Aula. Mereka berdua masuk dari pintu belakang Aula. Melihat para Murid, mata Lady Lavina langsung bergerak mencari keberadaan Muridnya. Melihat Tree telah ada di Aula dan duduk di sebelah Rula, membuat dirinya menjadi tenang. Lord Alfred segera menuntun Lady Lavina untuk duduk di tempatnya. Lord Alfred menarik kursi dan mempersilahkan Lady Lavina untuk duduk. “Kenapa aku jadi iri rasanya. Hehehehe,” ucap Lady B sambil tertawa kecil.

Lady Lavina mengambil sebuah garpu dan memukul gelas wine yang ada di depannya. “Tingtingtingting.” Bunyinya.

Lihat selengkapnya